Bab I.
Pendahuluan
A.
Latar belakang
Sebelum Muhammad Ali Pasya menancapkan ke
Pasyaannya di Turki. Telah berlangsung perjumpaan peradaban timbal balik antara
Barat dan Timur. barat mendatangi Timur dengan misi menghegemonikan dunia
Timur. yang memaksa Islam tersentak, seperti tersentaknya Al Afgani ketika
menyadari bahwa Bangsa Islam telah jauh tertinggal oleh peradaban Barat dari
berbagai segi kehidupan.
Islam sejak terakhir kali tiga kerajaan
besar di penghujung abad 19 memunculkan reaksi. Reaksi bangsa-bangsa Islam
setelah sadar berada di bawah pantat kolonialisme Barat menunjukkan fenomena
yang berbeda sesuai dengan keadaan penjajah yang mereka terima. John L Esposito
mengindikasikan respon Islam terhadap dominasi barat menjadi empat yaitu,
penolakan, penarikan diri, sekularisasi dan westernisasi, atau modernisasi.
Adapun proses pembaharuan pertama kali
terjadi di Turki Utsmani sebagai kerajaan besar
dan sebagai Imperium yang juga merasakan kemunduran yang paling fatal
terutama di bidang militer yang selama ini di banggakannya setelah berjumpa
dengan peradaban barat.
Akibat dari kemunduran kerajaan Utsmani
Mesir mulai melepaskan diri dari kekuasaan Istanbul, ibu kota kerajaan
Usmaniah, dan akhirnya menjadi otonom. Pada tahun 1789 Napoleon Bonaparte ,
melakukan ekspedisi. Dalam ekspedisinya, Napoleon Bonaparte selain membawa
sejumlah tentara , juga memperkenalkan kebudayaan dan peradaban yang sama
sekali belum di kenal di Timur. Gerakan pembaharuan mulai timbul di Mesir,
muncullah nama Muhammad Ali Pasya.
Muhammad Ali yang semula merupakan perwira
dalam pasukan Turki Utsmani ketika menyerang ekspedisi Prancis, memanfaatkan
kekosongan kekuasaan politik dan memainkan peranan penting dalam pengambilan
kekuasaan di Mesir setelah tentara Perancis meninggalkan negeri itu.
Rakyat Mesir melihat kesuksesan Muhammad
Ali Dalam pembebasan Mesir dari tentara Napoleon, menyebabkan ia memperoleh
simpati dan dukungan dari rakyat Mesir, sehingga posisinya di Mesir semakin
kuat. Pada tahun 1805 Muhammad Ali mampu mengamankan Mesir dan diakui oleh
Sultan Usmani sebagai penguasa Mesir.
Mesir memang menjadi daya tarik, setelah
pertama kali di kuasai oleh umat muslim yang di taklukkan oleh Amr bin Ash.
Pada tahun 640 M. Sejak dari itu . Mesir sebagai peradaban tua secara silih
berganti berada di bawah para penguasa Muslim. Muhammad Ali Pasya adalah salah
satunya. Yang juga menjadi pelopor munculnya pembaharu pada segi Intelektual
seperti Jamaluddin al Afgani, Muhammad Abdul wahhab, dan Rasyid Ridha.
Dalam hal ini pemakalah akan memaparkan
kemajuan peradaban dan masa kebangkitan kembali negara yang mayoritas Islam
seperti Mesir pasca keruntuhan tiga kerajaan besar. beserta hubungan antara
Muhammad Ali pasya dan Jamaluddin al Afgani dalam pembaharuan pemikiran Modern
dalam islam.
B.
Rumusan Masalah
Adapaun rumusan maslah dalam makalah ini
1.
Bagaimanakah biografi Muhammad Ali Pasya ?
2.
Bagaimanakah Upaya pembaharuan yang di lakukan
oleh Muhammad Ali Pasya?
3.
Bagaimanakah riwayat hidup Jamaluddin Al Afgani ?
