Jumat, 24 Juni 2016

Puisi Filsafat : Hening


Waktu itu shubuh. Ada kapal yang berlabuh.
Senja yang perlahan kelabu. Aku bersama awan yang tabuh.
Sudah kulewati garis hening. Batas-batas yang membuatku terkoyak.
Semilir angin yang bermain dengan kelopak bunga.
Derita jiwa yang mendatangkan gerimis.
Kupanjat doa tertambal, mabuk, pasrah, dan hening lagi.
Gurauan alam ini, keagungan serta kebesaran Nya.
Mungkin dalam waktu yang lama.
Membuatku terkucil, semakin terkucil.
Seperti semut yang berenang di lautan.
Seperti semut hitam, yang bersantai pada gelap dan batu hitam.
Aku terkucil. dan aku hening lagi.
Dapat kubaca. Kata-kata langit.
Tarian angin serta awan bersama bintang dan galaksi.
Dan makhluk yang menjadi di telan gravitasi.
Kadang kita harus menjadi arus yang tenang.
Agar kita dapat melihat pantulan di permukaan.
Serta kita harus menjadi air yang hening.
Biar kita dapat melihat ke kedalaman.
Biarkan matamu terpejam.
Agar kau melihat kegelapan.
Biarkan matamu mekar.
Agar kau tahu arti sebuah cahaya.
Ada cahaya di atas cahaya. Dan kita butuh banyak mata mekar.
Dan hening lagi. Aku kembali dalam doa yang terkoyak.
Aku kembali dalam doa yang tertambal.
Dalam mimpi aku ingin menjadi kebenaran.
Tapi aku kembali terbangun. Dan aku hening lagi.

Kamis, 23 Juni 2016 ( malam ke 18 Ramadhan ) 22;37
berharap bisa hening.
Read More

Kamis, 23 Juni 2016

Puisi Cinta : aku memilih menjadi Aku.

Mungkin saja aku memang tidak akan pernah.
Membawamu terbang menyentuh bintang.
Tapi aku yakin aku bertahan memegang tanganmu
Selama berpijak di gravitasi.
Kau pernah memintaku menjadi angkasa.
Tapi kupilih menjadi bumi.
Biar di bumi ini kau dapat melihat.
Bahwa cintaku seluas Angkasa.
Aku juga mungkin tidak akan menjadi nada.
Bertalu-talu dan membuatmu terbuai.
Aku memilih diam.
Bukankah cinta datang saat kita diam.
Karena saat diam, kita jelas mendengar alam bernyanyi.
Aku akan menjadi aku dalam mencintaimu.
Bukankah aku yang berkata “ aku mencintaimu”.
Ketika aku bukan menjadi aku.
berarti Aku telah menghianatimu.

Read More

Senin, 20 Juni 2016

Filsafat Struktural Dari Sejarah, Tokoh, Pengertian Dan Ciri-Ciri Strukturalisme

Kali ini penulis akan share tulisan tentang Filsafat Struktural atau Strukturalisme, tulisan ini sebenarnya merupakan salah satu tugas yang diberikan oleh Pak Abdullah (salah satu Dosen saya di Fakultas Ushuluddin dan filsafat). Jadi mungkin tulisannya sedikit formal. Mungkin ini bisa dijadikan sebagai pengantar tentang filsafat struktural.

Filsafat Struktural Dari Sejarah, Tokoh, Pengertian Dan Ciri-Ciri Strukturalisme

Sejarah Singkat Filsafat Strukturalisme

Dalam sosiologi, antropologi dan linguistik, strukturalisme adalah metodologi yang unsur budaya manusia harus dipahami dalam hal hubungan mereka dengan yang lebih besar, sistem secara menyeluruh atau umum disebut struktur. Ia bekerja untuk mengungkap struktur yang mendasari semua hal yang manusia lakukan, pikirkan, rasakan, dan merasa. Atau, seperti yang dirangkum oleh filsuf Simon Blackburn, strukturalisme adalah "keyakinan bahwa fenomena kehidupan manusia yang tidak dimengerti kecuali melalui keterkaitan mereka. Hubungan ini merupakan struktur, dan belakang variasi lokal dalam fenomena yang muncul di permukaan ada hukum konstan dari budaya abstrak".

Strukturalisme di Eropa dikembangkan di awal tahun 1900-an, di bidang linguistik struktural dari Ferdinand de Saussure berikutnya Praha, sekolah Moskow dan Copenhagen linguistik. Pada akhir 1950-an dan awal 60-an, ketika linguistik struktural menghadapi tantangan serius dari orang-orang seperti Noam Chomsky dan dengan demikian memudar di pentingnya, array sarjana di humaniora meminjam konsep Saussure untuk digunakan dalam bidang masing-masing studi. Antropolog Prancis Claude Levi-Strauss dikatakan sebagai ilmuwan pertama, memicu minat yang luas dalam hal Strukturalisme.

Model strukturalis penalaran telah diterapkan dalam berbagai bidang, termasuk antropologi, sosiologi, psikologi, kritik sastra, ekonomi dan arsitektur. Pemikir yang paling menonjol terkait dengan strukturalisme termasuk Levi-Strauss, ahli linguistik Roman Jakobson, dan psikoanalis Jacques Lacan. Sebagai gerakan intelektual, strukturalisme awalnya dianggap menjadi pewaris eksistensialisme. Namun, pada 1960-an, banyak dari prinsip dasar strukturalisme diserang dari gelombang baru intelektual terutama dari Perancis seperti filsuf dan sejarawan Michel Foucault, filsuf dan komentator sosial Jacques Derrida, filsuf Marxis Louis Althusser, dan kritikus sastra Roland Barthes. Meskipun unsur pekerjaan mereka selalu berhubungan dengan strukturalisme dan diinformasikan oleh itu, teori ini umumnya disebut sebagai post-strukturalis. Pada 1970-an, strukturalisme dikritik karena kekakuan dan ahistorisme. Meskipun demikian, banyak pendukung strukturalisme, seperti Lacan, terus menegaskan pengaruh pada filsafat kontinental dan banyak asumsi dasar dari beberapa kritikus strukturalis bahwa pasca-strukturalis adalah kelanjutan dari strukturalisme.

Masa perkembangan filsafat Strukturalisme

Tahun 1966 digambarkan oleh Francois Dosse dalam bukunya Histoire du Structuralisme sebagai tahun memancarnya strukturalisme di Eropa, khususnya di Prancis.Perkembangan strukturalisme pada tahun 1967-1978 digambarkan sebagai masa penyebaran gagasan strukturalisme dan penerangan tentang konsep strukturalisme serta perannya dalam ilmu pengetahuan

Pengertian Filsafat Strukturalisme

Aliran filsafat eksistensialisme yang menjadi mode berfilsafat pada pertengahan abad ke-20 mendapat reaksi dari aliran Strukturalisme. Jika eksistensialisme menekankan pada peranan individu, maka strukturalisme juga melihat manusia “terkungkung” dalam berbagai struktur dalam kehidupannya. Secara garis besar ada dua pengertian pokok yang sangat erat kaitannya dengan strukturalisme sebagai aliran filsafat.

a. Strukturalisme adalah metode atau metodologi yang digunakan untuk mempelajari ilmu-ilmu kemanusiaan dengan bertitik tolak dari prinsip-prinsip linguistik yang dirintis oleh Ferdinandde Saussure.

b. Strukturalisme merupakan aliran filsafat yang hendak memahami masalah yang muncul dalam sejarah filsafat. Di sini metodologi struktural dipakai untuk membahas tentang manusia, sejarah, kebudayan dan alam, yaitu dengan membuka secara sistematik struktur-struktur kekerabatan dan struktur-struktur yang lebih luas dalam kesusasteraan dan dalam pola-pola psikologik tak sadar yang menggerakkan tindakan manusia.

Strukturalisme adalah faham atau pandangan yang menyatakan bahwa semua masyarakat dan kebudyaan memiliki suatu struktur yang sama dan tetap. Strukturalisme juga adalah sebuah pembedaan secara tajam mengenai masyarakat dan ilmu kemanusiaan dari tahun 1950 hingga 1970, khususnya terjadi di Perancis. Strukturalisme berasal dari bahasa Inggris, structuralism; latin struere (membangung), structura berarti bentuk bangunan. Trend metodologis yang menyetapkan riset sebagai tugas menyingkapkan struktur objek-objek ini dikembangkan olerh para ahli humaniora. Struktualisme berkembang pada abad 20, muncul sebagai reaksi terhadap evolusionisme positivis dengan menggunakan metode-metode riset struktural yang dihasilkan oleh matematika, fisika dan ilmu-ilmu lain.

