Selasa, 23 Agustus 2016

Udara












Angin yang menghapus ukiran pasir, lalu Kosong.
Angin yang bergerak menuju atas. Lalu hampa.
Seperti daun kering yang menyambut angin. Lalu pasrahkan.
Biarkan ,rasakan, lupakan, dan terhubunglah dengan semesta.
Diam, bebaskan. Lalu sang angin menjadi udara.
Sang angin terus bergerak, tak memiliki, tak tetap.  hanya ingin menjadi udara.
Sang angin, tak terlihat kau tahu hanya saat ia menyentuh.
Tapi saat menjadi udara segalanya menjadi hampa.
Menjadi udara. Lupakan yang duniawi, lupakan yang memberatkan.

menjadi bebas.
Read More

Sabtu, 13 Agustus 2016

Tuhan kalau di perbincangkan di sosmed.



Ketika dua orang manusia bertemu lalu memperbincangkan Tuhan maka perbincangan itu bisa jadi akan larut atau malah berhenti sebelum di mulai. Perbincangan itu akan larut jika dua manusia itu sama seirus untuk memikirkan Tuhan karena mereka hendak mempertahankan Tuhan atau malah mereka sepakat untuk meragukan Tuhan. Atau dua manusia tersebut adalah dua manusia yang berbeda dan memang semua manusia berbeda, tetapi perbedaan ini bersenjangan yang membuat dua manusia ini sama – sama mempertahankan apa yang di yakininya lalu terbawa pada fase dimana salah satuya ingin menang. Misalnya si A memperbincangkan Tuhan dengan landasan kerasionalannya, dan si B memperbincangkan Tuhan dengan berlandaskan pada pengalamannya yang sangat pribadi. Padahal kedua alat perbincangan tersebut sama-sama dapat bernilai benar dalam memperbincangkan Tuhan.



Saya selalu tertarik sebagai seorang yang juga gemar berselancar di dunia sosmed, ketika mendapati akun yang membuka perbincangan mengenai masalah ketuhanan dengan paham tertentu. Apalagi ketika mendapati akun yang berkomentar sambil mensinyalir bahwa pendapat paham tersebut tidak sesuai atau malah mengatakan salah dan sesat dengan menyertakan landasan yang di luar perbincangan. Biasanya akun yang berkomentar akan mendapat komentar balasan, entah setuju atau malah tidak setuju dengan akun tersebut. Saya biasanya juga ikut tergoda untuk berkomentar sambil mengajak mereka bermain kata. Karena perbincangan mengenai Tuhan tidak pernah baru dan hanya terus berputar. Kata-kata yang di bumbui dengan majas lah yang biasanya membuat tertarik. Karena tidak ada kata yang paling tepat dan jelas untuk mendeskripsikan Tuhan dan saya masih setuju dengan filsafat Witgenstein segala sesuatu yang tidak bisa di perkatai lebih baik diam saja. Dan Tuhan adalah sesuatu yang tidak bisa di perkatai macam buah apel yang mudah anda deskripsikan. 

Tema ketuhan dan orang-orang yang memperbincangkan Tuhan di sini di sebut sebagai orang yang berbincang dan bukan di sebut sebagai orang yang menggambarkan. Tuhan hanyalah perbincangan yang seru. Karena setiap yang berbincang memiliki pendapatnya masing-masing yang bisa jadi benar. Karena Tuhan tetap di sebut sebagai sesuatu yang paling terang sehingga tidak ada alat indra pun yang bisa mendeteksinya.

Karena beralasan Tuhan yang tidak bisa di perkatai dan di gambarkan, maka saya hanya sering mencoba untuk menaikkan tensi perbincangan dengan mengeluarkan pendapat yang nyeleneh atau sengaja mendobrak alam bawah sadar akun yang common sense(berpemhaman umum). Seperti Tuhan itu malah lebih kecil dari pada kecoa dan semut. Tuhan itu adalah taruhan yang paling menggiurkan. Meskipun saya juga sadar bahwa saya menelan ludah sendiri. Karena Tuhan yang maha negative selalu tak terjamah. Sehingga apapun yang saya katakan hanya akan kembali kepada diri saya sendiri, seraya menebak bahwa Tuhan mungkin hanya menertawakanku. Tetapi ada pula akun yang menanggapi tawaranku dengan menyesatkan diriku dengan alasan yang di mana kita harus berpegang pada ulama tertentu dan mengharamkan logika. Ketika muncul komentar semacam itu, aku malah semakin tertarik menggoda keyakinannya seraya menahan kegelian. Tuhan yang adalah milik semua manusia tetapi mengapa harus di miliki kelompok manusia saja. Bagi saya penggambaran tentang Tuhan selalu kabur dan siapapun yang menggambarkannya akan selalu dapat di sanggah. dari pada menyesatkan orang lain lebih baik di simak aja, karena perbincangan mengenai Tuhan semakin banyak berbeda maka akan semakin membuat kita sadar bahwa mungkin saja kita bisa salah.
Read More