Jumat, 29 April 2016

Filsafat dan Sains ( Drama Malin Kundang )

Ringkasan bab 2 “ Haidar Bagir, buku saku Filsafat Islam”
Oleh : Ma’ruf Nurhalis




Di eropa sejak adanya semangat Renaisance, para filsuf pada saat itu rajin untuk mempertanyakan sejauh mana agama itu bermanfaat bagi kehidupan empiris manusia. lahirlah dualisme Cartesian dari Rene Descartes yang menjadi awal perpisahan filsafat dan sains di barat. Filsafat dengan kebenaran koheren nya dianggap tidak sesuai dengan verifikasi-(empiris)eksperimen korespondensi Sains. Pemisahan keduanya akhirnya terbukti menimbulkan berbagai krisis kemanusiaan , krisis ekologi, krisis keyakinan yang melahirkan keterasingan pada diri sendiri. Fritjof Capra salah satu yang ingat, seorang ahli fisika merasa terpanggil untuk kembali menggali kebijaksanaan Timur (Taoisme) yang telah lama terkubur di bawah kaki Sains yang congkak dengan korespondensinya.

Lalu bagaimana dengan Islam. HB menuliskan “ Di dunia Islam pelepasan Sains dari Filsafat ini bahkah berakibat lebih buruk lagi”.

Ukuran sebuah peradaban dapat di lihat dari sejauh manakah Filsafatnya berguna bagi eksistensi manusia. Bertrand Russel sedikit menyindir dengan mengatakan “ seandainya di dalam Spesies Dinausaurus ada seekor saja dinausaurus yang menjadi filosof atau setidaknya sedikit saja berfilsafat , maka mereka bisa selamat dari kepunahan”. Dan itulah yang terjadi dalam hemat saya, bahwa Umat Islam setelah semangat abad peripatetik Islam, Filsosofnya semakin sedikit dan setiap kemunculannya selalu mendapatkan tantangan dari manusia yang anti Filsafat. dan bila ini terus terjadi. Umat Islam bukanlah mustahil akan punah mengikuti Dinausaurus.

 Prof Osman Bakar dalam sebuah konfrensi Sains di Yogyakarta berpendapat bahwa “ permusuhan terhadap filsafat di negara-negara muslim menjadi biang kerok dari krisis modernisme ini”. Ketika terjadi persentuhan dengan barat di abad 18-19 muncul semangat pembaharuan yang Westernisasi ( mengikuti Barat sepenuhnya tanpa kebijaksanaan) dan Fundamentalisme (menolak Barat tetapi juga menolak Filsafat ) dan sangat sedikit yang menjadi pembaharu yang kritis ( melihat barat dan mempertahankan ke Tradisonalan kebijaksanaan).
Para filosof Peripatetik seperti Ibn Sina, Al razi, Al Farabi dan ilmuwan macam al Biruni, ibn Hayyan mengaplikasikan Fisika sebagai anak dari ibu Filsafat itu. Dengan menjadikan alam Empiris Al-Qur’an sebagai motivasi untuk kritis dan analitis membaca kosmologi. Iqbal menunjukkan anti klasik al Qur’an ini telah terbukti menjadi kekuatan luar biasa dalam pengembangan sains. Bahwa para mujahid Intelektual ini dengan otak Qur’aninya telah membawa Islam kepada masa keemasan.
Namun ketika kebijaksanaan para mujahid intelektual ini tidak lagi memiliki nilai jual dalam kehidupan umat muslim. Maka pada  abad ke-15 kebijaksanaan itu perlahan hijrah ke Barat. Hingga Barat juga mencapai kejayaannya sedangkan Timur menjadi gelap. Tetapi dalam perkembangannya kemudian. Keadaan Filsafat di barat pelan pelan bercerai dengan Sains. Pada masa Renaisance itulah muncul metode ilmiah yang di gawangi oleh Descartes dan Bacon. Hingga Sains meninggalkan metode spekulatif koheren dari Filsafat. Filsafat dan Sains berpisah karena konflik semacam Malin Kundang dan ibunya.
Ada tiga hal yang perlu di perhatikan.
Pertama, apa yang terjadi ketika Sains berpisah dengan Filsafat. Maka kekayaan kebijaksanaan Filsafat ikut terlepas. Sains akan jalan sendiri dan kemanusiawiannya tidak menjadi bahan ukur. Yang terpenting jika objek itu sah secara korespondensi dan telah di falsifikasi maka itulah kebenaran. Tak penting apa dampak penemuan itu bagi lingkungan. misalnya ketika Kamasutra sebuah kitab yang menerangkan peraturan bercinta yang dikarang oleh Vatsayana. Di terjemahkan kedalam bahasa barat. Bagian filosofis dari Kamasutra tidak ikut di terjemahkan. Maka kehidupan Seksual masyarakat barat akhirnya menuju pada pergaulan bebas dan liar. Padahal Kamasutra memiliki nilai filosofis yang kaya.
Kedua, sains tidak pernah bisa tuntas dalam pengembaraannya. Bahwa metafisika akan menjadi pertanyaan yang sulit untuk di jawab. Sains berlaih atau mengalihkan metafisika yang sifatnya Transendental menuju metafisika yang sifatnya Saintifik dan dalam banyak hal sekuler.
Ketiga, Sains selain kehilangan metafisika juga akan miskin epistimologi, dari kemiskinan Epistimologi ini. Penghayatan terhadap sebuah objek akan kehilangan estetikanya. Saintifik seperti Capra dan Oppenheimer bahwa Sains telah kehilangan kesempatan bagi pengembangan fakultas atau daya intuitif.
Akibatnya ketika Sains telah menjadi “Malin Kundang” dan tidak lagi memperhatikan kebijaksanaan Filsafat sebagai “Ibunya” maka akan terjadi krisis dalam berbagai segi kehidupan, pada krisis Ekologi misalnya. Jika hanya berpandangan sains maka akan terjadi eksploitasi lingkungan yang tidak terkendalikan. Sebagaimana Arne Naess pada apa yang disebut Gerakan ekologi dalam mengaskan bahwa posisi lingkungan alam semesta tergantung sebagaimana harmonisnya hubungan manusia dengan lingkungannya. Jika dalam diri manusia mengalami krisis epistimologi apalagi krisis diri maka kerusakan lingkungan akan terus berkembang biak. Akhirnya Sains sebagai “Malin Kundang” akan membawa manusia  pada kutukan batu.