Para sturukturalis filosofis yang menerapkan prinsip-prinsip strukturalisme linguistic dalam berfilsafat bereaksi terhadap aliran filsafat Fenomenologi dan eksistensialisme yang melihat manusia dari sudut pandang yang subjektif.

TUJUAN DAN CIRI-CIRI FILSAFAT STRUKTURALISME

Tujuan Strukturalisme adalah mencari struktur terdalam dari realitas yang tampak kacau dan beraneka ragam di permukaan secara ilmiah (obyektif, ketat dan berjarak). Ciri-ciri itu dapat dilihat strukturnya:
1. Bahwa yang tidak beraturan hanya dipermukaan, namun sesungguhnya di balik itu terdapat sebuah mekanisme generatif yang kurang lebih konstan.
2. Mekanisme itu selain bersifat konstan, juga terpola dan terpola dan terorganisasi, terdapat blok-blok unsur yang dikombinasikan dan dipakai untuk menjelaskan yang dipermukaan
3. Para peneliti menganggap obyektif, yaitu bisa menjaga jarak terhadap yang sebenarnya dalam penelitian mereka
4. Pendekatan dengan memakai sifat bahasa, yaitu mengidentifikasi unsur-unsur yang bersesuaian untuk menyampaikan pesan. Seperti bahasa yang selalu terdapat unsur-unsur mikro untuk menandainya, salah satunya adalah bunyi atau cara pengucapan.
5. Strukturalisme dianggap melampaui humanisme, karena cenderung mengurangi, mengabaikan bahkan menegasi peran subjek.

Ciri-ciri strukturalisme adalah pemusatan pada deskripsi keadaan aktual objek melalui penyelidikan, penyingkapan tabiat, sifat-sifat yang terkait dengan suatu hal melalui pendidikan. Ciri-ciri itu bisa dilihat dari beberapa hal; hirarki, komponen atau unsur-unsur, terdapat metode, model teoritis yang jelas dan distingsi yang jelas.

Para ahli strukturalisme menentang eksistensialisme dan fenomenologi yang mereka anggap terlalu individualistis dan kurang ilmiah. Salah satu yang terkenal adalah pandangan Maurice Meleau-Ponty yang menentang fenomenologi dan eksistensialisme tubuh manusia. Pounty menekankan bahwa hal yang fundamental dalam identitas manusia adalah bahwa kita adalah objek-objek fisik yang masing-masing memiliki kedudukan yang berbeda-beda dan unik dalam ruang dan waktu.

Tokoh tokoh Filsafat Struktural Dan Pemikirannya

Ferdinand de Saussure

Strukturalisme sebagai metode berpikir dalam memahami realitas dimulai oleh Ferdinand de Saussure (1857-1913 M), seorang ahli Linguistik yang mempelajari bahasa dari sudut pandang strukturnya.
Menurut Ferdinand de Saussure Strukturalisme memiliki dua pengertian, yaitu:
  • Strukturalisme adalah metode atau metodologi yang digunakan untuk mempelajari ilmu-ilmu kemanusiaan dengan bertitik tolak dari prinsip-prinsip Linguistik.
  • Strukturalisme adalah aliran filsafat yang hendak memahami manusia, sejarah dan kebudayaan serta hubungan kebudayaan dengan alam dengan memakai metode struktural. Strukturalisme menyelidiki pola-pola dasar yang tetap dalam berbgai realitas.

Claude Levi-Strauss

Claude Levi-Strauss, lahir 28 November 1908 – meninggal 30 Oktober 2009 pada umur 100 tahun) adalah antropolog dan etnolog Prancis, dan disebut sebagai "bapak antropologi modern".

Dia berpendapat bahwa "pikiran primitif" memiliki struktur yang sama dengan pikiran yang "beradab" dan bahwa ciri-ciri manusia itu sama saja di mana-mana. Pengamatannya ini berpuncak pada bukunya yang terkenal, Tristes Tropiques, yang menempatkan dia sebagai tokoh utama dalam aliran pemikiran strukturalis, tempat di mana gagasan-gagasannya menjangkau berbagai bidang, termasuk humaniora, sosiologi dan filsafat. Strukuralisme didefinisikan sebagai "pencarian pola-pola pikiran tersembunyi di dalam segala bentuk kegiatan manusia".

Dia telah menerima kehormatan dari berbagai universitas di seluruh dunia dan memimpin Antropologi Sosial di Collège de France (1959–1982). Dia terpilih sebagai anggota Akademi Prancis atau Académie Française pada 1973.

pemikirannya terkenal dengan Strukturalisme dan Antropologi budaya. Dalam buknya yang berjudul “Struktur-struktur elementer kekerabatan” ia menganalisa dan menjelaskan sistem-sistem kekerabatan primitif dengan memakai metode strukturalis. Menurutnya, kekerabatan dapat dianggap sebagai semacam bahasa, karena aturan-aturan yang dimiliki klen-klen primitif di bidang kekerabatan dan perkawinan memang merupakan suatu sistem yang terdiri atas relasi-relasi dan posisi-oposisi, seperti suami-istri, anak-bapak, kakak-adik, dan lain-lain.

Selain Ferdinand de Saussure, berikut adalah beberapa tokoh dalam aliran strukturalismedan pemikirannya :

  1. Jscues Lacan (1901-1981) lahir di Paris dan meraih gelar doktor dalam bidang kedokteran pada tahun 1932. Selain kedokteran, ia juga seorang psikiater. Maka dari itu, pemikirannya disebut Strukturalisme dan Psikoanalisa karena ia ingin membuat psikoanalisa menjadi suatu antropologi otentik dengan mengambi ilmu bahasa sebagai pedoman. Bahasa adalah suatu sistem yang terdiri dari relasi-relasi dan oposisi-oposisi yang mempunyai prioritas terhadap subyek yang berbicara, dan manusia tidak merancang sistem itu, tetapi ia takhluk padanya yang memungkinkan ia berbicara. Hal yang sama berlaku juga untuk ketidaksadaran. Ketidaksadaran merupakan suatu struktur, tetapi manusia sendiri tidak menguasai struktur ini. Ketidaksadaran adalah semacam logos yang mendahului manusia perseorangan. Usahanya adalah menjelaskan ketidaksadaran manusia dalam cahaya penemuan-penemuan linguistik tentang bahasa. Lacan selalu membahas percakapan psikoanalitis yaitu percakapan antara seorang psikoanalis dengan analisanya atau pasiennya. Dalam percakapan itu, ketidaksadaran tampak sebagai bahasa. Dalam percakapan psikoanalitis subyek tidak berbicara, tetapi subyek dibicarakan. Atau bukan saya yang berbicara, ada yang bicara dalam diri saya.
  2. Roland Barthes (1915-1950) lahir di Cherbourg dan dibesarkan di Bayonne dan Paris. Pada umur 64 tahun, ia meninggal tertabrak mobil di jalanan paris. Pemikirannya tentang Strukturalisme dan Kritik Sastra. Setelah ia membaca buku karangan Saussur yang berjudul kursus Tentang Linguistik Umum, ia mulai menyadari kemungkinan-kemungkinan untuk menerapkan semiologi atas bidang-bidang yang lain. Menurutnya semiologi termasuk linguistik tapi bukan sebaliknya. Barthes melukiskan prinsip-prinsip linguistik dan relevaninya dengan bidang lain. Dari sudut pandang strukturalistis, ia memberikan suatu interpretasi baru tentang Jean Racine, seorang dramawan besar dari sastra Prancis abad ke-17. Pendekatan baru tentang sastra yang diusahakan Barthes diberi nama “Kritik Sastra yang Baru”. Interpretasi ini diserang tajam oleh Raymond Picard, profesor Universitas Surbonne, yang membela pandangan tradisional tenang Racine.
  3. Louis Althusser (1918-1990) seorang tokoh filsuf dari golongan marxisme. Pemikirannya adalah tentang persamaan Stukturalisme dan Marxisme.
  4. Michel Foucault (1962-1984). Pemikirannya disebut Strukturalisme dan Epistemologi. Epistemologi disini adalah refleksi filosofis tentang kodrat dan sejarah ilmu pengetahuan. Menutnya pada tiap-tiap zaman mempunyai pengandai-andaian tertentu, prinsip-prinsip tertentu, cara-cara pendekatan tertentu. Deangan kata lain tiap zaman mempunyai apriori historis tertentu

Filsafat Struktural Ferdianand de Saussure

Munculnya paham baru kian terlihat yakni sekitar pada zaman kontemporer yakni diawal abad kedua puluh. Dimana pada abad tersebut orang berpikir lebih mengarah pada abad kedua puluh tersebut. Salah satu paham baru yang muncul tersebut yakni Strulturalisme yang dicetuskan oleh tokoh bernama Ferdinand de Saussure.

