Sedikit saya
ingin mendaras hari libur nasional lantaran Pilkada serentak di seluruh pulau
besar di Indonesia. Dan saya baru tahu
bila hari ini adalah hari libur nasional lewat pintu pagar rumah sakit yang
tertutup. Dan mendapat keyakinan lewat anak kecil yang nongkrong di pinggir
jalan. Ah aku akhirnya berkesimpulan juga ternyata hari ini puncak pesta
demokrasi, Pilkada serentak di seluruh wilayah Indonesia.
Tapi saya tidak
berkesempatan untuk ikut mencoblos. Karena Makassar akan menyusul beberapa bulan
kedepan dengan pemilihan Gubernur. Jadilah hari ini saya menghabiskan waktu di
kursi café langganan untuk berselancar di dunia maya seraya merasakan nikmatnya
hari lowong ini.
Ah selama saya
bermalas-malasan ada satu puisi yang saya tulis, beginilah bentuknya.
Judul : Lakon
Pilkada.
Tertawa gadis
desa di depan layar tv baru.
Kagumnya karena
ada mimic di balik kaca.
Baru ia lihat
benda seperti itu.
Tapi ia tertawa. macam senyum-senyum kera.
Tertawa karena
untuk pertama kalinya.
Ia menyaksikan
komedi.
Komedi berlakon
politisi.
Unjuk gigi,
unjuk tangan, unjuk kopiah, unjuk janggut, unjuk ayat.
Hahahaha. Tertawa
gadis desa. tawanya cantik.
Karena ia
kasihan . para politisi lupa unjuk kebenaran.
Ouh lakon Pilkada,
bilakah kau ingin mencium gadis cantik di luar kaca.
thank you, ummmmmuuaaacccchhhhh.
thank you, ummmmmuuaaacccchhhhh.