Disinilah letak peran kedua kajian Filsafat, yaitu mendekonstruksi paradigm modernism sedimikian seraya mengembalikan nilai transcendental dan holistic. Filsafat sebagai “Ibu” harus memecahkan masalah anaknya, seraya trus menasihati dan merumuskan sebuah kebijaksanaan yang dapat mengintegrasikan hubungannya dengan “Malin kundang” secara utuh dan tanpa dikotomi antara visi ilai dan visi manusiawi. 
Read More

Rabu, 27 April 2016

kehidupan adalah kematian yang tertunda

Kehidupan adalah kematian yang tertunda

Apakah kau ingin mati besok ?



Tentu jawaban yang pertama kali terbentuk di benak kita, adalah “tidak”, “ atau “ Jika Tuhan berkehendak maka aku akan mati” dan “ Yah aku ingin mati”. ada tiga model jawaban yang muncul, model jawaban yang pertama bisa terlontar karena  masih ingin menikmati hidup, saya masih muda, ingin berumur panjang, saya takut mati, atau saya masih banyak dosa. Sedangkan model jawaban yang kedua “ Jika Tuhan berkehendak maka aku akan mati”. otak manusia yang menjawab seperti adalah otak manusia yang memang sudah siap untuk mati, tipe manusia yang telah menyerahkan hidupnya. Sedangkan model jawaban yang ketiga “ Yah aku ingin mati” adalah jawaban yang mustahil dilontarkan oleh manusia yang mentalnya Normal.

Untuk tipe jawaban yang pertama, mari kita membahasnya secara lebih rinci.

Setiap waktu secara tidak sadar sebenarnya kita menghabiskannya untuk menyamankan diri. mulai dari bangun hingga tidur lagi, kegiatan yang kita lakukan setiap hari adalah pemenuhan diri untuk mendapatkan kenikmatan dan penjagaan. manusia dalam perangkat mentalnya memiliki insting Ego yang mengarahkan diri pada insting hidup. Contoh kebutuhan makan tepatnya. Setiap manusia yang merasakan lapar akan terdorong untuk menyamnkan dirinya dengan mengkonsumsi makanan. Tetapi makanan yang di konsumsinya akan kembali membuatnya lapar dan manusia akan kembali mencari makan. Atau singkatnya, manusia akan selalu menginginkan hidup untuk terus merasakan kenikmatan yang berulang. Sehingga ketika ada sebuah pertanyaan “ apakah kau ingin mati besok”. Secara otomatis manusia akan selalu memunculkan jawaban untuk menolaknya.

Pemenuhan kenikmatan manusia sangat di pengaruhi oleh insting Ego. Ego manusia terbentuk dari lingkungan. Sehingga jika lingkungan yang mendidik Ego jauh dari kebijaksanaan, maka akan terjadi kemiskinan kenikmatan. Dalam artian manusia tidak akan pernah puas dengan hidupnya. Ego yang menjadi Filter antara Id( yang tidak mengetahui aturan lingkungannya) dan Super Ego ( yang selalu mengarahkan manusia kepada kebenaran). Akan selalu mengikuti kemauan Id yang hanya bertujuan untuk kenikmatan, apakah kenikmatan itu melanggar aturan lingkungan, tidak menjadi persoalan. Ego  yang tidak terdidik akan tunduk dengan id dan Super Ego tidak dapat berkutik. Kepuasan yang tidak ada habisnya akan menggiring manusia untuk menjadikan kematian sebagai momok yang sangat menakutkan.

Tetapi secara tidak sadar pula, manusia sebenarnya hidup untuk mati, atau kehidupan adalah kematian yang tertunda. Setiap manusia tidak akan bisa terhindar dari kematian. Karena insting hidup adalah bagian insting mati. jadi kematian juga adalah kebutuhan manusia untuk melangsungkan kehidupannya. Maka model jawaban yang kedua “ bahwa jika Tuhan berkehendak maka aku akan mati” itu bernilai benar. Tetapi walaupun Tuhan tidak berkehendak manusia tetap akan mati.

Mari kita mengikuti penjelasan Teori Sigmund Freud tentang dualisme Final antara insting hidup dan insting mati.

Tujuan insting mati menurut Freud adalah mengembalikan organisme pada keadaan inorganik. Kondiisi inorganik adalah kematian itu sendiri, maka tujuan dari insting mati adalah perusakan diri sendiri. Pada umumnya perangkat mental berjuang untuk mempertahankan dirinya agar berada dalam keadaan tenang. Keadaan tenang yang di maksud adalah seperti keadaan Surga yang bebas dari kebutuhan-kebutuhan.

Maka dalam bentuknya yang Fundamental , keharusan mengulang merupakan kecenderungan untuk memperoleh keadaan yang sama sekali tenang yang benar-benar bebas dari stimulus dan kebutuhan. Singkatnya tujuan dari hidup manusia adalah untuk mati.

Ego yang dimiliki manusia berfungsi untuk melayani insting mati. Freud mangatakan “ Ego adalah bagian-bagian insting yang fungsinya adalah menjamin supaya organisme menempuh jalannya sendiri menuju kematian. Apa yang ada dalam diri kita adalah fakta bahwa organisme ingin mati hanya dalam caranya sendiri. Dengan demikian, pengawal-pengawal hidup ini (yakni insting penjagaan/penyelamatan diri juga pada mulanya adalah pengikut yang setia dan patuh dari mati”.( Freud, 1920a:39)

Ini artinya manusia hidup untuk mengantarkan dirinya pada kematian. Bahwa manusia tidak akan pernah terhindar dari kematian.

Manusia yang selalu berkesempatan untuk mati ( sebuah kematian bid’ah Evolusi )

Teori Sigmund Freud diatas adalah teori yang menjelaskan kematian manusia dalam artian kematian yang alamiah sebuah kematian dari organisme yang harus mati sendiri. Sedangkan bentuk kematian diluar dari pada alamiah( Bunuh diri, kecelakaan, di bunuh, dll) adalah bid’ah kematian.

Namun tanpa kita sadari sebenarnya manusia yang memang akan selalu tunduk pada hukum alam akan selalu berkesempatan untuk mati. sesungguhnya kehidupan manusia hanyalah kematian yang tertunda. Setiap waktu, setiap detik yang kita lewati adalah kesempatan kita untuk menuju kematian. Maka sesembong  dan sehebat apapun manusia sesungguhnya ia  begitu lemah karena selalu berada di ambang kematian.