Akar dasar dari pemikiran ini sendiri dari Ferdianand de Saussure yakni meletakkan dasar linguistik dan tata bahasa. Meski De Saussure jarang mempublikasikan karyanya, namun dari karyanya mengenai ilmu linguistik itulah ia memberikan konstribusi terhadap pengembangan ilmu pengetahuan dan juga filsafat di masa kehidupan manusia saat ini atas ilmu linguistiknya. Ia pun akhirnya terkenal menjadi bapak linguistik (Hasan, 2012:56).

Latar belakang kehidupan Ferdinand de Saussure yakni ia adalah seorang yang berkebangsaan Swiss yang lahir di Jenewa pada tanggal 26 November 1857 dan meninggal pada umur 55 tahun bertepatan pada tanggal yakni 22 Februari 1913. Ketika ia meninggal, ia memiliki dua orang murid yang pernah ia ajar di Jenewa yang nantinya dari kedua murid itulah karya tulisan dari de Saussure dapat tersebar dan dipelajari khalayak umum.

Pada awal abad ke-20 sebagai reaksi terhadap evolusionisme positivis dengan menggunakan metode-metode riset struktural yang dihasilkan oleh matematika, fisika dan ilmu-ilmu alam lainnya. Sedangkan ciri khas strukturalisme yang begitu signifikan yakni adanya pemusatan pada deskripsi keadaan aktual objek melalui penyelidikan, penyingkapan sifat-sifat instriknya yang tidak terikat oleh wktu dan penetapan hubungan antara fakta atau unsur-unsur sistem tersebut melalui pendidikan.

Berawal dari seperangkat fakta yang diamati pada permulaannya, strukturalisme menyingkapi dan melukiskan struktur inti dari suatu objek (hierarkinya, kaitan timbal balik antara unsur-unsur pada setiap tingkat), dan lebih lanjut menciptakan suatu model teoritis dari objek tersebut.

Pengertian dari istilah Strukturalisme sendiri adalah cara filsafat yang mendasari semua pemikiran abad modern ini, sedangkan linguistik itu sendiri merupakan salah satu ilmu yang paling sistematis dalam bidang humaniora. Akar strukturalisme adalah filsafat bahasa Saussure yang pada umumnya karyanya diabaikan sampai tahun lima puluhan hingga enam puluhan, ia menangkap makna pengamatan terhadap struktur bahasa, dari pada logika jalan.

. Pada tahun 1960-an strukturalisme telah menjadi model dikota Paris. Secara sederhana strukturalisme adalah pandangan bahwa setiap wacana, baik wacana filsafat maupun lainnya adalah sekedar sebuah struktur didalam bahasa tidak lebih. Teks tidak memberikan sesuatu yang lain kecuali teks itu sendiri, tidak ada lainnya dibalik bahasa.

Ferdinand de Saussure (1857-1913) telah meletakkan dasar linguistik modern. Dia adalah orang Swiss yang untuk beberapa waktu mengajar di Paris dan akhirnya menjadi professor di Jenewa. Selama hidupnya ia mempublikasikan sedikit karangannya. Buku yang mengakibatkan namanya menjadi tersohor di bidang linguistik ditebitkan oleh dua orang muridnya yang bernama Charles Bally and Albert Sechehaye. Penerbitan buku itu sendiri yakni tiga tahun setelah kematiannya. Buku karya de Saussure yang diterbitkan itu diberi judul Cours de linguistique general pada tahun 1916 dan berisikan mengenai kursus tentang linguistic umum.
Beberapa prinsip dasar yang digunakan oleh tokoh-tokoh strukturalisme berasal dari teori linguistik yang diuraiakan dalam buku tersebut. Tentu itulah hal yang kian menjadikan pemikiran de Saussure sendiri semakin bernilai dan berguna. Struktur dalam bahasa, istilah struktur berkaitan dengan bahasa sebagai sistem. Pendekatan struktural tentang bahasa mengandung arti pendekatan yang menganggap bahasa sebagai sistem dengan ciri-ciri tertentu, pemakaian kata “struktur” dalam strukturalisme disertai oleh seluruh konteks yang telah diuraikan yaitu significant-signifie, parole-langue, sinkroni diakroni.

Pertama, secara singkatnya Signifiant merupakan penandaan yang ditandakan. Penanda adalah bunyi yang bermakna atau coretan yang bermakna. Significant adalah aspek material dari bahsa, yaitu apa yang dikatakan atau didengar dan apa yang ditulis atau dibaca.

Sedangkan signifie (yang ditandakan) adalah gambaran mental, fikiran atau konsep. Signifie adalah aspek mental dari bahasa. Tanda dan bahasa selalu mempunyai segi yaitu significant dan signifie. Itulah mengapa Significant dan Signifie harus disandingkan menjadi satu agar suatu hal dapat dikenali tanda. Karena suatu signifie itu sendiri tidak mungkin disampaikan atau ditangkap lepas dari significant. Yang ditandakan itu termasuk tanda sendiri dan demikian merupakan suatu faktor linguistic.

Kedua, yakni bahwasannya mengenai bahasa individual dan bahasa bersama. Tanda awal dari adanya gejala bahasa secara umum disebut dengan istilah yang bernama langage. Dalam langage itu sendiri masih terbagi lagi menjadi dua pembahasan yakni dibedakan antara parole dan langue. Parole dimaksudkan sebagai pemakaian bahasa yang individual yang artinya dipakai oleh perseorangan (satu orang saja).

Meski parole tidak dipelajari dalam ilmu linguistik, namun dalam Linguistik menyelidiki unsur lain dari langage yaitu langue. Langue dimaksudkan sebagai bahasa yang pemakaiannya milik bersama dari suatu golongan bahasa tertentu. Sehingga akibatnya yaitu, langue melebihi semua individu yang berbicara dengan bahasa itu.
Karya yang terkenal dari de Saussure yang berjudul Course in general Linguistic, sebenarnya tersusun dari catatan kuliah serta catatan murid-muridnya mungkin bisa dilihat sebagai bagian dari pemenuhan keyakinan de Saussure bahwa bahasa itu sendiri harus ditinjau ulang agar linguistik memiliki landasan yang mantap.
Seperti yang ditunjukkan dalam buku karya berjudul Course, dalam sejarah linguistik, pendekatan Saussure pada umumnya dianggap menentang dua pandangan kontemporer yang berpengaruh tentang bahasa. Yang pertama adalah yang diusulkan pada tahun 1660 oleh Lancelot dan Gramaire de port-royal, Kedua yakni karya dari Arnaud, dimana bahasa dilihat sebagai cerminan pikiran dan didasarkan atas logika universal saja.
Tepat menurut waktu dan menelusuri waktu, bahasa dapat dipelajari menurut dua sudut sinkron dan diskroni, sinkroni berarti “bertepatan menurut waktu” dan diakron “menelusuri waktu”. Diskroni adalah peninjauan historis, sedangkan singkroni menunjukkan pandangan yang lepas dari perspektif historis, sedangkan Sinkron adalah peninjauan ahistoris (keluar dari subjek historis).

Diantara faktor-faktor yang memajukan perkembangan strukturalisme di dalam beberapa ilmu ialah diciptakannya semiotic, ide-ide Ferdinand de Saussure dalam linguistic, ide-ide Levi Strauss dalam etnologi, dan L.S. Vygtsky dan piaget dalam psikologi, serta tampilnaya metalogika dan metamatika.
Bila diterapkan pada ilmu-ilmu individual, metode-metode struktural mengakibatkan akibat-akibat positif : misalnya dalam linguistic pendekatan ini membantu membuat suatu deskripsi tentang bahasa yang tidak tertulis, membuat sandi prasati dalam bahasa, dll. Gagasan strukturalisme juga mempunyai metodologi tertentu dalam memajukan studi interdisipliner tentang gejala-gejala budaya, dan dalam mendekatkan ilmu-ilmu kemanusiaan dengan ilmu-ilmu alam.


