Minggu, 25 September 2016

Hubungan kalian pasti awet kalau pake filsafatnya Francis Bacon.



Aku pernah membaca peta pemikiran filsafat barat beserta filosof yang membentuknya. Aku lalu tertarik dengan seorang antipati bernama Francis Bacon. Pemikirannya tentang Manusia dan Idolanya mengintervensi kegiatanku sehari-hari. Ia mengajariku untuk menjadi manusia yang paling skeptic. Tidak mempercayai apapun sebelum benar-benar terbukti lewat cara berpikir Induktif.

Saat masih polos ala anak ingusan. Aku pernah mengira bahwa ayam jantan yang menaiki tubuh ayam betina adalah bentuk penyiksaan secara alamiah. Padahal menurut penjelasan biologisnya, mereka sebenarnya sedang mempertahankan spesies. Atau aku pernah mencaci maki kawan sebangkuku yang gemar membawa sate belalang goreng dan di makannya dengan wajah yang puas sambil terus menggodaku. Menurutku itu makanan yang sangat menjijikkan. Tetapi lagi-lagi menurut penjelasan biologisnya. Belalang ternyata adalah makanan yang memiliki nilai protein dan gizi lainnya yang baik untuk tubuh. lalu tipe idola yang paling sering tidak menghargai diri kita atau membuat proses berpikir kita mati sebelum hidup adalah ketika kita mengangungkan seseorang yang selalu akan kita kira benar. Seperti mendengarkan arahan tokoh agama, seseorang yang memiliki pangkat yang tinggi atau seseorang yang kita ukur lewat perasaan. Seperti kekasih, orang tua, dan orang yang meminta pertolongan kita dengan wajahnya yang tidak berdaya. Tentu saja keraguan kita untuk tidak mempercayai idola akan membuat kehidupan kita menjadi skeptic, bahkan bisa membawa kita pada sikap apatis. Namun anti idola ini akan membuat kita lebih kritis, tidak mengikuti prasangka dan menjadi diri sendiri.

Namun sisa idola yang lain adalah kecenderungan kita menilai sesuatu dengan perasaan yang seringkali membawa kita pada peristiwa psikosomatik dan stress. Seperti menduga sesuatu yang belum terjadi. Takut dengan hasil yang sudah di usahakan, cemburu dengan pacar, atau mengosipi tetangga. Kegiatan-kegiatan lain yang di lakukan lewat perasaan akan melihat dunia sebagai tragedy yang akan membuat kita menjadi pribadi yang pesimis. Filsafat Bacon sebagai pandangan hidup diluar cara berpikir induktifnya yang sangat berguna bagi perkembangan ilmu pengetahuan. Mengajarkan kita untuk selalu tenang dalam menghadapi masalah. Tidak menduga-duga sesuatu yang sebenanrnya tidak akan terjadi. Filsafat Bacon menghindarkan kita dari cara berpikir yang menyimpang dan keadaan psikosomatik meski keadaannya akan ebih kompleks.
Sedang gunanya bagi saya. Dalam menjalani hubungan percintaan. Filsafat Bacon membuatku lebih romantic dan memberikan komitmen yang kuat terhadap pasanganku. Setiap masalah yang terjadi dalam hubungan dua manusia yang masih labil secara sikologi dapat teratasi dengan pengumpulan fakta secara induktif. Pasanganku yang sering cemburu dapat mengalahkan kecemburuannya dengan proses berpikir lurus ala Bacon. Meski sebenarnya perempuan seringkali lebih mengikuti Ego sebagai salah satu Idola yang sering menjerumuskan manusia dalam cara berpikir yang menyimpang. Namun aku sering menjelaskan dengan sabar dan sistematik meski juga penjelasan itu akan menguras emosi namun sampai saat ini(umur hubungan kami sudah hampir setahun). Kami dapat menyelesaikan masalah dalam hubungan percintaan ini dengan menggunakan cara berpikir Bacon.



Dia (pasanganku) juga adalah tipe perempuan yang moodnya seringkali berubah. Akibatnya dia selalu berubah-ubah, paginya dia akan tertawa bersamaku, tetapi siangnya dia akan marah-marah, menuduh yang tidak-tidak, dan menuntut sesuatu yang melebihi tuntutan Manusia terhadap Tuhannya. Jika laki-laki yang mengahdapai tipe perempuan yag moodnya fluktuatif adalah laki-laki yang belum bisa keluar dari idolanya akan membentuk persepsi tentang perempuannya yang menyebalkan, tentang perempuannya yang harus di marahi, atau akan bersikap acuh tak acuh lalu asik dengan kawany-kawannya. tentang perempuannya yang di beri hukuman lewat perselingkuhan yang dianggap dapat memberi penjelasan bahwa ia lelah dengan dirinya yang selalu marah-marah(egois) maka hubungannya akan tidak bertahan lama. Aku adalah laki-lakinya, biasanya juga di intervensi oleh perasaan mengikuti ke subjektifan terhadap idola. Tetapi Bacon telah mengajarkanku untuk meneliti dengan cara berpikir induktif sebelum-benar-benar memberikan kesimpulan. Hasilnya aku mendapati perempuanku memiliki hormon yang tidak seimbang lewat ciri tubuh, yang membuatnya mudah lelah yang singkatnya kemudian berpengaruh pada perubahan moodnya. Bukan karena ia tidak saying lagi, bukannya karena ia tidak peduli lagi. Bukannya ia menganggapku sebagai permainan saja. Tetapi karena memang secara lamiah ia memliki hormone yang selalu meningkat dari biasanya. Maka lewat kesimpulan itu aku menanggapinya dengan sabar, seraya memberinya penjelasan secara sistematik , rasional dan objektif. Lewat kepala dingin itu dia juga akhirnya mengerti.