Contohnya ketika kita berkendara, entah menggunakan jenis kendaraan apa, yang modelnya bagaimana. Semua manusia yang memacu kendaraannya di jalur lalu lintas paling berpeluang untuk mati. entah yang taat atau tidak taat aturan lalu lintas, diatas jalan semua manusia berpeluang untuk mati. pengendara yang sering menyalip dan memacu kendaraan dengan senonoh seharusnya sadar ketika dia sampai ketujuan. Bahwa sampainya ia ketujuan dan selamat dari kematian hanyalah akibat dari kemurahan hati pengendara lain. Mereka tidak mati atau kecelakaan karena pengendara lain sabar dan memberinya jalan. Tetapi terlepas dari kemurahan hati pengendara lain. Pengendara yang modelnya tidak taat aturan adalah manusia yang mungkin tidak sadar menjadi manusia yang paling ingin mati secara bid’ah evolusi.

Atau contoh lainnya. Tipe manusia yang selalu berkonflik dengan manusia lain atau dengan lingkungannya. Menganggap dirinya yang paling kuat dan menindas yang dianggapnya lemah. Manusia yang seperti ini pula juga selalu di bayangi oleh kematian. Bahwa penindasan yang dilakukannya menjadi pemicu utama baginya untuk mati. kematiannnya bisa saja tertunda jika yang lemah itu juga menunda untuk menjadi kuat. Jiak tidak ada lagi penundaan. Maka dia bisa mati dalam sebuah perkelahian atau sebuah rencana pembunuhan. Maka untuk apa berusaha mempertunjukkan kehebatan yang kita miliki. Kalau kehebatan itu juga tidak dapat menghindarkan kita dari kematian. Malah membawa anda mata kematian yang tidak wajar.

Peluang kematian non alamiah manusia yang besar, seharusnya menjadi nasihat untuk manusia yang memang masih ingin hidup untuk selalu bijak dalam bertindak. Manusia tidak perlu sombong dengan pernak-pernik kehidupannya karena setiap detik manusia selalu berpeluang untuk kehilangan pernak-pernik itu. Dan karena pernak-pernik kehidupan itu pula tidak akan pernah pula memberi kepuasan bagi manusia maka ia juga memerlukan kematian yang alamiah.

Semua manusia pasti akan mati. karena mati adalah kebutuhan organik menuju inorganik. Manusia tidak akan bisa puas dalah kehidupan yang serba organik. Kepuasan tanpa tuntutan ada pada dunia inorganik. Sebuah dunia kesenangan nirvana yang tidak lagi membutuhkan perulangan kenikmatan seperti perulangan mengisi perut kelaparan.

Mungkin bijaknya. Manusia yang saat ini masih hidup adalah manusia yang tertunda kematiannya, ketertundaan itu sebaiknya diisi untuk melayakkan diri untuk senantiasa meraih kematian yang seringkali diartikan sebagai gerbang menuju dunia inorganik itu. Atau singkatnya jika kita adalah manusia yang berTuhan senantiasa mengisi ketertundaan itu dengan selalu mendekatkan diri kepadaNya seraya terus bertanya akan kemanakah kita?.

Sehingga ketika ada sebuah pertanyaan “Apakah anda ingin mati besok” penulis secara pribadi menawrkan pernyataan “apakah aku telah layak untuk mati.?” yah itu sebuah pertanyaan lagi.



Read More

Selasa, 19 April 2016

perjumpaan Tokoh Pembaharuan Muhammad Ali Pasya dan Jamaluddin Al Afgani. (Makalah pemikiran Islam Modern )


Bab I.
Pendahuluan
A.      Latar belakang
Sebelum Muhammad Ali Pasya menancapkan ke Pasyaannya di Turki. Telah berlangsung perjumpaan peradaban timbal balik antara Barat dan Timur. barat mendatangi Timur dengan misi menghegemonikan dunia Timur. yang memaksa Islam tersentak, seperti tersentaknya Al Afgani ketika menyadari bahwa Bangsa Islam telah jauh tertinggal oleh peradaban Barat dari berbagai segi kehidupan.
Islam sejak terakhir kali tiga kerajaan besar di penghujung abad 19 memunculkan reaksi. Reaksi bangsa-bangsa Islam setelah sadar berada di bawah pantat kolonialisme Barat menunjukkan fenomena yang berbeda sesuai dengan keadaan penjajah yang mereka terima. John L Esposito mengindikasikan respon Islam terhadap dominasi barat menjadi empat yaitu, penolakan, penarikan diri, sekularisasi dan westernisasi, atau modernisasi[1].
Adapun proses pembaharuan pertama kali terjadi di Turki Utsmani sebagai kerajaan besar  dan sebagai Imperium yang juga merasakan kemunduran yang paling fatal terutama di bidang militer yang selama ini di banggakannya setelah berjumpa dengan peradaban barat.
Akibat dari kemunduran kerajaan Utsmani Mesir mulai melepaskan diri dari kekuasaan Istanbul, ibu kota kerajaan Usmaniah, dan akhirnya menjadi otonom. Pada tahun 1789 Napoleon Bonaparte , melakukan ekspedisi. Dalam ekspedisinya, Napoleon Bonaparte selain membawa sejumlah tentara , juga memperkenalkan kebudayaan dan peradaban yang sama sekali belum di kenal di Timur. Gerakan pembaharuan mulai timbul di Mesir, muncullah nama Muhammad Ali Pasya.[2]
Muhammad Ali yang semula merupakan perwira dalam pasukan Turki Utsmani ketika menyerang ekspedisi Prancis, memanfaatkan kekosongan kekuasaan politik dan memainkan peranan penting dalam pengambilan kekuasaan di Mesir setelah tentara Perancis meninggalkan negeri itu.[3]
Rakyat Mesir melihat kesuksesan Muhammad Ali Dalam pembebasan Mesir dari tentara Napoleon, menyebabkan ia memperoleh simpati dan dukungan dari rakyat Mesir, sehingga posisinya di Mesir semakin kuat. Pada tahun 1805 Muhammad Ali mampu mengamankan Mesir dan diakui oleh Sultan Usmani sebagai penguasa Mesir.[4]
Mesir memang menjadi daya tarik, setelah pertama kali di kuasai oleh umat muslim yang di taklukkan oleh Amr bin Ash. Pada tahun 640 M. Sejak dari itu . Mesir sebagai peradaban tua secara silih berganti berada di bawah para penguasa Muslim. Muhammad Ali Pasya adalah salah satunya. Yang juga menjadi pelopor munculnya pembaharu pada segi Intelektual seperti Jamaluddin al Afgani, Muhammad Abdul wahhab, dan Rasyid Ridha.
Dalam hal ini pemakalah akan memaparkan kemajuan peradaban dan masa kebangkitan kembali negara yang mayoritas Islam seperti Mesir pasca keruntuhan tiga kerajaan besar. beserta hubungan antara Muhammad Ali pasya dan Jamaluddin al Afgani dalam pembaharuan pemikiran Modern dalam islam.