Source : Filsafat Strukturan oleh Ramli dan Ahmad
Read More

Minggu, 19 Juni 2016

Tafsiran Surah Al Fatihah





Tafsiran surah al Fatihah

Ada sekian banyak nama yang di sandang oleh surah ini. tidak kurang dari dua puuh sekian nama. Ada tiga atau empat nama yang di perkenalkan oleh Rasulullah saw. Yaitu Al Fatihah, Ummul Kitab atau ummul Qur’an dan as- Sab’ al-Matsani.

v Nama Al Fatihah

Rasulullah saw bersabda dalam salah satu hadist dan menyebut nama Al Fatihah. Antara lain : “tidak ada (tidak sah) shalat bagi yang tidak membaca Fatihah al-Kitab” (HR, Bukhari, Muslim dan perawi lainnya)
Kata “Fath” yang menjadi akar kata al Fatihah memiliki arti secara harfiah menyingkirkan sesuatu yang terdapat pada satu tempat yang akan di masuki. Arti harfiah ini bisa di artikan bahwa Al-Fatihah terletak pada Awal Al-Qur’an, dan kerena biasanya yang pertama memasuki sesuatu adalah yang membukanya. Maka kata Fatihah disini berarti awal al-Qur’an atau bisa juga di sebut pembuka yang sangat agung bagi segala macam kebaikan.

v Nama as – Sab al Matsani

Dalam hadits yang diriwayatkan oleh at Tirmidzi bahwa Rasulullah saw bersabda. “Demi Tuhan Yang jiwaku berada dalam genggaman-Nya. Allah tidak menurunkan di dalam Taurat, Injil maupun Zabur dan Al-Qur’an suatu surah seperti as-Sab al Matsani”.
Secara etimologi kata “as-Sab” berarti tujuh, karena surah ini berjumlah tujuh ayat, sedang kata Matsani adalah bentuk jamak dari Mutsanna atau matsna yang secara harfiah berarti dua-dua yang bisa di pahami berulang-ulang. Surah ini di namakan demikian karena ia di baca berulang-ulang dalam shalat atau di luar sholat. Atau karena kandungan pesan setiap ayatnya terulang-ulang dalam ayat al-Qur’an yang lain. Maka as-Sab al Matsani bisa disebut sebagai tujuh ayat yang di baca berulang-ulang.

v Nama Ummul Kitab atau Ummul Qur’an.

Penamaanya sebagai ummul Kitab juga bersumber dari hadits bahwa Rasulullah saw bersabda : “Siapa yang sholat tanpa membaca Ummu al-Qur’an maka sholatnya Khidaj (kurang atau tidak sah).
Secara etimologi kata Umm berarti Induk. Penamaan surah ini dengan induk al-Qur’an karena ia berada di awal al-Qur’an  sehingga ia bagaikan asal dan sumber, serupa dengan ibu yang disamakan dengan induk yang datang mendahului anak serta merupakan sumber kelahirannya.
Ia pula di namakan sebagai Umm, bisa jadi karena ayat-ayat al Fatihah mencakup kandungan tema-tema pokok semua ayat al-Qur’an. Muhammad Abduh beranggapan bahwa Al-Fatihah sebenarnya adalah Wahyu yang pertama kali di turunkan bukan al-Alaq. Melihat kandungan surah al Fatihah yang mencakup tema-tema pokok al-Qur’an seperti
1.      Tauhid pada ayat kedua dan kelima.
2.      Janji dan ancaman pada ayat pertama, ketiga dan ketujuh
3.      Ibadah yang menghidupkan Tauhid pada ayat ke lima dan ketujuh
4.      Penjelasan tentang jalan kebahagiaan di dunia dan di akhirat dan cara mencapainya. Terdapat pada setiap ayat.
5.      Sejarah masa lampau pada ayat terakhir.
Pendapat Abduh mengenai surah Alfatihah sebagai wahyu yang pertama dengan penjelasan logika tidak di terima oleh mayoritas ulama. Tetapi kita dapat menerima pendapat Muhammad Abduh dalam konteks membuktikan kedudukan al-Fatihah sebagai ummul Qur’an atau untuk menjelaskan mengapa surah al Fatihah di letakkan pada awal al-Qur’an.

v  Asbabun Nuzulnya ?

Ada riwayat yang menyatakan bahwa ia turun sesudah surah al Muddatsir, ada lagi yang berpendapat bahkan sesudahnya dan sesudah al Muzammil dan al kalam turun. Ada lagi yang berkata bahwa ia turun di Madinah. Dan ada pula yang beranggapan bahwa ia turun dua kali, satu kali di Makkah dan satu kali lagi di Madinah untuk menggambarkan keagungan surah ini.
Namun pendapat yang kuat bahwa surah ini tergolong Makkiyah, melihat as-Sab al Matsani telah di singgung oleh al-Qur’an melalui firman-Nya dalam QS. Al-Hijr 15:87: “Sesungguhnya Kami telah menganugrahkan kepadamu as Sab al-Matsani dan AlQur’an al-Karim”. Dan di sepakati oleh para ulama bahwa surah al-Hijr turn ketika Nabi Saw, masih bermukim di Mekkah. Di tambah lagi bahwa sholat sudah di wajibkan sejak saat nabi masih bermukim di Makkah, dan nabi pernah bersabda bahwasanya sholat tidak sah jika tidak membaca al-Fatihah.

v  Tema Pokok dan Tujuan nya ?
                  
Menurut Ibrahim ibn Umar al Biqa’i “nama setiap surah menjelaskan tujuan serta tema umum surah itu.” Al-Fatihah nama-namanya antara lain adalah
1.      Ummul Kitab (induk al-Qur’an)
2.      Al-Asas (asas segala sesuatu)
3.      Al Matsani ( yang di ulang-ulang)
4.      Al-Kanz ( pembendaharaan)
5.      Asy-syafiah (penyembuh)
6.      Al-Kafiyah ( yang mencukupi)
7.      Al-Waqiyah ( yang melindungi)
8.      Ar-Ruqyah (mantra).
9.      Al-Hamd ( pujian)
10.  Asy-Syukr ( syukur )
11.  Ad-du’a dan as-shalat ( doa ).

Kesemua nama ini mengandung serta berkisar atas segala sesuatu yang tersembunyi yang dapat mencukupi segala kebutuhan, yaitu pengawasan yang melekat. Segala sesuatu yang tidak di buka dengannya tidak akan memiliki nilai. Dia adalah pembuka segala kebaikan, asas segala makruf, tidak dinilai salah, kecuali bila di ulang-ulang. Dia adalah pembendaharaan menyangkut segala sesuatu. Dia menyembuhkan segala macam penyakit, serta mencukupi manusia dalam mengatasi segala keresahan , serta melindunginya dari segala keburukan dan menjadi mantera untuk menghadapi kesulitan. Surah inilah yang merupakan ketetapan bagi pujian yang mencakup segaa sifat kesempurnaan, serta kesyukuran yang mengandung pengagungan terhadap Allah, pemberi nikmat, dan dia pula yang merupakan inti doa karena doa adalah menghadapkan diri kepada-Nya sedang doa yang teragung tersimpul di dalam hakikat sholat. Jika demikian,  tujuan utama dari surah al-Fatihah adalah mentapkan kewajaran Allah swt. Untuk di hadapkan kepada-Nya segala puian dan sifat-sifat kesempurnaan, dan meyakini kepemilikan-Nya atas dunia dan akhirat serta kewajaran-Nya untuk di sembah dan di mohonkan dari Nya pertolongan, dan nikmat menempuh jalan lurus sambil memohon keterhindaran dari jalan orang yang binasa.
Itulah tujuan dan tema pokok surah al Fatihah, demikian al-Biqa’i.