4.
Bagaimanakah upaya pembaharuan yang di lakukan
oleh jamaluddin Al Afgani?
5.
Bagaimanakah perjumpaan keduanya dalam pembaharuan
pemikiran Modern dalam Islam?
BAB II
Pembahasan
A. Biografi Muhammad Ali Pasya
Muhammad
Ali Pasya adalah Tokoh pembaharu Mesir yang di lahirkan pada tahun 1769 M. Di
Kawalla, Macedonia, daerah dari kekuasaan Yunani ia termasuk keturunan Turki .
sejak kecil ia harus bekerja keras membantu orang tuanya, sehingga ia tidak
mendapatkan pendidikan yang layak dan baik.
Sebelum memasuki dinas militer, Muhammad Ali pernh menjadi pedagang rokok,
kemudian menjadi pegawai rendah di kantor pajak.
Namun dalam pekerjaannya di kantor pajak itu. Ia memliki kecakapan dan
ketangkasan yang kemudian menjadi kesayangan Gubernur Usmani, ia kemudian di
ambil sebagai menantu Gubernur, dan sejak sat itu namanya mulai di kenal .
selanjutnya ia masuk dunia militer. Dan dalam dunia kemiliteran itu juga memiliki kecakapan dan ketangkasan
sehingga pangkatnya juga cepat naik.
Karena kecakapan dn ketangkasan itu. I
juga di percaya oleh Sultan Turki Utsmani untuk memangku jabatan panglima
pasukan Albania yang di kirim ke Mesir untuk mengusir tentara pendudukan mesir
dan akhirnya ia beserta pasukannya berhasil mengusir tentara pendudukan Prancis
dari Mesir pada tahun 1801 M.
Pada tahun 1805 M. Rakyat Mesir memilih
dan mengangkat Muhammad Ali sebagai gubernur Mesir. Tindakan ini kemudian di
sampaikan kepada Sultan Salim III selaku Turki Utsmani paa waktu itu dan mereka
mengharapkan agar sultan Turki berkenan merestui dan mengukuhkan Muhammad Ali
sebagai gubernur Turki di Mesir , satu Tahun kemudian , Muhammad Ali di akui
secara resmi sebagai gubernur Mesir oleh Turki Utsmani. Pada tahun 1807 M, ia
bersama rakyat Mesir berhasil mematahkan intervensi Inggris ke Mesir.
Setelah mendapatkan kepercayaan dari
rakyatnya Muhammad Ali pasya menjadi pemilik independen negara ini. Dengan
menerapkan monopli atas produk-produk unggulan negeri ini , ia menjadikan
dirinya sebagai satu-satunya pengusaha dan kontraktor.
Muhammad Ali pada maa pemerintahaannya
telah mengirim beberapa kali pasukan nya untuk menaklukkan daerah-daerah di
luar Mesir. Pada tahun 1811 M. Muhammad Ali mengirim tentaranya pertama kali ke
saudi Arabia untuk memerangi Gerakan Wahabi. Serangan ini di lakukan oleh
Muhammad Ali karena khawatir terhadap gerakan tersebut yang di anggap dapat
mengancam kedaulatan Turki Utsmani sebgai pelindung kota suci Makkah dan
Madinah. Pada tahun 1820 M. Pasukan Muhammad Ali yang ddi pimpin oleh anaknya,
Tusun dapat melaju dan menguasai wilayah barat Sudan.
Pada musim panas tahun 1832 M, pasukan
Muhammad Ali di bawah pimpinan anaknya Pasya juga menjarah Palestna,
menghancurkan tentara turki yang ada di Homs dan Aleppo, dan selanjutnya
mengarah ke Anatolia antara tahun 1834-1839 M, Muhammad Ali mengirim pasukannya
kembali ke Saudi Arabia untuk menduduki nejd,Hijaz, dan Yaman. Namun atas
tekanan Inggris telah memaksa Muhammad Ali untuk melepaskan dominasinya atas
semenanjung Arabia, Beirut, Syria, dan Palestina. Akibat lain dari tekanan
Inggris kekuasaan Muhammad Ali mengecil dan hanya tinggal mesir dan sudan
bagian utara.