B.      Rumusan Masalah
Adapaun rumusan maslah dalam makalah ini

1.       Bagaimanakah biografi Muhammad Ali Pasya ?
2.       Bagaimanakah Upaya pembaharuan yang di lakukan oleh Muhammad Ali Pasya?
3.       Bagaimanakah riwayat hidup Jamaluddin Al Afgani ?
4.       Bagaimanakah upaya pembaharuan yang di lakukan oleh jamaluddin Al Afgani?
5.       Bagaimanakah perjumpaan keduanya dalam pembaharuan pemikiran Modern dalam Islam?



BAB II
Pembahasan

A.     Biografi Muhammad Ali Pasya
 Muhammad Ali Pasya adalah Tokoh pembaharu Mesir yang di lahirkan pada tahun 1769 M. Di Kawalla, Macedonia, daerah dari kekuasaan Yunani ia termasuk keturunan Turki . sejak kecil ia harus bekerja keras membantu orang tuanya, sehingga ia tidak mendapatkan pendidikan yang layak dan baik[5]. Sebelum memasuki dinas militer, Muhammad Ali pernh menjadi pedagang rokok, kemudian menjadi pegawai rendah di kantor pajak.[6] Namun dalam pekerjaannya di kantor pajak itu. Ia memliki kecakapan dan ketangkasan yang kemudian menjadi kesayangan Gubernur Usmani, ia kemudian di ambil sebagai menantu Gubernur, dan sejak sat itu namanya mulai di kenal . selanjutnya ia masuk dunia militer. Dan dalam dunia kemiliteran itu  juga memiliki kecakapan dan ketangkasan sehingga pangkatnya juga cepat naik.
Karena kecakapan dn ketangkasan itu. I juga di percaya oleh Sultan Turki Utsmani untuk memangku jabatan panglima pasukan Albania yang di kirim ke Mesir untuk mengusir tentara pendudukan mesir dan akhirnya ia beserta pasukannya berhasil mengusir tentara pendudukan Prancis dari Mesir pada tahun 1801 M.
Pada tahun 1805 M. Rakyat Mesir memilih dan mengangkat Muhammad Ali sebagai gubernur Mesir. Tindakan ini kemudian di sampaikan kepada Sultan Salim III selaku Turki Utsmani paa waktu itu dan mereka mengharapkan agar sultan Turki berkenan merestui dan mengukuhkan Muhammad Ali sebagai gubernur Turki di Mesir , satu Tahun kemudian , Muhammad Ali di akui secara resmi sebagai gubernur Mesir oleh Turki Utsmani. Pada tahun 1807 M, ia bersama rakyat Mesir berhasil mematahkan intervensi Inggris ke Mesir.[7]
Setelah mendapatkan kepercayaan dari rakyatnya Muhammad Ali pasya menjadi pemilik independen negara ini. Dengan menerapkan monopli atas produk-produk unggulan negeri ini , ia menjadikan dirinya sebagai satu-satunya pengusaha dan kontraktor.[8]
Muhammad Ali pada maa pemerintahaannya telah mengirim beberapa kali pasukan nya untuk menaklukkan daerah-daerah di luar Mesir. Pada tahun 1811 M. Muhammad Ali mengirim tentaranya pertama kali ke saudi Arabia untuk memerangi Gerakan Wahabi. Serangan ini di lakukan oleh Muhammad Ali karena khawatir terhadap gerakan tersebut yang di anggap dapat mengancam kedaulatan Turki Utsmani sebgai pelindung kota suci Makkah dan Madinah. Pada tahun 1820 M. Pasukan Muhammad Ali yang ddi pimpin oleh anaknya, Tusun dapat melaju dan menguasai wilayah barat Sudan.
Pada musim panas tahun 1832 M, pasukan Muhammad Ali di bawah pimpinan anaknya Pasya juga menjarah Palestna, menghancurkan tentara turki yang ada di Homs dan Aleppo, dan selanjutnya mengarah ke Anatolia antara tahun 1834-1839 M, Muhammad Ali mengirim pasukannya kembali ke Saudi Arabia untuk menduduki nejd,Hijaz, dan Yaman. Namun atas tekanan Inggris telah memaksa Muhammad Ali untuk melepaskan dominasinya atas semenanjung Arabia, Beirut, Syria, dan Palestina. Akibat lain dari tekanan Inggris kekuasaan Muhammad Ali mengecil dan hanya tinggal mesir dan sudan bagian utara.
Muhammad Ali wafat pada tahun 1849 M. Dalam usia 80 tahun, selama 45 tahun memerintah, ia telah melakukan usaha-usaha pembaharuan dalam bidang militer,ekonomi, pendidikan dan bidang lainny. Karena itu pengaruhnya di mata rakyat mesir sangat besar dan akibatnya ia dapat mewariskan kekuasaan kepaa keturunanya dengan penguasa terakhir raja Faruq yang bertahta selama 16 Tahun (1936-1952M).[9]