TAFSIRAN PER AYAT

v Ayat 1 Bismillahir rahmani arrahim (dengan nama Allah yang Rahman lagi Rahim)

Ayat ini di mulai dengan huruf “Ba” yang berarti dengan. Yang mengandung satu kata atau kalimat yang tidak terucapkan tetapi harus terlintas di dalam benak ketika mengucapkan Basmalah, yaitu kata “memulai”, sehingga Bismillah berarti “ Saya atau Kami memulai apa yang kami kerjakan ini dengan nama Allah”. Ini menjadi tanda bagi pengucap bahwa apa yang di kerjakannya selalu di iringi dengan doa atas nama Allah.
Apabila seseorang memulai sebuah pekerjaan atas nama Allah maka pekerjaan tersebut akan menjadi baik atau paling tidak, pengucapnya akan terhindar dari godaan nafsu, dorongan ambisi atau kepentingan pribadi, sehinggga setiap perbuatannya membawa manfaat bagi dirinya, orang lain dan lingkungannya serta kemanusiaan secara keseluruhan.
Rasulullah saw bersabda “ Setiap perbuatan yang penting yang tidak di mulai dengan ‘Bismillahirrahmanirrahim’ maka perbuatan tersebut cacat” (HR As-Suyuthi).
Pengucap basmalah ketika mengaitkan ucapannya dengan kekuasaan dan pertolongan Allah maka seakan akan ia berkata “ Dengan kekuasaan Allah dan pertolongan-Nya pekerjaan yang saya lakukan dapat terlaksana”.
Apapun aktivitas yang anda lakukan, termasuk menarik dan menghembuskan nafas, makan atau minum, gerak reflex atau sadar, diam atau bergerak, semuanya tidak dapat terlaksana tanpa kekuasaan dan pertolongan Allah.
Di sini pengucap yang menghayati ucapannya akan menyadari kelemahannya di hadap Allah swt., tetapi dalam saat yg sama ia memperoleh kekuatan dan rasa percaya diri , karena ketika itu ia telah menyadarkan diri kepada Allah swt. Sambil memohon bantuannya.

v Ayat 2  Alhamdulillahi rabbil alamin ( segala puji bagi Allah pemelihara seluruh alam).

Ayat ini memiliki dua sisi makna. Pertama berupa pujian kepada Allah dalam bentuk ucapan, dan kedua berupa bentuk perbuatan syukur kepada-Nya . Syukur adalah mengakui dengan tulus dan penuh hormat, nikmat yang di anugrahkan oleh yang di sykuri itu, dengan kata-kata maupun dengan perbuatan.
Pujian kepada-Nya dalam bentuk ucapan merupakan anjuran, apalagi saat mendapatkan anugrah Ilahi. Itu sebabnya Rasulullah saw. Selalu mengucapkan al-hamdu lillah dalam kondisi dan situasi apapun. baik bangun tidur dan sebelum tidur Rasulullah saw sering mengucapkan  al-hamdu lillah.
Apabila seseorang sering mengucapkan al-hamdu lillah, maka seterusnya ia akan merasa berada dalam curahan rahmat dan kasih sayang Tuhan. Dia akan merasa bahwa Tuhan tidak membiarkannya sendiri. Jika kesadaran ini telah berbekas dalam jiwanya, maka seandainya sesekali ia mendapatkan cobaan atau merasakan kepahitan, dia pun akan tetap mengucapkan al-hamdu lillah. Karena si pengucap sadar bahwa limpahan karunia-Nya sudah demikian banyak, sehingga cobaan dan malapetaka itu tidak lagi berarti di bandingkan dengan besar dan banyaknya karunia selama ini. di samping itu akan terlintas pula dalam pikirannya bahwa pasti ada hikmah di balik cobaan itu, karena semua perbuatan Tuhan pasti terpuji.

v Ayat 3 : Ar-Rahman ar- Rahim

Ketika seseorang membaca ar Rahman atau ar-Rahim maka di harapkan jiwanya akan di penuhi oleh rahmat dan kasih saying, dan saat itu rahmat dan kasih saying akan memancar keluar dalam bentuk perbuatan-perbuatan. Bukankah perbuatan merupakan cerminan dari gejolak jiwa? Bukankah seseorang yang dirundung kesedihan atau kesakitan, keindhaan dapat di anggapnya keburukan? Tidakkah kalu ia sedang mabuk asmara, segalanya akan terlihat indah? Bukankah setiap wadah menumpahkan isinya? Sebuah gelas yang berisi sirup pasti akan menumpahkan sirup, jangan berharap selain sirup.
Menurut Al Gazali buah yang dihasilkan oleh Rahman pada aktivitas seseorang adalah bahwa, “ ia akan mencurahkan rahmat dan kasih sayang kepada hamba-hamba Allah yang lengah, dan ini mengantar yang bersangkutan untuk mengalihkan mereka dari jalan kelengahan menuju Allah dengan memberinya nasihat secara lemah lembut- tidak dengan kekerasan- memandang orang-orang berdosa dengan pandangan kasih sayang – bukan dengan gangguan- serta setiap kedurhakaan yang terjadi di alam raya, bagai kedurhakaan terhadap dirinya, sehingga ia tidak menyisihkan sedikit upaya pun untuk menghilangkannya sesuai kemampuannya, sebagai pengejewantahan dari rahmatnya terhadap si pendurhaka jangan sampai ia mendapatkan murka-Nya dan kejauhan dari sisi-Nya.
Sedang buah ar-Rahim menurut al-Ghazali adalah, tidak membiarkan seorang yang butuh kecuali memenuhi kebutuhannya, tidak juga membiarkan seorang fakir di sekelilingnya atau di negerinya kecuali dia berusaha untuk membantu dan menampik kefakirannya, dengan harta, kedudukan, atau berusaha melalui orang ketiga sehingga terpenuhi kebutuhannya. Kalau semua itu tidak berhasil ia lakukan, maka hendaklah ia membantunya dengan doa serta menampakkan rasa kesedihan dan kepedihan atas penderitannya. Itu semua sebagai tanda kasih dan sayang dan dengan demikian ia bagaikan serupa dengannya dalam kesulitan dan kebutuhan.
Itulah buah yang di harapkan dari bacaan ar-Rahman dan ar-Rahim, demikian al-Ghazali.

v Ayat 4 : Malikiyaumiddin (pemilik hari pembalasan)

Ayat ke empat diatas menyatakan bahwa Allah adalah pemilik atau raja hari Kemudian. Paling tidak ada dua makna yang di kandung oleh penegasan ini yaitu:
Pertama, Allah menentukan dan Dia pula satu-satunya yang mengetahui kapan tibanya hari tersebut, sebagai mana firman-Nya “Sesungguhnya pengetahuan tentang hari kiamat itu ada pada sisi Tuhanku, tidak satu (makhluk) pun yang dapat menjelaskan waktu kedatangannya kecuali Dia semata”. (QS.al-A’raf 7: 187).
Kedua, Allah menguasai segala sesuatu yang terjadi dan apapun yang terdapat ketika itu. Kekuasaan-Nya sedemikian besar sampai-sampai jangankan bertindak atau bersikap menentang-Nya, berbicara pun harus dengan seizin-Nya.
Pada hari itu, Ruh (malaikat Jibril) dan para malaikat (yang lain) berdiri bershaf-shaf. Tidak ada yang berbicara kecuali yang di izinkan oleh ar-Rahman dan dia mengucapkan kata-kata yang benar”(QS. An-Naba’ 76:38).

*    Ayat 5 : iyyakana’budu wa iyyakanastain ( Hanya kepada-Mu Kami mengabdi dan hanya kepada-Mu kami meminta pertolongan ).

Banyak sekali pesan yang di kandung oleh kedua kata terangkai “iyyaka” dan “na’budu”.
Secara tidak langsung penggalan ayat ini mengecam mereka yang mempertaruhkan atau menyembah selain Allah, baik masyarakat Arab ketika itu maupun selainnya. Memang banyak sekali di antara masyarakat Jahiliah yang menyembah berhala, benda-benda langit atau bahkan binatang-binatang. Dari kalangan masyarakat Arab, kaum Saba’ di Yaman, demikian juga suku Taim, Ukal dan Dhabbat di Jazirah Arabia menyembah matahari.
Penggalan ayat diatas mengecam mereka semua dan mengumandangkan bahwa yang di sembah hanya Dia Rabb al-alamin, Tuhan sesembahan-sesembahan itu, bahkan Tuhan seru sekalian alam.
Ketika seorang menyatakan iyyaka na’budu maka ketika itu tidak sesuatu apapun, baik dalam diri seseorang maupun yang berkaitan dengannya, kecuali telah dijadikan milik Allah. Memang, segala aktivitas manusia harus berakhir menjadi ibadah kepada-Nya sedang puncak ibadah adalah ihsan.
Ibadah merupakan upaya mendekatkan diri kepada Allah, karena itu ia lebih wajar untuk didahulukan dari pada memintapertolongan-Nya. Bukankah sebaiknya Anda mendekat sebelum meminta?. Disisi lain ibadah dilakukan oleh yang bermohon sedang meminta bantuan adalah mengajak pihak lain untuk ikut serta. Memulai dengan upaya yang di lakukan sendiri, lebih wajar di dahulukan daripada upaya dengan meminta bantuan pihak lain. Selanjutnya salah satu hal yang di harapkan bantuan-Nya adalah menyangkut ibadah itu sendiri, sehingga sangat wajar menyebut ibadah terlebih dahulu yang merupakan azam dan kebulatan tekad si pemohon baru kemudian memohon agar di bantu antara lain dalam meraih kesempurnaan ibadah di maksud. Ini dari segi makna, sedang dari segi redaksi adalah lebih tepat menyebut nasta’in sebagai akhir ayat agar iramanya sama atau mirip dengan ayat sebelum dan sesudahnya.
Penggalan kata iyyaka yang berkaitan dengan ibadah mengandung arti pengkhususan mutlak. Tidak di perkenankan memadukan motivasi ibadah dengan apapun selain Allah, karena kalau demikian, keikhlasan akan terganti menjadi riya.

v Ayat 6 : ihdinissaratalmustaqim ( Bimbinglah (antar) lah kami (memasuki) jalan lebar dan luas.)