Begitulah aku memanfaatkan filsafat Bacon dalam menjalin hubungan percintaan. Kalian ingin mencoba dan mungkin mengembangkannya. Coba aja.



Read More

Minggu, 11 September 2016

Filsafat sebagai daya tubuh. "Socrates kalau main Futsal".



Filsafat yang di sebutkan sebagai cinta terhadap kebijaksanaan melahirkan corak yang mewarnai cinta itu yang semuanya berlabuh pada kebijaksanaan. Salah satu corak cinta itu adalah eksistensialisme. Yang memandang Filafat sebagai jalan hidup, filsafat yang sebagai jalan hidup bisa menjadi semacam rasa untuk mencicipi kehidupan. Muh Hatta pernah berkata biarlah setiap orang mengalami hidup agar dia tahu arti filsafat. 


Filsafat pada tingkatan awal adalah sebuah permenungan terhadap dirinya yang ia dapati berkesadaran. Pada titik permenungan ini. Manusia memergok dirinya sebagai makhluk yang dapat mengalami dirinya. Manusia hidup untuk mengerti dirinya lalu menguasainya.

Pada tingkatan kedua. Seorang Socrates mempertunjukkan Filsafat sebagai sebuah dialog. Antara dirinya yang berkesadaran dan diri “aku yang lain” di luar dirinya. Tetapi aku mendaku Socrates adalah manusia yang berfilsafat dengan dialog yang lemah. Dia membawa dirinya pada diri yang lain yang tidak mengalami keberpikiran cogito. Lalu ia meminum racun sebagai bukti ia tak takut dengan kematian. Socrates adalah pengkhotbah  yang malang.

Dialektika ala Socrates adalah dialektika yang tidak kekinian. Filsafat butuh dialog yang berani dan bertenaga. Filsafat dengan menggunakan otot. Berdialog dengan tinju, berdialog dengan daya tubuh. Filsafat sebagai sebuah permenungan membawa manusia menuju dirinya yang berkesadaran. Filsafat sebagai yang bertenaga mendapati dirinya yang memahami dirinya yang social. Tubuh jasmani. Yah berdialog dengan menggunakan tubuh jasmani.

Hey sodara, aku membawa Filsafat pada lapangan hijau. Membawanya pada permainan sepakbola atau yang lebih mini pada lapangan Futsal sewaan. filsafat bukan kalimat populer semacam kata makanan cepat saji. Tapi pada kalangan masyarakat yang bertenaga,, futsal atau sepakbola adalah kata yang bersanding dengan menu makanan kaki lima.


Biarlah pada setiap tackle dan foul mereka membawa tenaga Nietzsche sebagai kepesimisan. Biarlah pada permainan Tim mereka sebut Kierkegard sebagai keoptimisan. Shoting kegawang lawan sebagai kumpulan induktif permainan lawan. Lalu ada kalah dan menang dan tak jarang ada perkelahian yang juga akan melahirkan kalah dan menang. Tapi cintailah musuhmu. Pahamilah pukulannya. Dengan cara itu kita telah berdialog.

Aku tak tau siapa yang menciptakan sepakbola. Tapi the Olympian yunani sudah menjadi lambang kekokohan tubuh. Socrates si pembenci Tubuh bila kubaca hanya akan menjadi gemulai dalam permainan Olympian. Hanya akan menendang angin di dalam lapangan futsal. Mungkin juga hanya akan menjadi bulan-bulanan pemain yang pandai ber nutmeg “pa’bayao”.


Dialektika dengan menggunakan otot akan membawa manusia menuju keterasingan. Kekalahan akan membuatnya terasing menuju permenungan yang kelam ia akan kmbali pada dirinya sendiri. Semakin besar kekalahannya maka akan semakin kelam kesendiriannya. Mungkin saja akan memunculkan “dendam”. Tapi yang kutahu sahabat yang terbaik adalah musuh yang dicintai. Pertandingan kalah menang akan memunculkan cinta dan benci. Cinta dan benci akan paham  terhadap dirinya yang sosial.

Intinya.  Filsafat yang bertinju. Tubuh yang bersentuhn dengan tubuh. Filsafat yang seksualitas adalah filsafat yang bertenaga. Filsafat yang berotot.
Read More