B.      Pembaharuan yang dilakukan oleh Muhammad Ali Pasya
sejarah mesir pada paruh pertama abad ke 19 sebenarnya adalah sejarah tentang muhammad Ali pasya. Ia adalah tokoh sentral dari perubahan mesir kearah kemodernan. Philip K hitti menyebutnya sebagai Bapak Negara Mesir , karena inisiatif, semangat, dan visi yang ia tunjukkan dan ia praktikkan tidak ada tandingannya di antara tokoh-tokoh muslim lain yang sezaman dengannya. [10]
pembaharuan di bidang Militer
berangkat dari kenyataan bahwa napoleon brhasil menguasai Mesir dengan hitungan tiga minggu. Maka Muhammad Ali meraa bijak jika membangun pembharuan di bidang militer. Muhammad ali lalu menugaskan Kolonel Save[11] untuk melatih dan menata militer secara modern mendirikan sekolah militer tahun 1815 M, mengirim pelajar Mesir ke prancis, Italia, Inggris, dan Austria untuk belajat ilmu kemiliteran. Negara ini di pilih karena Muhamma dali sadar bahwa negara Eropa telah mengalami kemajuan pesat di bidang kemiliteran, faktanya Napoleon menguasai mesir dengan begitu mudahnya.[12]
Philip K Hitti menunjukkn bahwa antara 1813 sampai 1849 ada tiga ratus sebelas mahasiswa Mesir yang dikirim ke negara-negara eropa tersebut. yang menghabiskan biaya  pemerintah sebanyak 273.360 euro. Di paris, sebuah rumah khusus di dirikan untuk kepentingan mahasiswa. Subjek-subjek pelajaran yang secara khusus di pelajari adalah militer dan angkatan laut.[13]
Selain mengangkat kolonel Save, Muhammad ali juga mengangkat orang Prancis lainnya untuk mengembangkan angkatan laut mesir[14] dengan melengkapai angkatan laut dengan kapal-kapal perang yang sebagiannya di impor dari luar negeri dan lainnya di produksi dalam negeri dengan membangun Industri kapal Aleksandria dan Bulak. Dengan ini Muhamma Ali dapat melindungi pantai Mesir dari serangan-serangan musuh[15].
Meskipun kemajuan dan kehebatan kekuatan militer Muhammad Ali demikian besar , namun belum sanggup mengimbangi dan melebihi kekuatan dan kemampuan militer negara-negara barat. itu terbukti ketika rmaa turki Mesir di hancurkan di Navarino ( 20 Oktober 1827 ) oleh armada gabungan Anglo Prancis Rusia. Dari 782 buah kapal , hanya 29 kapal yang tersisa.
Pembaharuan di bidang Ekonomi
Langkah-langkah Muhammad Ali dalam upaya meningkatkan perekonomian di Mesir yang berdampak pada kemajuan Militer. Adalah menata kembali bidang pertanian dan industri. Kebijaksanaan Muhammad Ali dalam bidang ekonomi di mulai dengan mengambil alih tanah pertanian untuk negara . tindakan itu di sinyalir oleh sebagaian ahli sejarah sebagai usaha mengadakan nasionalisasi pemilikan tanah yang lalu berpusat kepada Muhammad Ali sendiri.
Keterpusatan pemilikan tanah ini bisa saja di hubungkan dengan sistem kekuasaan mutlak yang menjadi ciri khas kepemimpinanya. Philip K Hitti menggambarkan Muhammad Ali sebagai pemilik tunggal negara ini. Ia menerapkan monopoli atas produk-produk unggulan negeri ini , ia menjadikan dirinya sebagai satu-satunya pengusaha dan kontraktor. Ia lalu membuat kebijakan baru dengan menggali terusan, menganjurkan ilmu pertanian berbasis ilmiah , dan memperkenalkan cara pengolahan kapas dari India dan Sudan.[16]
Di samping membangun bendungan, irigasi dan jembatan itu, Muhammad Ali juga membangun beberapa kota yang kemudian menjadi kota-kota besar. dengan demikian, semakin uaslah tanah-tanah yang dapat di tanami dengan berbagai tanaman seperti kapas ,tebu, tembakau, pohon zaitun, dan lain-lain. Untuk melaksanakan itu semua Muhammad Ali mendatangkan tenaga ahli pertanian dari Eropa. Namun karena kurangnya keahlian dari petani lokal yang disebabkan oleh  pajak-pajak yang memberatkan para petani dan karena monopoli yang di lakukan oleh Muhammad Ali.
Namun di laur dari segala kontroversi kebijakan ekonomi Muhammad Ali Pasya, sejak tahun 1810 M, ekonomi Mesir berkembang maju, terutama dari hasil penjualan gandum kepada tentara Inggris ke laut tengah. Dari usaha-usahanya ini Muhammad Ali merupakan bapak modern Mesir.
Pembaharuan di bidang pendidikan
Muhammad Ali dalam perkembangan hidupnya. Adalah sosok yang buta huruf karena berangkat dari keluarga yang miskin sehingga kurang pendidikannya. Meskipun kurang dalam pendidikan. Tetapi ia adalah seorang yang berpendidikan. Ia menyadari akan pentingnya pendidikan.
Usaha Muhammad Ali dalam pendidikan adalah memulai pembentukan departemen pendidikan, membangun sebuah lembaga pendidikan.[17] Lembaga pendidikan yang pertama di dirikannya ialah sekolah militer tahun 1815 M, menyusul sesudahnya sekolah teknik pada tahun 1916 M, dua tahun kemudian adalah sekolah kedokteran , tahun 1829 di buka pula sekolah obat-obatan, tahun 1934 sekolah penerjemahan. Sekolah sekolah seperti ini adalah lembaga yang masih asing di dunia islam pada saat itu.
Usaha Muhammad Ali selanjutnya adalah dengan mengadakan gerakan penerjemahan buku-buku eropa yang berisikan ilmu –ilmu modern kedalam bahasa Arab. Usaha ini di maksudkan untuk mengatasi persoalan yang timbul , yaitu terbatas atau kurang teks book  yang dapat di pahami para pelajar, dalam melengkapi materi yang di sampaikan guru mereka secara lisan.
Dengan ini Muhammad Ali telah menjadi pelopor bagi dinamika pembaharuan yang kondusif. Dengan mendirikan berbagai macam lembaga pendidikan. Muncul kalangan intelektual yang berperan penting pada pembaharuan Islam di dunia modern.
C.       Biografi Jamaluddin Al Afgani
Pada abad ke 19 sebuah kekuatan Vulkanik bernama Sayyid Jamaluddin Al Afgani. Orang Afganistan percaya bahwa dia lahir di Afganistan pada tahun 1836. 13 tahun sebelum wafatnya Muhammad Ali Pasya.  Namun ada pula yang meyakini Jamaluddin al Afgani di lahirkan di Mazandaran. Namun yang jelasnya dia pergi ke India ketika berusia delapan belas tahun. sentimen anti Inggris sedang memuncak di India saat itu dan jamaluddin mungkin telah bertemu beberapa Muslim yang menyusun siasat anti Inggris.[18]
Namun sebelum menuju ke India. Jamaluddin Al Afgani telah membekali dirinya dengan berbagai bidang keilmuan dan keislaman. Di antara ilmu yang di pelajarinya adalah Filsafat Islam, tasawuf, dan ilmu Syariah dengan berbagai cabangnya. Ilmu keislaman di pelajari dengan berbagai pengatur bahasa Arab, sedang ilmu politik, filsafat, fisika dan matematika memakai bahasa Persia. Kemudian Al Afgani dengan metode Modern berbahasa Perancis mempelajari matematika di India.
Keilmuan yang di pelajari al-Afgani tampak berpengaruh dalam proses pembentukan kepribadiaanya. Sebagai manusia al-Afgani rendah hati, sopan dan suka bekerja keras. Tidurnya sedikit sekali, bekerja lebih dari 18 jam sehari. Ia tidak pernah minum minuman keras, tidak banyak membutuhkan kebutuhan duniawi, sikapnya keras tetapi tidak bertempramen panas, berani menantang bahaya, terus terang dan baik hati serta ramah pada setiap orang, namun bebas dalam hubungannya dengan para pembesar. Kadar Intelektualnya Inskopedik, di barengi ketajaman Analisis dan kecepat tepatan pengertiannya tentang berbagai masalah dengan sangat mengagumkan, hingga ia membaca pikiran orang lain sebelum di ucapkan, demikian menurut Edward G Brownk seorang penulis karya terkenal Sejarah Literatur Persia.[19]
Iqbal berkata bahwa al Afgani adalah ahli bahasa yang sempurna, menguasai berbagai bahasa dari bangsa yang beragama islam, yang kefasihannya di akui dan merasuk hati. Jiwa yang tidak mau diam itu selalu mengembara dari satu negara Islam ke negara Islam lainnya untuk memengaruhi orang-orang penting di Iran,  Mesir dan Turki.
Meskipun dianggap memiliki tingkat intelektual di atas rata-rata. Namun Al Afgani bukanlah Filosof yang tamat qira’ahnya dan bukanlah sosok Writer yang istiqomah. meskipun filsafat juga susah untuk menuju titik terdalam. Namun Al Afgani memiliki kemampuan menggerakkan potensi individu yang lain. Maka sangat cocoklah jika Tamim al Ansary menyebutnya sebagai gunung Vulkanik. Yang tiba-tiba saja meletus dan menyita perhatian umat islam pada saat itu.
Dan pada tanggal 9 maret 1897. Gunung Vulkanik ini menjadi gunung tidak aktif. Al Afgani meninggal dunia dengan diagnosa serangan kanker rahang. Ia di makamkan dengan penghormatan besar di makam para Syaikh Turki, dekat Niahan Tash di Istanbul.