Muhammad Ali wafat pada tahun 1849 M.
Dalam usia 80 tahun, selama 45 tahun memerintah, ia telah melakukan usaha-usaha
pembaharuan dalam bidang militer,ekonomi, pendidikan dan bidang lainny. Karena
itu pengaruhnya di mata rakyat mesir sangat besar dan akibatnya ia dapat
mewariskan kekuasaan kepaa keturunanya dengan penguasa terakhir raja Faruq yang
bertahta selama 16 Tahun (1936-1952M).
B.
Pembaharuan yang
dilakukan oleh Muhammad Ali Pasya
sejarah mesir pada paruh pertama abad ke
19 sebenarnya adalah sejarah tentang muhammad Ali pasya. Ia adalah tokoh
sentral dari perubahan mesir kearah kemodernan. Philip K hitti menyebutnya sebagai
Bapak Negara Mesir , karena inisiatif, semangat, dan visi yang ia tunjukkan dan
ia praktikkan tidak ada tandingannya di antara tokoh-tokoh muslim lain yang
sezaman dengannya.
pembaharuan di bidang Militer
berangkat dari kenyataan bahwa napoleon brhasil
menguasai Mesir dengan hitungan tiga minggu. Maka Muhammad Ali meraa bijak jika
membangun pembharuan di bidang militer. Muhammad ali lalu menugaskan Kolonel
Save
untuk melatih dan menata militer secara modern mendirikan sekolah militer tahun
1815 M, mengirim pelajar Mesir ke prancis, Italia, Inggris, dan Austria untuk
belajat ilmu kemiliteran. Negara ini di pilih karena Muhamma dali sadar bahwa
negara Eropa telah mengalami kemajuan pesat di bidang kemiliteran, faktanya
Napoleon menguasai mesir dengan begitu mudahnya.
Philip K Hitti menunjukkn bahwa antara
1813 sampai 1849 ada tiga ratus sebelas mahasiswa Mesir yang dikirim ke
negara-negara eropa tersebut. yang menghabiskan biaya pemerintah sebanyak 273.360 euro. Di paris,
sebuah rumah khusus di dirikan untuk kepentingan mahasiswa. Subjek-subjek
pelajaran yang secara khusus di pelajari adalah militer dan angkatan laut.
Selain mengangkat kolonel Save, Muhammad
ali juga mengangkat orang Prancis lainnya untuk mengembangkan angkatan laut
mesir
dengan melengkapai angkatan laut dengan kapal-kapal perang yang sebagiannya di
impor dari luar negeri dan lainnya di produksi dalam negeri dengan membangun
Industri kapal Aleksandria dan Bulak. Dengan ini Muhamma Ali dapat melindungi
pantai Mesir dari serangan-serangan musuh.
Meskipun kemajuan dan kehebatan kekuatan
militer Muhammad Ali demikian besar , namun belum sanggup mengimbangi dan
melebihi kekuatan dan kemampuan militer negara-negara barat. itu terbukti
ketika rmaa turki Mesir di hancurkan di Navarino ( 20 Oktober 1827 ) oleh
armada gabungan Anglo Prancis Rusia. Dari 782 buah kapal , hanya 29 kapal yang
tersisa.
Pembaharuan di bidang Ekonomi
Langkah-langkah Muhammad Ali dalam upaya
meningkatkan perekonomian di Mesir yang berdampak pada kemajuan Militer. Adalah
menata kembali bidang pertanian dan industri. Kebijaksanaan Muhammad Ali dalam
bidang ekonomi di mulai dengan mengambil alih tanah pertanian untuk negara .
tindakan itu di sinyalir oleh sebagaian ahli sejarah sebagai usaha mengadakan
nasionalisasi pemilikan tanah yang lalu berpusat kepada Muhammad Ali sendiri.
