Aku pernah membaca peta pemikiran
filsafat barat beserta filosof yang membentuknya. Aku lalu tertarik dengan
seorang antipati bernama Francis Bacon. Pemikirannya tentang Manusia dan
Idolanya mengintervensi kegiatanku sehari-hari. Ia mengajariku untuk menjadi
manusia yang paling skeptic. Tidak mempercayai apapun sebelum benar-benar
terbukti lewat cara berpikir Induktif.
Saat masih polos ala anak
ingusan. Aku pernah mengira bahwa ayam jantan yang menaiki tubuh ayam betina
adalah bentuk penyiksaan secara alamiah. Padahal menurut penjelasan
biologisnya, mereka sebenarnya sedang mempertahankan spesies. Atau aku pernah
mencaci maki kawan sebangkuku yang gemar membawa sate belalang goreng dan di
makannya dengan wajah yang puas sambil terus menggodaku. Menurutku itu makanan
yang sangat menjijikkan. Tetapi lagi-lagi menurut penjelasan biologisnya. Belalang
ternyata adalah makanan yang memiliki nilai protein dan gizi lainnya yang baik
untuk tubuh. lalu tipe idola yang paling sering tidak menghargai diri kita atau
membuat proses berpikir kita mati sebelum hidup adalah ketika kita
mengangungkan seseorang yang selalu akan kita kira benar. Seperti mendengarkan
arahan tokoh agama, seseorang yang memiliki pangkat yang tinggi atau seseorang
yang kita ukur lewat perasaan. Seperti kekasih, orang tua, dan orang yang
meminta pertolongan kita dengan wajahnya yang tidak berdaya. Tentu saja
keraguan kita untuk tidak mempercayai idola akan membuat kehidupan kita menjadi
skeptic, bahkan bisa membawa kita pada sikap apatis. Namun anti idola ini akan
membuat kita lebih kritis, tidak mengikuti prasangka dan menjadi diri sendiri.
Namun sisa idola yang lain adalah
kecenderungan kita menilai sesuatu dengan perasaan yang seringkali membawa kita
pada peristiwa psikosomatik dan stress. Seperti menduga sesuatu yang belum
terjadi. Takut dengan hasil yang sudah di usahakan, cemburu dengan pacar, atau
mengosipi tetangga. Kegiatan-kegiatan lain yang di lakukan lewat perasaan akan
melihat dunia sebagai tragedy yang akan membuat kita menjadi pribadi yang
pesimis. Filsafat Bacon sebagai pandangan hidup diluar cara berpikir
induktifnya yang sangat berguna bagi perkembangan ilmu pengetahuan. Mengajarkan
kita untuk selalu tenang dalam menghadapi masalah. Tidak menduga-duga sesuatu
yang sebenanrnya tidak akan terjadi. Filsafat Bacon menghindarkan kita dari
cara berpikir yang menyimpang dan keadaan psikosomatik meski keadaannya akan
ebih kompleks.
Sedang gunanya bagi saya. Dalam menjalani
hubungan percintaan. Filsafat Bacon membuatku lebih romantic dan memberikan
komitmen yang kuat terhadap pasanganku. Setiap masalah yang terjadi dalam
hubungan dua manusia yang masih labil secara sikologi dapat teratasi dengan
pengumpulan fakta secara induktif. Pasanganku yang sering cemburu dapat
mengalahkan kecemburuannya dengan proses berpikir lurus ala Bacon. Meski sebenarnya
perempuan seringkali lebih mengikuti Ego sebagai salah satu Idola yang sering
menjerumuskan manusia dalam cara berpikir yang menyimpang. Namun aku sering
menjelaskan dengan sabar dan sistematik meski juga penjelasan itu akan menguras
emosi namun sampai saat ini(umur hubungan kami sudah hampir setahun). Kami dapat
menyelesaikan masalah dalam hubungan percintaan ini dengan menggunakan cara
berpikir Bacon.
Dia (pasanganku) juga adalah tipe
perempuan yang moodnya seringkali berubah. Akibatnya dia selalu berubah-ubah,
paginya dia akan tertawa bersamaku, tetapi siangnya dia akan marah-marah,
menuduh yang tidak-tidak, dan menuntut sesuatu yang melebihi tuntutan Manusia
terhadap Tuhannya. Jika laki-laki yang mengahdapai tipe perempuan yag moodnya
fluktuatif adalah laki-laki yang belum bisa keluar dari idolanya akan membentuk
persepsi tentang perempuannya yang menyebalkan, tentang perempuannya yang harus
di marahi, atau akan bersikap acuh tak acuh lalu asik dengan kawany-kawannya.
tentang perempuannya yang di beri hukuman lewat perselingkuhan yang dianggap
dapat memberi penjelasan bahwa ia lelah dengan dirinya yang selalu
marah-marah(egois) maka hubungannya akan tidak bertahan lama. Aku adalah laki-lakinya,
biasanya juga di intervensi oleh perasaan mengikuti ke subjektifan terhadap
idola. Tetapi Bacon telah mengajarkanku untuk meneliti dengan cara berpikir
induktif sebelum-benar-benar memberikan kesimpulan. Hasilnya aku mendapati
perempuanku memiliki hormon yang tidak seimbang lewat ciri tubuh, yang
membuatnya mudah lelah yang singkatnya kemudian berpengaruh pada perubahan
moodnya. Bukan karena ia tidak saying lagi, bukannya karena ia tidak peduli
lagi. Bukannya ia menganggapku sebagai permainan saja. Tetapi karena memang
secara lamiah ia memliki hormone yang selalu meningkat dari biasanya. Maka lewat
kesimpulan itu aku menanggapinya dengan sabar, seraya memberinya penjelasan
secara sistematik , rasional dan objektif. Lewat kepala dingin itu dia juga
akhirnya mengerti.
Begitulah aku memanfaatkan
filsafat Bacon dalam menjalin hubungan percintaan. Kalian ingin mencoba dan
mungkin mengembangkannya. Coba aja.