D.     gerakan pembaharuan yang di lakukan oleh Jamaluddin Al Afgani.
Setelah terjadi perjumpaan peradaban Barat dan islam. Pada masa tiga kerajaan besar, yakni Usmani, Safawi dan Moghul. Yang berujung pada runtuhnya kerajaan – kerajaan ini. Memang setelah terjadi perubahan besar- besaran pada internal Dunia Islam. Muncul bebragai respon pasca masuknya peradaban Barat ke dunia Islam. Sebelum Al Afgani sudah ada jenis pembaharu. Namun umat slam masih saja berada dalam kemunduran dan statis.
Kemunduran Umat Islam menurut al Afgani bukan karena Islam itu sendiri, akan tetapi karena umat Islam telah meninggalkan ajaran Islam yang sebenarnya dan mengikuti ajaran –ajaran yang datang dari luar asing bagi Islam. Ajaran-Ajaran Islam yang sebenarnya hanya tinggal dalam ucapan dan di atas kertas.
Lemahnya Ukhwah Islamiyah juga merupakan sebab lain bagi kemunduran umat islam. Tali persaudaraan telah terputus, bukan hanay di kalangan orang-orang awam saja, tetapi terjadi juga di kalangan para ulama dan raja-raja Islam. Maka Al Afgani menuangkan ide-ide pembaharuannya seperti

Menyelamatkan Islam dari Limbo Sejarah.
Al Afgani berkeyakinan bahwa untuk memajukan umat Islam haruslah melenyapkan pengertian pengertian salah yang di anut umat Islam pada umumnya dan kembali kepada ajaran-ajaran dasar Islam yang sebenarnya. Hati mesti di sucikan , budi pekerti luhur di hidupkan kembali dan demikian pula kesediaan berkorban demi kepentingan umat.[20]
Disini Al Afgani sadar bahwa kedatangan bangsa barat bisa berakibat pada hilangnya jati diri umat Islam yang islami. Jati diri Islam itu adalah al-Qur’an yang bukan bikinan Sejarah. Al Afgani melihat selain dari pengaruh dari bangsa selain islam. Umat Islam telah lama berkutat pada Sejarah yang membuat umat Islam terlelap dengan Sejarah islam yang penuh dengan monopoli kekuasaan itu. Sehingga al-Qur’an seringkali di bajak sana-sani oleh oknum yang mengaku punya otoritas dalam menafsirkan al Qur’an untuk kepentingan penguasa.
Jamaluddin Al Afgani kiranya juga menyadari bahwasanya. Umat islam bukan ingin mengarah kepada sekularisme yang menjadi jalan keluar. Bukan ingin meniru barat, karena Barat memperoleh kejayaan dengan Sekularisme habis-habisan tanpa menjadikan Agama sebagai perhitungannya. Jika umat islam ingin meniru cara itu. Maka apalah artinya Al-Qur’an.
Al Afgani menegaskan untuk menajaga kemurnian dan menangkal pemalsuan-pemalsuan ajaran yang datang dari dalam maupun dari luar Islam, Al Afgani menegaskan bahwa Al-Qur’an dan Hadis Mutawatir merupakan Sumber utama penetapan hukum dalam Islam.