Keterpusatan pemilikan tanah ini bisa saja
di hubungkan dengan sistem kekuasaan mutlak yang menjadi ciri khas
kepemimpinanya. Philip K Hitti menggambarkan Muhammad Ali sebagai pemilik
tunggal negara ini. Ia menerapkan monopoli atas produk-produk unggulan negeri
ini , ia menjadikan dirinya sebagai satu-satunya pengusaha dan kontraktor. Ia
lalu membuat kebijakan baru dengan menggali terusan, menganjurkan ilmu
pertanian berbasis ilmiah , dan memperkenalkan cara pengolahan kapas dari India
dan Sudan.
Di samping membangun bendungan, irigasi
dan jembatan itu, Muhammad Ali juga membangun beberapa kota yang kemudian
menjadi kota-kota besar. dengan demikian, semakin uaslah tanah-tanah yang dapat
di tanami dengan berbagai tanaman seperti kapas ,tebu, tembakau, pohon zaitun,
dan lain-lain. Untuk melaksanakan itu semua Muhammad Ali mendatangkan tenaga
ahli pertanian dari Eropa. Namun karena kurangnya keahlian dari petani lokal
yang disebabkan oleh pajak-pajak yang
memberatkan para petani dan karena monopoli yang di lakukan oleh Muhammad Ali.
Namun di laur dari segala kontroversi kebijakan
ekonomi Muhammad Ali Pasya, sejak tahun 1810 M, ekonomi Mesir berkembang maju,
terutama dari hasil penjualan gandum kepada tentara Inggris ke laut tengah.
Dari usaha-usahanya ini Muhammad Ali merupakan bapak modern Mesir.
Pembaharuan di bidang pendidikan
Muhammad Ali dalam perkembangan hidupnya.
Adalah sosok yang buta huruf karena berangkat dari keluarga yang miskin sehingga
kurang pendidikannya. Meskipun kurang dalam pendidikan. Tetapi ia adalah
seorang yang berpendidikan. Ia menyadari akan pentingnya pendidikan.
Usaha Muhammad Ali dalam pendidikan adalah
memulai pembentukan departemen pendidikan, membangun sebuah lembaga pendidikan.
Lembaga pendidikan yang pertama di dirikannya ialah sekolah militer tahun 1815
M, menyusul sesudahnya sekolah teknik pada tahun 1916 M, dua tahun kemudian
adalah sekolah kedokteran , tahun 1829 di buka pula sekolah obat-obatan, tahun
1934 sekolah penerjemahan. Sekolah sekolah seperti ini adalah lembaga yang
masih asing di dunia islam pada saat itu.
Usaha Muhammad Ali selanjutnya adalah
dengan mengadakan gerakan penerjemahan buku-buku eropa yang berisikan ilmu
–ilmu modern kedalam bahasa Arab. Usaha ini di maksudkan untuk mengatasi
persoalan yang timbul , yaitu terbatas atau kurang teks book yang dapat di pahami para pelajar, dalam
melengkapi materi yang di sampaikan guru mereka secara lisan.
Dengan ini Muhammad Ali telah menjadi
pelopor bagi dinamika pembaharuan yang kondusif. Dengan mendirikan berbagai
macam lembaga pendidikan. Muncul kalangan intelektual yang berperan penting
pada pembaharuan Islam di dunia modern.
C.
Biografi
Jamaluddin Al Afgani
Pada abad ke 19 sebuah kekuatan Vulkanik bernama
Sayyid Jamaluddin Al Afgani. Orang Afganistan percaya bahwa dia lahir di
Afganistan pada tahun 1836. 13 tahun sebelum wafatnya Muhammad Ali Pasya. Namun ada pula yang meyakini Jamaluddin al
Afgani di lahirkan di Mazandaran. Namun yang jelasnya dia pergi ke India ketika
berusia delapan belas tahun. sentimen anti Inggris sedang memuncak di India
saat itu dan jamaluddin mungkin telah bertemu beberapa Muslim yang menyusun
siasat anti Inggris.