Ayat keenam ini dapat di pahami dalam arti sebagai permohonan agar kiranya Allah swt. Menganugrahkan kepada si pemohon – melalui naluri, panca indra, akal dan agama kemampuan untuk menggapai jalan lurus lagi luas itu sehingga ash-shirath al-mustaqim tidak saja di rasakan di dalam naluri atau dilihat, di cium, di dengar dan di raba oleh panca indra, tetapi juga di benarkan oleh akal, serta dari saat kesaat memperoleh bimbingan dan pengetahuan yang bersumber dari Allah swt., kemudian di beri pula kemampuan untuk melaksanakannya.

v Ayat 7 : ( yaitu jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahi nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang di murkai dan bukan (pula jalan) orang-orang yang sesat.)

Ada empat kelompok manusia yang telah mendapat nikmat khusus dari Allah swt. Yaitu “nikmat keagamaan”, dan jalan kelompok-kelompok itulah yang di mohonkan agar di telusuri pula oleh pembaca ayat ketujuh surah al-Fatihah ini.
Kelompok pertama, disebut sebagai kelompok nabi dan rasul yakni kelompok yang mendapatkan petunjuk langsung dari Allah swt yang di tugasi untuk menuntun manusa kepada kebenaran ilahi. Mereka adalah klompok yang terpelihara dari dosa atau pelanggaran apapun.
Kelompok kedua disebut sebagai para shiddiqin yaitu orang-orang dengan pengertian apapun selalu benar dan jujur. Mereka juga selalu mendapatkan bimbingan ilahi, sehingga terpelihara dari sikap yang bertentangan dengan kebenaran ilahi. Tetapi tingakatannya berada di bawah tingakatan nabi dan rasul.
Kelompok ketigaa adalah para syuhada yang bersaksi atas kebenaran dan kebajikan melalui ucapan dan tindakan mereka, walau harus mengorbankan nyawa sekalipun, dan atau ereka disaksikan kebenaran dan kebajikan oleh Allah swt, para malaikat dan lingkungan mereka.
Kelompok keempat adalah orang-orang saleh yakni yang tangguh dalam kebajikan, dan selalu berusaha mewujudkannya, kalaupun sesekali ia melakukan pelanggaran kecil tidak berarti dengan kebajikan-kebajikan mereka.
Melalui ayat ketujuh ini kiranya mereka , siapa, kapan dan dimanapun, menjadi panutan kita dalam kehidupan ini.

Sedangkan tipe ad dhallin  ialah sebagai berikut.

Pertama, orang-orang yang memang sama tidak mengenal atau menemukan petunjuk Allah swt dan agama yang benar. Sehingga terhalang dari mereka berpikir jauh kedepan tentang kebenaran yang sebenarnya.
Kedua, orang-orang yang pernah memiliki sedikit pengetahuan agama, sedikit memiliki keimanan dalam hatinya tetapi pengetahuan itu tidak dikembangkannya, di asah, sehingga pudar keimanannya. Termausk dalam tipe ini orang-orang yang hanya mengandalkan akalnya semata-mata dan menjadikannya satu-satunya tolak ukur, walaupun dalam wilayah yang tidak dapat di pahami oleh akal.
Ketiga, yang digambarkan oleh QS. Al-Hijr (15) adalah mereka yang berputus asa dari rahmat Allah swt. Putus asa akan kesembuhan, pencapaian sukses, pengampunan dosa dan lain-lain yang kesemuanya berakhir pada tidak bersangka baik kepada Allah swt.
Demikian ayat terakhir surah al-Fatihah ini mengajarkan manusia agar bermohon kepada Allah, kiranya ia di beri petunjuk oleh-Nya sehingga mampu menelusuri jalan luas lagi lurus, jalan yang pernah di tempuh oleh orang yang telah memperoleh sukses dalam kehidupan ini, bukan jalan orang-orang yang gagal dalam kehidupan ini, karena tidak mengetahui yang benar, atau mengetahui tetapi enggan untuk menelusurinya.

v Amin
Di anjurkan mengakhiri bacaan surah ini dengan ucapan “Aamiin”walaupun kata ini bukan bagian dari surah ini.
Terdapat beberapa makna mengenai kata ini
1.      Ya Allah perkenankanlah! Ini pendapat mayoritas ulama
2.      Ya Allah ! lakukanlah!
3.      Demikian itu Ya Allah. Maka semoga engkau mengabulkannya.
4.      Jangan kecewakan kami ya Allah!
5.      Amin adalah salah satu nama Alah swt.
Jika pengertian Amin di kaitkan dengan surah ini kiranya allah memperkenankan dan tidak mengecewakan pemohon. Jika kita membacanya maka kita bermaksud “perkenankanlah semua itu ya Allah, jangan kecewakan kami.”

Demikianlah tafsiran ringkas surah Alfatihah ini, itulah agama yang benar dan itu pulalah seharusnya kenyataan hidup kita, jalan yang di harapkan itu telah mengantar puluhan ribu manusia, para nabi, shiddiqin, syuhada dan orang-orang yang saleh ketujuan yang mereka harapkan. Dan semoga kita tergolong salah satu yang berhasil.


Sumber : Shihab, M. Quraish, Tafsir Al Mishbah, I . I, Jakarta: Lentera hati, 2006.
Read More

Minggu, 12 Juni 2016

Sindrom pahala menyebar di Bulan Ramadhan ? hati-hati ki'.


Ketika masuk bulan suci Ramadhan, pada hari pertama di saat tenggelamnya matahari, umat islam berbondong-bondong ke masjid untuk melaksankan Sholat Tarawih, tiba-tiba saja masjid menjadi ramai, memang sudah bisa di tebak, kata tarawih itu di maknai sebagi sholat yang lebih menggoda dari pada sholat Isya sebelumnya. Bagaimana jadinya jika tidak ada sholat tarawih apakah masjid tetap seramai itu?.



Mungkin saja, iming-iming pahala yang berlipat ganda menjadi alasan utama yang mendorong para jama’ah untuk melaksanakan setiap ibadah di bulan Ramadhan, dan syindrom angka dan jumlah, tiba –tiba saja menyerang umat. Setiap ibadah di lipat gandakan, dan itu dijumlahkan secara tekstual, hingga ibadah yang bisa di jumlahkan itulah yang paling menggoda dan yang paling sering di laksanakan.

 Seperti misalnya sholat, kita bermain jumlah, sholat sunnah bisa berlipatganda bahkan menyamai pahala sholat wajib, dan sholat wajib pahalanya bisa berlipat-lipat ganda dari sholat jama’ah di luar bulan Ramadhan.

Membaca ayat suci Al-Qur’an, juga menjadi primadona untuk di kerjakan, karena satu huruf saja bisa terhitung 10 pahala, jadi bila sudah membaca Alif,Lam,Mim, maka pahalanya sudah menjadi 30. Bagaimana jika sudah satu surah sepanjang surah Al-Baqarah, apalagi jika satu jus sampai 30 jus. Dan khatam lalu di ulang lagi dari awal hingga khatam berkali-kali.  Maka kita pun membaca AlQur’an dengan sangat rajin di Bulan Ramadhan, mungkin saja sebagai bentuk menabung pahala, karena sudah mengkhatamkan alQur’an di bulan Ramadhan pahala akan sangat banyak. Begitulah bahasa marketingnya yang menggoda umat untuk rajin membaca Al-Qur’an dan melupakan arti, tafsir serta maknanya yang bisa sangat membantu untuk bisa berjalan di jalan yang lurus pada kehidupan yang selalu menawarkan jalan yang bengkok.