PAN- Islamisme
Ide pan-islamisme (persatuan Islam) tidak di maksudkan untuk mempersatukan dunia islam dalam satu pemerintahan karena hal itu sulit di wujudkan. Maksud Pan Islamisme adalah solidaritas umat Islam yang mempunyai rasa tanggung jawab di mana setiap anggotanya memiliki rasa kebersatuan sehingga dapat hidup berdampingan dalam kehidupan bermasyarakat dan bekerja sama untuk mencapai kesejahteraan, kemajuan, dan kemakmuran.
Gerakan Pan Islamisme ini mempunyai tujuan ganda untuk menentang pemerintahan despotik atau sewenang-wenang di setiap negara Islam sendiri, dan untuk menentang kolonialisme dan dominasi barat
Ide Pan Islamismenya ini mengantarkan dirinya pada kehidupan perpolitikan. Dan ia tidak bisa lepas dari kegiatan politik, dan mungkin sudah menjadi ciri keyakinannya bahwa politik dan agama bagaikan dua sisi mata uang tersebutlah yang menjadikan uang bernilai.
Kegiatan Politik
Al Afgani adalah seorang Musafir yang sering berpindah negara seperti yang di gambarkan oleh Iqbal, misalnya di India ia melontarkan ide-ide pembaharuannya sehingga membuat Inggris yang telah ikut campur tangan di India membatasi dan mengawasi ketat kegiatan al Afgani.[21] Karena pengawasan yang ketat itu al Afgani merasa kurang bebas dan ia berpindah ke Afganistan.
 Afganistan. Disana ia mengajari putra raja bernama Azam. Jamaluddin telah merumuskan gagasan tentang perlunya reformasi dan modernisasi Islam sebagai cara untuk memulihkan kekuasaan dan kebanggan Muslim. Azam sebagai pewaris tahta menjadi peluang bagi al Afgani untuk menerapkan visinya. Namun Azam hanya sebentar menggantikan ayahnya. Ia digulingkan oleh sepupunya dengan bantuan pihak Inggris yang tahu akan misi dari al Afgani. Setelah itu Azam melarikan diri ke Iran. dan Al Afgani melarikan diri ke Mesir yang singgah beberapa tahun di Asia kecil.
Di Mesir , di mana dinasti yang didirikan oleh Muhammad Ali telah membusuk menjadi kelas penguasa salim yang berkongkalikong dengan kepentingan Inggris dan Perancis, dia mulai mengkritik korupsi di kalangan orang kaya dan berkuasa. Di sana juga dia menyerukan demokrasi parlementer . dan idenya ini membaut raja Mesir gugup dan cercaanya tentang dekadensi kelas atas membuat tersinggung semua orang dengan tingkat pendapatan tertentu. Pada 1879. Jamaluddin di usir dari mesir lalu menuju ke India.[22]
Di India. Al Afgani menyebut Sayyid Ahmad Khan sebagai anjing kecil penjilat piaraan Inggris, dan berkata demikian dalam satu-satunya buku utuh yang pernah di tulisnya, berjudul bantahan terhadap kaum Materialis. Ketika sebuah pemberotakan pecah di Mesir . Pemerintah Inggris menyatakan bahwa Jamaluddin al Afgani telah menghasut letusan itu melalaui para pengikutnya dan mereka memasukkanya dalam penjara selama beberapa bulan. Ketika pemberontakan mereda mereka membebaskannya tetapi mengeluarkannya dari India, dan karenanya pada 1882 dia lalu pergi ke Paris.[23]
Di Paris dia berdebat dengan seorang Filsuf bernama Ernest Renan perdebatannya terkenal di Sorbonne, di mana ia mengemukakan bahwa Islam hanya tampak kurang “ilmiah” dari pada kekristenan sebab Islam datang lebih belakangan dan karenanya masih dalam tahap awal perkembangannya.
Di paris ini bersama murid Mesirnya yakni Muhammad Abduh memulai menulis sebuah jurnal penting bernama al Urwah al wutsqa (Ikatan terkuat). Lewat Jurnal inilah al Afgani menancapkan inti dari kredo yang di sebut sebagai pan Islamisme itu.
E.      Perjumpaan Muhammad Ali Pasya dan Jamaluddin Al Afgani dalam pembaharuan pemikiran modern dalam islam.
Kiranya sulit untuk mempertemukan kedua tokoh ini dalam menentukan siapakah yang mempengaruhi siapa. Namun kita dapat membedakan keduanya dalam berbagai sudut.
Keduanya jelas memiliki visi yang berbeda dalam memandang pembaharuan yang diperlukan umat islam. Secara sosio historisnya. Muhammad Ali dan Jamaluddin al Afgani di besarkan dengan cara yang sangat jauh berseberangan. Jika Muhammad Ali di besarkan di keluarga miskin sehingga ia akhirnya kurang pendidikan. Jamaluddin al Afgani adalah negasi dari kehidupan Muhammad Ali. Al Afgani berasal dari keturunan terhormat dan ia pula di gelari Sayyid sebagai bukti kebangsawanannya. Sedangkan Muhammad Ali memperoleh kebangsawanananya dengan usaha.
Al Afgani dan Muhammad ali memulai karirnya dengan menempuh jalan yang bersebrangan pula. Al Afgani adalah seorang intelektual tulen yang mengandalkan otaknya. Sedang Muhammad Ali Pasya adalah seorang pejuang kehidupan yang sangat mengandalkan otot dalam bidang kemiliteran.
Meskipun hidup sezaman tetapi Muhammad Ali  lahir 70 tahun lebih cepat dari pada al Afgani. Muhammad Ali menjadi saksi dari pengambil alihan mesir dari tangan Napoleon Bonaparte. Sedang al Afgani lahir 13 tahun sebelum Muhammad Ali wafat. Masa remaja al Afgani di habiskan dengan belajar.
Muhammad Ali dalam perannya untuk memperbaharui pemikiran modern dalam islam berposisi sebagai yang mempunyai otoritas. Muhammad Ali menggunakan otoritasnya untuk membangun berbagai sektor kehidupan di Mesir. Sedangkan al Afgani dalam peranannya pada pembaharuan berposisi sebagai sahabat pemerintah. Dia hanyalah seorang intelektual yang murni.
Dilihat dari perbedaan posisi itu. Muhammad Ali Pasya memiliki peran sentral dalam memajukan kehidupan umat Islam dari pada al Afgani. Tetapi karena tidak di bekali di siplin ilmu seperti yang di miliki al Afgani maka usahanya hanya mencapai level pelopor.
Dan bila al Afgani lahir lebih tua dan mendapati kejayaan Muhammad Ali di Mesir. Keduanya mungkin akan perang urat saraf. Muhammad Ali adalah seorang penguasa mutlak di Mesir. Yang menjadi pemilik tunggal berbagai sektor pertanian yang jelas tidak demokratis. Sedang al Afgani adalah penyuara demokrasi yang tentu saja membenci sistem pemerintahan yang dibangun oleh Muhammad Ali.
Itu bisa di tebak saat Jamaluddin al Afgani menginjakkan kaki di Mesir dan melihat peninggalan kekuasan Muhammad Ali yang sudah membusuk di tangan para koruptor. Al Afgani lalu merumuskan sistem Demokrasi yang membuat raja mesir keturunan Muhammad Ali gugup dan memilih untuk mengusir al Afgani. Mungkin cara itu juga akan di tempuh oleh Muhammad Ali.
Namun dari beberapa perbedaan itu. Keduanya dapat di pertemukan dalam misi besar bangsa islam untuk menuju kejayaannya. Sosok kedua tokoh ini adalah sosok yang di butuhkan untuk meraih kejayaan itu. Muhammad Ali dan jamaluddin al Afgani, sebagai gambaran penguasa dan intelektual bisa menjadi kolaborasi yang ampuh untuk mengobati keterlupaan bangsa islam terhadap islammnya dan membuat bangsa Islam kembali siuman setelah di pingsankan oleh sejarah islam yang sudah berada pada limbo sejarah.