Namun sebelum menuju ke India. Jamaluddin
Al Afgani telah membekali dirinya dengan berbagai bidang keilmuan dan
keislaman. Di antara ilmu yang di pelajarinya adalah Filsafat Islam, tasawuf,
dan ilmu Syariah dengan berbagai cabangnya. Ilmu keislaman di pelajari dengan
berbagai pengatur bahasa Arab, sedang ilmu politik, filsafat, fisika dan
matematika memakai bahasa Persia. Kemudian Al Afgani dengan metode Modern
berbahasa Perancis mempelajari matematika di India.
Keilmuan yang di pelajari al-Afgani tampak
berpengaruh dalam proses pembentukan kepribadiaanya. Sebagai manusia al-Afgani
rendah hati, sopan dan suka bekerja keras. Tidurnya sedikit sekali, bekerja
lebih dari 18 jam sehari. Ia tidak pernah minum minuman keras, tidak banyak
membutuhkan kebutuhan duniawi, sikapnya keras tetapi tidak bertempramen panas,
berani menantang bahaya, terus terang dan baik hati serta ramah pada setiap
orang, namun bebas dalam hubungannya dengan para pembesar. Kadar Intelektualnya
Inskopedik, di barengi ketajaman Analisis dan kecepat tepatan pengertiannya
tentang berbagai masalah dengan sangat mengagumkan, hingga ia membaca pikiran
orang lain sebelum di ucapkan, demikian menurut Edward G Brownk seorang penulis
karya terkenal Sejarah Literatur Persia.
Iqbal berkata bahwa al Afgani adalah ahli
bahasa yang sempurna, menguasai berbagai bahasa dari bangsa yang beragama
islam, yang kefasihannya di akui dan merasuk hati. Jiwa yang tidak mau diam itu
selalu mengembara dari satu negara Islam ke negara Islam lainnya untuk
memengaruhi orang-orang penting di Iran, Mesir dan Turki.
Meskipun dianggap memiliki tingkat
intelektual di atas rata-rata. Namun Al Afgani bukanlah Filosof yang tamat
qira’ahnya dan bukanlah sosok Writer yang istiqomah. meskipun filsafat juga
susah untuk menuju titik terdalam. Namun Al Afgani memiliki kemampuan
menggerakkan potensi individu yang lain. Maka sangat cocoklah jika Tamim al
Ansary menyebutnya sebagai gunung Vulkanik. Yang tiba-tiba saja meletus dan
menyita perhatian umat islam pada saat itu.
Dan pada tanggal 9 maret 1897. Gunung
Vulkanik ini menjadi gunung tidak aktif. Al Afgani meninggal dunia dengan
diagnosa serangan kanker rahang. Ia di makamkan dengan penghormatan besar di
makam para Syaikh Turki, dekat Niahan Tash di Istanbul.
D. gerakan pembaharuan yang di lakukan oleh Jamaluddin Al
Afgani.
Setelah terjadi perjumpaan peradaban Barat
dan islam. Pada masa tiga kerajaan besar, yakni Usmani, Safawi dan Moghul. Yang
berujung pada runtuhnya kerajaan – kerajaan ini. Memang setelah terjadi
perubahan besar- besaran pada internal Dunia Islam. Muncul bebragai respon
pasca masuknya peradaban Barat ke dunia Islam. Sebelum Al Afgani sudah ada
jenis pembaharu. Namun umat slam masih saja berada dalam kemunduran dan statis.
Kemunduran Umat Islam menurut al Afgani
bukan karena Islam itu sendiri, akan tetapi karena umat Islam telah
meninggalkan ajaran Islam yang sebenarnya dan mengikuti ajaran –ajaran yang
datang dari luar asing bagi Islam. Ajaran-Ajaran Islam yang sebenarnya hanya
tinggal dalam ucapan dan di atas kertas.