Begitu juga dengan sedekah dan ibadah-ibadah lainnya. bulan Ramadhan malah berubah menjadi bulan utilitarianisme. Kita menjalankan ibadah puasa karena sangat berguna untuk memasukkan kita kedalam surga dan menghindarkan kita dari neraka. Kita sholat karena pahalanya berlipat ganda. Dan pahala itu bisa menjadi semacam syarat untuk mendapatkan tiket dan menikmati wahana permainan di Surga. Juga membaca Al-Qur’an dengan hitungan satu huruf itu 10 pahala tanpa mengetahui arti dan memahami tafsirannya demi mendapatkan tambahan tiket, sehingga makin banyak wahana yang dapat di mainkan di dalam Surga.

Apakah Surga hanya sebatas itu. Apakah penjaga Surga itu atau mungkin salah satu malaikat ada yang di sebut sebagai malaikat kalkulator untuk menghitung pahala-pahala manusia serta dosa-dosa yang dapat mengurangi pahala manusia. bagaimana jika ternyata begitu terjadi penjumlahan, pahala kita lebih banyak  selisih satu angka dengan dosa kita, surga apakah yang akan kita dapatkan. Mungkinkah surga yang yang letaknya berbatasan langsung dengan neraka. Sehingga kita bisa melihat secara langsung wahana permainan yang lebih ekstrim di Neraka. Bahkan  bisa ikut merasakan panasnya wahana itu.

Saya pikir khayalan tentang Surga dan neraka dan perhitungan pahala itu adalah khayalan yang begitu nakal dan ngelantur. Tetapi jika kita masih berpikir bahwa kita bisa bernegosiasi bersama Tuhan dengan bermodalkan pahala. Maka kita seperti bermain poker “semakin banyak yang kau pertaruhkan semakin banyak untung yang kau dapatkan” dari pada beribadah dalam arti yang sesungguhnya tanpa harus memikirkan sudah seberapa banyak sholat dan bacaan al-Qur’an yang saya baca.

Setidaknya Bulan Ramadhan bisa menjadi bulan yang memberi kita kesempatan untuk berkontemplasi. Banyak orang-orang suci yang mencapai pencerahan dengan menempuh puasa yang begitu di siplin tanpa harus sibuk hitung menghitung. Berkontemplasi dapat mengembalikan diri kita yang mungkin pernah terculik oleh nasib. Sehingga kita kehilangan kendali. Kita melaksanakan setiap praktik kehidupan yang bernilai ibadah di bulan Ramdhan semata-mata untuk mengenal kembali diri kita sendiri.

Selain untuk mengenal Tuhan lewat mengenal diri sendiri kita juga dapat mengenal lingkungan sekitar kita. Kalau kita memegang keyakinan bahwa segala sesuatu yang ada di luar diri adalah pengaruh dari diri kita sendiri. Maka kita bisa bijaksana dengan segala kegiatan yang kita lakukan sehari-hari. Karena lingkungan yang baik akan ikut mempengaruhi diri yang beriman.

Permainan marketing pahala untuk orang awam memang lebih baik dari pada tidak sama sekali. tetapi jauh dari pada itu . berpikir harus menjadi dasar segalanya. Jika anda yang memiliki daya berpikir di atas orang awam dan masih terperangkap dengan marketing itu maka kita mungkin akan merugi.
Read More

Kamis, 09 Juni 2016

Hikmah Bulan Ramadhan untuk memperkuat tauhid dan mengEsakan kehidupan bermasyarakat.

Bulan puasa adalah bulan yang penuh berkah, sebuah ibadah yang di wajibkan menahan lapar dan dahaga secara fisik, dan segala nafsu secara batin dari terbitnya matahari hingga tenggelamnya matahari. Sebagaimana Tuhan berfirman dalam QS AlBaqarah 2:183.

“Hai orang-orang yang beriman, di wajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.(yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu.”


Begitu banyak hikmah dan berkah yang di kandung oleh bulan Ramadhan. Salah satu berkah bulan Ramadhan adalah mensiumankan atau kembali memulihkan keTauhidan yang mungkin telah rapuh bahkan hancur.

Tujuan dari Tauhid secara garis besarnya adalah mengEsakan Tuhan. Ajaran tentang Tauhid dalam agama Islam menjadi titik sentral bagi kehidupan beragama baik secara hablumminallah (hubungan dengan Tuhan) dan habluminannas (hubungan dengan manusia). Tauhid juga menjadi Tugas utama dari kenabian para penyampai wahyu yang di sebut sebagai”Nabi dan Rasul”. Dalam Islam sendiri Tauhid adalah hal yang pertama kali harus di yakini untuk seorang manusia yang meyakini Islam sebagai agamanya. “ Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan kecuali Allah. Dan Muhammad adalah utusanNya”.

Dalam hubungannya dengan Tuhan (Habluminallah), mengEsakan Tuhan berarti membuang segala kepercayaan yang menduakan Tuhan. Dan menggugurkan kepercayaan Bahwa Tuhan itu adalah banyak (politheisme). Konsekuensi dari mengesakan Tuhan adalah (Ihdinassiratal mustaqim ) jalan yang lurus dapat di mengerti baik secara perasaan dan akal. Serta memudahkan manusia untuk memikirkan atau bahkan bersatu(tajalli) dengan Tuhan yang Esa sebagai kebenaran tertinggi lewat jalan yang lurus, tanpa harus repot-repot menyebut nama tuhan atau dewa-dewa. Mengesakan Tuhan berarti memposisikan Tuhan yang satu sebagai pusat dari segala realitas yang banyak. Kita dapat mengerti yang banyak karena ada satu yang menjadi pusat. Iman kita menjadi kuat karena kita meyakini Tuhan yang satu dan tidak membingungkan atau sesuai dengan akal.

Jika ketauhidan terhadap Tuhan telah kuat dan terpahamkan, maka Tauhid dalam hubunganya dengan manusia akan menjadi satu pula dalam artian menghargai perbedaan sebagai wujud mengEsakan Tuhan. Tauhid bukan hanya berarti tentang mengEsakan Tuhan, tetapi juga mengEsakan perbuatan, mengEsakan ucapan, mengEsakan penglihatan, serta mengEsakan komunita masyarakat. mengEsakan bukan berarti memaksa manusia untuk mengucapkan kalimat Syahadat, karena “memaksa” berlawanan dengan mengEsakan dalam artian satu dan persatuan.

Bulan Ramadhan adalah kesempatan kita untuk memperkuat tauhid kita. Bulan Ramadhan juga menjadi waktu untuk mempersatukan umat. Di mulai dari tradisi siarah kubur sebelum memasuki bulan Ramdhan, yang bukan hanya berusaha untuk membersihkan kuburan, mendoakan orang yang mati, serta mengingat kematian. Tetapi siarah kubur juga menjadi ajang untuk bertemu dan berkumpul dengan tetangga sekampung, atau bertemu keluarga jauh yang mungkin sudah lama tak berjumpa. Dan kerja bakti bersama-sama untuk membersihkan kuburan. Disertai dengan obrolan dan saling sapa menyapa yang diwarnai dengan senyuman. Yang tentu saja begitu berharga untuk mempersatukan tali persaudaraan sekampung.

Lalu salat Tarawih setiap malam bulan ramadhan, juga kesempatan kita untuk memperkuat Tauhid kita terhadap Tuhan dan sesama manusia. masjid penuh dengan para jama’ah dari segala umur. Anak laki-laki asyik dengan petasannya dan menganggu anak perempuan serta orang yang lebih tua di dalam mesjid jika petasan itu meletus di samping masjid. Orang tua menegur anak-anak itu dan anak-anak itu diam dan berusaha menyalahkan kawannya. Tetapi setelah teguran itu selesai petasan tetap berbunyi dari arah yang lain. Hubungan verbal antara anak-anak dengan orang tua semacam itu dapat memperkuat Tauhid. Bahwa tema Petasan bisa menjadi tema perbincangan antara orang tua setelah shalat Tarawih, yang mungkin perbincangan itu jarang di lakukan di luar bulan Ramadhan.

Buka puasa bersama, juga punya manfaat yang sama. Buka puasa dirumah, dapat mengEsakan keluarga, yang mungkin di luar bulan Ramdhan sulit untuk sama-sama duduk di meja yang sama dan pada waktu yang sama. Buka puasa di masjid juga mengEsakan Masyarakat kampung atau kompleks, para jama’ah berbuka puasa dengan hidangan yang di siapkan oleh keluarga yang mendapat giliran buka puasa. Sebuah hubungan timbal balik yang begitu harmonis.