Bab III 
Penutup
A.      Kesimpulan

Keduanya adalah dua tokoh yang dapat di pertemukan dalam misi besar bangsa Islam untuk menuju kejayaannya. Sosok kedua tokoh ini adalah sosok yang di butuhkan untuk meraih kejayaan itu. Muhammad Ali dan Jamaluddin al Afgani, sebagai gambaran penguasa dan intelektual bisa menjadi kolaborasi yang ampuh untuk mengobati keterlupaan bangsa islam terhadap islammnya dan membuat bangsa Islam kembali siuman setelah di pingsankan oleh sejarah islam yang sudah berada pada limbo sejarah.
Keduanya juga dapat menjadi idola bagi yang berminat kepada dunia kemiliteran dapat mengidolakan Muhammad Ali sedang dia yang berminat pada dunia intelektual dapat menjadikan Jamaluddin al Afgani sebagai idola. Sedang maksud mengidolakan itu bukan berarti mengidolakan dan memajang foto-foto mereka di tembok kamar. Tetapi menjadi pemacu untuk menjadikan mereka tolak ukur dalam melampaui visi mereka atau sederajat dengan mereka sudah menjadi barang langka.














Daftar Pustaka
Ansary, Tamim al,  A History of The World through Islamic Eyes. Di terjemahkan oleh Yulian Lipito , dari puncak baghdad Sejarah dunia versi Islam, I . Jakarta: Zaman, 2009.
Esposito John L, Islam and Development, eligion and Sociopolitcal change, diterjemahkan oleh Sahat Simamora, Islam dan pembangunan .Jakarta: Rineka Cipta,1990.
Hitti, Philip K , History of the Arabs, di terjemahkan oleh Cecep Lukman Yasin dan Dedi Slamet Riyadi .Jakarta: Serambi, 2013.
Nasution , Harun , Islam di tinjau dari berbagai aspeknya, Jakarta: UI Press,1996 .
Nasution, Harun pembaharuan Dalam islam : Sejarah pemikiran dan Gerakan, .Jakarta: Bulan Bintang, 1975.
 Rasyid, Soraya Sejarah Islam Abad Modern.Makassar: Alauddin University pers, 2012
Rusli ,H. Ris’an, pembaharuan pemikiran modern dalam Islam.Jakarta: Rajawali Pers, 2013






[1] John L Esposito, Islam and Development, eligion and Sociopolitcal change, diterjemahkan oleh Sahat Simamora, Islam dan pembangunan ,(Jakarta: Rineka Cipta,1990), H. 18-50.
[2] Soraya Rasyid, Sejarah Islam Abad Modern,( Makassar: Alauddin University pers, 2012),h. 8.
[3] H. Ris’an Rusli, pembaharuan pemikiran modern dalam Islam,(Jakarta: Rajawali Pers, 2013 )h.41
[4] Soraya Rasyid, Sejarah Islam Abad Modern,( Makassar: Alauddin University pers, 2012),h. 9.
[5] Meskipun begitu Muhammad Ali pasya nantinya akan menjadi pelindung dan penggagas pendidikan dengan memulai pendidikan pembentukan departemen pendidikan. Lihat Philipp K Hitti , The History of Arabs, h. 925.
[6] Harun Nasution , Islam di tinjau dari berbagai aspeknya, ( Jakarta: UI Press,1996) h. 33 di kutip dari Soraya Rasyid, Sejarah Islam Abad Modern,( Makassar: Alauddin University pers, 2012),h. 9
[7] H.Ris’an Rusli, pembaharuan pemikiran modern dalam Islam,(Jakarta: Rajawali Pers, 2013 )h. 43
[8] Philip K Hitti, History of the Arabs, di terjemahkan oleh Cecep Lukman Yasin dan Dedi Slamet Riyadi ( Jakarta: Serambi, 2013) h.925
[9] H.Ris’an Rusli, pembaharuan pemikiran modern dalam Islam,(Jakarta: Rajawali Pers, 2013 )h 45
[10] Philip K Hitti, History of the Arabs, di terjemahkan oleh Cecep Lukman Yasin dan Dedi Slamet Riyadi ( Jakarta: Serambi, 2013) h.925
[11] Kolonel Save adalah seorang Kolonel Prancis yang memeluk Islam dan mengganti namanya menjadi Sulayman Pasya. Dia bertugas untuk mereorganisasi dan memodernisasikan angkatan bersenjata mesir. Dan ikut serta dalam penyerbuan Suriah namanya di abadikan menjadi nama sebuah jalan raya di kairo, dan keturunanya menikah dengan keluarga Ali. Lihat Philip K Hitti, History of the Arabs, di terjemahkan oleh Cecep Lukman Yasin dan Dedi Slamet Riyadi ( Jakarta: Serambi, 2013) h.926.
[12] Harun Nasution, pembaharuan Dalam islam : Sejarah pemikiran dan Gerakan, (Jakarta: Bulan Bintang, 1975), h. 30.
[13] Philip K Hitti, History of the Arabs, di terjemahkan oleh Cecep Lukman Yasin dan Dedi Slamet Riyadi ( Jakarta: Serambi, 2013) h.926
[14] Philip K Hitti, History of the Arabs, di terjemahkan oleh Cecep Lukman Yasin dan Dedi Slamet Riyadi ( Jakarta: Serambi, 2013) h.927
[15] H.Ris’an Rusli, pembaharuan pemikiran modern dalam Islam,(Jakarta: Rajawali Pers, 2013 )h. 53
[16] Philip K Hitti, History of the Arabs, di terjemahkan oleh Cecep Lukman Yasin dan Dedi Slamet Riyadi ( Jakarta: Serambi, 2013) h.925
[17]Philip K Hitti, History of the Arabs, di terjemahkan oleh Cecep Lukman Yasin dan Dedi Slamet Riyadi ( Jakarta: Serambi, 2013) h.925
[18] Tamim al Ansary, A History of The World through Islamic Eyes. Di terjemahkan oleh Yulian Lipito , dari puncak baghdad Sejarah dunia versi Islam, I ( Jakarta: Zaman, 2009 ) h. 419
[19] Jamil Ahmad, Seratus Muslim Terkemuka ( Jakarta: Pustaka Firdaus, 1992) h. 267.
[20] Harun Nasution, pembaharuan dalam islam (jakarta: bulan bintang, 1992) h. 54
[21] H.Ris’an Rusli, pembaharuan pemikiran modern dalam Islam,(Jakarta: Rajawali Pers, 2013 )h.92
[22] Tamim al Ansary, A History of The World through Islamic Eyes. Di terjemahkan oleh Yulian Lipito , dari puncak baghdad Sejarah dunia versi Islam, I ( Jakarta: Zaman, 2009 ) h. 423
[23] Tamim al Ansary, A History of The World through Islamic Eyes. Di terjemahkan oleh Yulian Lipito , dari puncak baghdad Sejarah dunia versi Islam, I ( Jakarta: Zaman, 2009 ) h. 424
Read More