Lemahnya Ukhwah Islamiyah juga merupakan
sebab lain bagi kemunduran umat islam. Tali persaudaraan telah terputus, bukan
hanay di kalangan orang-orang awam saja, tetapi terjadi juga di kalangan para
ulama dan raja-raja Islam. Maka Al Afgani menuangkan ide-ide pembaharuannya
seperti
Menyelamatkan Islam dari Limbo Sejarah.
Al Afgani berkeyakinan bahwa untuk
memajukan umat Islam haruslah melenyapkan pengertian pengertian salah yang di
anut umat Islam pada umumnya dan kembali kepada ajaran-ajaran dasar Islam yang
sebenarnya. Hati mesti di sucikan , budi pekerti luhur di hidupkan kembali dan
demikian pula kesediaan berkorban demi kepentingan umat.
Disini Al Afgani sadar bahwa kedatangan
bangsa barat bisa berakibat pada hilangnya jati diri umat Islam yang islami.
Jati diri Islam itu adalah al-Qur’an yang bukan bikinan Sejarah. Al Afgani
melihat selain dari pengaruh dari bangsa selain islam. Umat Islam telah lama
berkutat pada Sejarah yang membuat umat Islam terlelap dengan Sejarah islam
yang penuh dengan monopoli kekuasaan itu. Sehingga al-Qur’an seringkali di bajak
sana-sani oleh oknum yang mengaku punya otoritas dalam menafsirkan al Qur’an
untuk kepentingan penguasa.
Jamaluddin Al Afgani kiranya juga
menyadari bahwasanya. Umat islam bukan ingin mengarah kepada sekularisme yang
menjadi jalan keluar. Bukan ingin meniru barat, karena Barat memperoleh
kejayaan dengan Sekularisme habis-habisan tanpa menjadikan Agama sebagai
perhitungannya. Jika umat islam ingin meniru cara itu. Maka apalah artinya
Al-Qur’an.
Al Afgani menegaskan untuk menajaga
kemurnian dan menangkal pemalsuan-pemalsuan ajaran yang datang dari dalam
maupun dari luar Islam, Al Afgani menegaskan bahwa Al-Qur’an dan Hadis
Mutawatir merupakan Sumber utama penetapan hukum dalam Islam.
PAN- Islamisme
Ide pan-islamisme (persatuan Islam) tidak
di maksudkan untuk mempersatukan dunia islam dalam satu pemerintahan karena hal
itu sulit di wujudkan. Maksud Pan Islamisme adalah solidaritas umat Islam yang
mempunyai rasa tanggung jawab di mana setiap anggotanya memiliki rasa
kebersatuan sehingga dapat hidup berdampingan dalam kehidupan bermasyarakat dan
bekerja sama untuk mencapai kesejahteraan, kemajuan, dan kemakmuran.
Gerakan Pan Islamisme ini mempunyai tujuan
ganda untuk menentang pemerintahan despotik atau sewenang-wenang di setiap
negara Islam sendiri, dan untuk menentang kolonialisme dan dominasi barat
Ide Pan Islamismenya ini mengantarkan
dirinya pada kehidupan perpolitikan. Dan ia tidak bisa lepas dari kegiatan
politik, dan mungkin sudah menjadi ciri keyakinannya bahwa politik dan agama
bagaikan dua sisi mata uang tersebutlah yang menjadikan uang bernilai.
Kegiatan Politik
Al Afgani adalah seorang Musafir yang
sering berpindah negara seperti yang di gambarkan oleh Iqbal, misalnya di India
ia melontarkan ide-ide pembaharuannya sehingga membuat Inggris yang telah ikut
campur tangan di India membatasi dan mengawasi ketat kegiatan al Afgani.
Karena pengawasan yang ketat itu al Afgani merasa kurang bebas dan ia berpindah
ke Afganistan.
Afganistan.
Disana ia mengajari putra raja bernama Azam. Jamaluddin telah merumuskan
gagasan tentang perlunya reformasi dan modernisasi Islam sebagai cara untuk
memulihkan kekuasaan dan kebanggan Muslim. Azam sebagai pewaris tahta menjadi
peluang bagi al Afgani untuk menerapkan visinya. Namun Azam hanya sebentar
menggantikan ayahnya. Ia digulingkan oleh sepupunya dengan bantuan pihak
Inggris yang tahu akan misi dari al Afgani. Setelah itu Azam melarikan diri ke
Iran. dan Al Afgani melarikan diri ke Mesir yang singgah beberapa tahun di Asia
kecil.
Di Mesir , di mana dinasti yang didirikan
oleh Muhammad Ali telah membusuk menjadi kelas penguasa salim yang
berkongkalikong dengan kepentingan Inggris dan Perancis, dia mulai mengkritik
korupsi di kalangan orang kaya dan berkuasa. Di sana juga dia menyerukan
demokrasi parlementer . dan idenya ini membaut raja Mesir gugup dan cercaanya
tentang dekadensi kelas atas membuat tersinggung semua orang dengan tingkat
pendapatan tertentu. Pada 1879. Jamaluddin di usir dari mesir lalu menuju ke
India.
Di India. Al Afgani menyebut Sayyid Ahmad
Khan sebagai anjing kecil penjilat piaraan Inggris, dan berkata demikian dalam
satu-satunya buku utuh yang pernah di tulisnya, berjudul bantahan terhadap
kaum Materialis. Ketika sebuah pemberotakan pecah di Mesir . Pemerintah
Inggris menyatakan bahwa Jamaluddin al Afgani telah menghasut letusan itu
melalaui para pengikutnya dan mereka memasukkanya dalam penjara selama beberapa
bulan. Ketika pemberontakan mereda mereka membebaskannya tetapi mengeluarkannya
dari India, dan karenanya pada 1882 dia lalu pergi ke Paris.
Di Paris dia berdebat dengan seorang
Filsuf bernama Ernest Renan perdebatannya terkenal di Sorbonne, di mana ia
mengemukakan bahwa Islam hanya tampak kurang “ilmiah” dari pada kekristenan
sebab Islam datang lebih belakangan dan karenanya masih dalam tahap awal
perkembangannya.
Di paris ini bersama murid Mesirnya yakni
Muhammad Abduh memulai menulis sebuah jurnal penting bernama al Urwah al wutsqa
(Ikatan terkuat). Lewat Jurnal inilah al Afgani menancapkan inti dari kredo
yang di sebut sebagai pan Islamisme itu.
E.
Perjumpaan Muhammad
Ali Pasya dan Jamaluddin Al Afgani dalam pembaharuan pemikiran modern dalam
islam.
Kiranya sulit untuk mempertemukan kedua
tokoh ini dalam menentukan siapakah yang mempengaruhi siapa. Namun kita dapat
membedakan keduanya dalam berbagai sudut.
Keduanya jelas memiliki visi yang berbeda
dalam memandang pembaharuan yang diperlukan umat islam. Secara sosio
historisnya. Muhammad Ali dan Jamaluddin al Afgani di besarkan dengan cara yang
sangat jauh berseberangan. Jika Muhammad Ali di besarkan di keluarga miskin sehingga
ia akhirnya kurang pendidikan. Jamaluddin al Afgani adalah negasi dari
kehidupan Muhammad Ali. Al Afgani berasal dari keturunan terhormat dan ia pula
di gelari Sayyid sebagai bukti kebangsawanannya. Sedangkan Muhammad Ali
memperoleh kebangsawanananya dengan usaha.
Al Afgani dan Muhammad ali memulai
karirnya dengan menempuh jalan yang bersebrangan pula. Al Afgani adalah seorang
intelektual tulen yang mengandalkan otaknya. Sedang Muhammad Ali Pasya adalah
seorang pejuang kehidupan yang sangat mengandalkan otot dalam bidang
kemiliteran.
Meskipun hidup sezaman tetapi Muhammad Ali
lahir 70 tahun lebih cepat dari pada al
Afgani. Muhammad Ali menjadi saksi dari pengambil alihan mesir dari tangan
Napoleon Bonaparte. Sedang al Afgani lahir 13 tahun sebelum Muhammad Ali wafat.
Masa remaja al Afgani di habiskan dengan belajar.
Muhammad Ali dalam perannya untuk
memperbaharui pemikiran modern dalam islam berposisi sebagai yang mempunyai
otoritas. Muhammad Ali menggunakan otoritasnya untuk membangun berbagai sektor
kehidupan di Mesir. Sedangkan al Afgani dalam peranannya pada pembaharuan
berposisi sebagai sahabat pemerintah. Dia hanyalah seorang intelektual yang
murni.
Dilihat dari perbedaan posisi itu.
Muhammad Ali Pasya memiliki peran sentral dalam memajukan kehidupan umat Islam
dari pada al Afgani. Tetapi karena tidak di bekali di siplin ilmu seperti yang
di miliki al Afgani maka usahanya hanya mencapai level pelopor.
Dan bila al Afgani lahir lebih tua dan
mendapati kejayaan Muhammad Ali di Mesir. Keduanya mungkin akan perang urat
saraf. Muhammad Ali adalah seorang penguasa mutlak di Mesir. Yang menjadi
pemilik tunggal berbagai sektor pertanian yang jelas tidak demokratis. Sedang
al Afgani adalah penyuara demokrasi yang tentu saja membenci sistem
pemerintahan yang dibangun oleh Muhammad Ali.
Itu bisa di tebak saat Jamaluddin al Afgani
menginjakkan kaki di Mesir dan melihat peninggalan kekuasan Muhammad Ali yang
sudah membusuk di tangan para koruptor. Al Afgani lalu merumuskan sistem
Demokrasi yang membuat raja mesir keturunan Muhammad Ali gugup dan memilih
untuk mengusir al Afgani. Mungkin cara itu juga akan di tempuh oleh Muhammad
Ali.
Namun dari beberapa perbedaan itu.
Keduanya dapat di pertemukan dalam misi besar bangsa islam untuk menuju
kejayaannya. Sosok kedua tokoh ini adalah sosok yang di butuhkan untuk meraih
kejayaan itu. Muhammad Ali dan jamaluddin al Afgani, sebagai gambaran penguasa
dan intelektual bisa menjadi kolaborasi yang ampuh untuk mengobati keterlupaan
bangsa islam terhadap islammnya dan membuat bangsa Islam kembali siuman setelah
di pingsankan oleh sejarah islam yang sudah berada pada limbo sejarah.
Bab III
Penutup
A.
Kesimpulan
Keduanya adalah dua tokoh yang dapat di pertemukan
dalam misi besar bangsa Islam untuk menuju kejayaannya. Sosok kedua tokoh ini
adalah sosok yang di butuhkan untuk meraih kejayaan itu. Muhammad Ali dan Jamaluddin
al Afgani, sebagai gambaran penguasa dan intelektual bisa menjadi kolaborasi
yang ampuh untuk mengobati keterlupaan bangsa islam terhadap islammnya dan
membuat bangsa Islam kembali siuman setelah di pingsankan oleh sejarah islam
yang sudah berada pada limbo sejarah.
Keduanya juga dapat menjadi idola bagi yang
berminat kepada dunia kemiliteran dapat mengidolakan Muhammad Ali sedang dia
yang berminat pada dunia intelektual dapat menjadikan Jamaluddin al Afgani
sebagai idola. Sedang maksud mengidolakan itu bukan berarti mengidolakan dan
memajang foto-foto mereka di tembok kamar. Tetapi menjadi pemacu untuk
menjadikan mereka tolak ukur dalam melampaui visi mereka atau sederajat dengan
mereka sudah menjadi barang langka.
Daftar Pustaka