Begitu pula dengan sahur yang dilanjutkan dengan sholat shubuh, kita kembali bersuka ria untuk bertauhid. Dan setelah sholat shubuh ada moment untuk jalan-jalan shubuh, yang sebenarnya ideal di lakukan di luar bulan ramadhan. Tetapi godaan untuk jalan beramai-ramai sambil menonton balapan liar serta melihat petasan meletus ditengah kegelapan itu semua untuk mempersatukan (mengEsakan) masyarakat. Meskipun balapan liar itu menyalahi aturan tetapi balapan liar itu juga menjadi objek tempat berkumpulnya anak muda untuk bercengkrama dengan kawan-kawannya yang mungkin diluar bulan ramadhan pernah konflik atau bermusuhan.

Ada pula moment menjalani ibadah puasa, yang menurut hemat saya tidak setuju dengan orang-orang yang menyendiri di rumah sibuk membaca Al-Qur’an yang sebenarnya lebih baik dilakukan secara bersama-sama.atau mungkin berdiskusi tentang apa pentingnya menjalani ibadah puasa. Atau melakukan apapun yang dapat mengEsakan perbuatan.

Inilah hikmah berpuasa di bulan Ramadhan. Kita berpuasa bukan hanya semata-mata menahan lapar dan dahaga serta nafsu hewaniyah. Tetapi kita berpuasa untuk bertauhid terhadap Tuhan yang tercermin lewat mengEsakan perbuatan dan mengEsakan masyrakat.


Read More

Rabu, 08 Juni 2016

Peranan dan tantangan Agama dalam Sains dan Teknologi.

 Latar belakang.

Sebelum menguraikan tema hangat mengenai peranan dan tantangan Agama dalam Sains dan Teknologi. Perlu kiranya pemakalah memilih untuk mendekskripsikan sebuah historis singkat mengenai sebuah perang dingin antara Agama dan Sains yang telah menjadi pembentuk kebundalan Dunia sebagai latar belakang makalah ini.
Ada sebuah kurun Waktu yang panjang di mana berlangsung sebuah anggapan bahwa Newton dan Galileo memperbaharui ilmu pengatahuannya tanpa dukungan dan pengaruh dari faktor-faktor lainnya.[1]
Sehingga terbentuklah sebuah persepsi kemandirian Sains, bahwa para ilmuwan mengandalkan kemandiriannya tanpa pengaruh dari faktor-faktor dari sisi terdalam dirinya. Namun pertanyaan yang muncul kemudian adalah benarkah mereka sesempurna itu tanpa melakukan kesalahan. Sehingga setiap penemuan Sains selalu terjadi independensi kontras dengan Agama.
Dalam kisahnya Galileo yang mengemukakan teori tentang Heliosentris yang terinspirasi dari copernicus secara aktualnya benar-benar Kontras dengan teori Geosentris Ptolomeus yang di dukung oleh teks Kitab Bible. Dan faktanya ilmu pengetahuan menang, namun otoritas Geraja berusaha untuk memonopoli kebenaran itu dengan kekerasan secara Verbal maupun fisik. Sehingga independensi kontras antara Agama dan Sains menimbulkan konflik. Agama lalu kehilangan kewibawaanya lewat hasil eksperimental observatif sains.
Memang telah menjadi cerita lama jika Agama dan Sains selalu sombong dengan kubuhnya masing-masing. Pada perputaran Dunia Yunani Kuno. Agama dan Sains sudah memulai peperangannya. Dan dizaman Renaiance. Agama benar-benar teradili dengan Sekularisme “ God is dead”.
Di mulai dari Heraklitus dan Leukippus. Materialisme memenuhi dunia pada diri Aristoteles dan memuncak lewat ilmuwan-ilmuwan yang mengemukakan teorinya dengan pembuktian logis dan eksperimental sebagai sebuah Ideologi Induk. Lewat falsifikasi yang terus menerus. Sains kemudian terbukti kuat adanya. Namun jika Agama yang berusaha untuk di falsifikasi dengan pertanyaan apakah Tuhan itu Ada. lewat pembuktian negatif bahwa Tuhan itu tidak ada. namun alat bukti bahwa Tuhan itu Tidak ada juga amat sulit untuk di buktikan. Maka kesimpulannya Agama dengan teksnya tidak memiliki keabsahan, hanya sekedar spekulatif belaka.
 Iman menjadi yang tertuduh menghalang halangi perkembangan Ilmiah dan membuat orang beriman bersikap curiga terhadap sains dan penerapan-penerapan teknologi dan kadang kadang penemuan-penemuan ilmiah di pergunakan untuk membantah iman.[2]
Namun di sinilah awal kejatuhan manusia dari makhluk spritual menjadi makhluk material, lewat corong Renaisans dan “suara keras Cartesian” muncul humanisme yang mempromosikan potensi manusia melebihi batas-batas fitrahnya. Humanisme menfigurkan manusia sebagai titik sentral alam yang bergerak ke arah pengukuhan manusia sebagai superman.[3]
Lalu timbullah kemudian pertanyaan. Apakah Agama telah kehilangan kewibawaanya sebagai sandaran manusia. apakah benar jika Agama dalam dunia Modern ini menjadi tertradisionalkan dan manusia mengalami pemisahan antara manusia agama dan manusia sains. Apakah benar Agama tidak memiliki peranan dalam penemuan-penemuan Sains. Bahwa Galileo misalnya menarik kesimpulan ilmiahnya tidak berdasarkan Agama dan keimanan padahal dalam faktanya yang menarik. Galileo melakukan ekperimen-eksperimennya itu di maksudkan untuk mendukung kesimpulan yang telah di buatnya terlebih dahulu secara Apriori yang menjadi cara yang sama yang di gunakan dalam Agama.
Rumusan Masalah.
-          Bagaimankah perjumpaan Agama , Sains dan Teknologi?
-          Bagaimanakah krisis yang di timbulkan Sains dan Teknologi terhadap perkembangan dunia modern.?

 Jawaban.
Jawaban pertama .
Sains dalam kehidupan Agama.

Tidak mudah merumuskan agama di tengah-tengah kemajuan modernitas sains dan teknologi. Dan juga tidak mudah merumuskan sains di tengah-tengah kampanye nilai-nilai spritual keagamaan.
Dalam pandagan Prof. Dr Louis Leahy, Secara umum sains bisa di dekskripsikan sesuai dengan dogma rasionalis, yang memandang intelegensi manusia sebagai ukuran seluruh inteligibitas, sains membatasi rasionalisme tersebut dalam batas-batas ilmu pengetahuan saja. hanya ilmu positiflah (kimia, fisika, astronomi, dll) yang mampu memecahkan segala masalah dan memberikan jawaban yang memuaskan kepada segala  tuntutan manusia akan inteligibitas. Itulah suatu pendapat yang menyamakan seluruh realitas dengan hal yang dapat di mengerti secara ilmiah[4]. Lewat inilah kemudian segala metafisika menghadapi pengingkaran pada disiplin obyektivisme sintetis aposteriori sains.
Dinegara-negara marxis, sains rupanya secara sistematis di pergunakan untuk membuktikan kebenaran rezim dan sekaligus kehampaan iman. Sebelum Darwin menulis Origin of the Species, Francisco Redi dan Louis Pasteur telah membuktikan kemustahilan maklhluk hidup berasal dari zat mati. Prinsip ini disebut sebagai biogenesis, setiap jenis kehidupan harus dari sel yang telah ada. [5] tidak ada penyebutan Tuhan dalam penemuan asal makhluk hidup.
Misalnya Evolusi Janin dalam kandungan Ibu, yang seabad yang lalu masih menjadi sebuah misteri sekarang terkuak. Telur dan jenis hewan di olah, kromosom-kromosom yang merupakan pendukung sifat-sifat keturunan , di olah untuk mengubah spesies-spesies biologis atau menampakkan pelbagai anomali. Sarjana Italia Petruci pernah melakukan suatu percobaan yang berani. Di dalam laboratorium dia telah berhasil menyuburkan sebuah sel telur dengan dengan sebuah spermatozoid dan mempertahankan perkembangan janin manusia selama dua puluh sembilan hari. [6]
Sains maju dari penemuan ke penemuan baru. Walaupun para ilmuwan besar melihat bahwa bidang yang di kenal itu semakin bertambah besar, namun para penyusun karangan sains populer tidak serendah hati itu dan orang awam mudah sekali percaya bahwa sains terus-menerus menyingkirkan iman dengan mengungkapkan dasar manusiawi dan alami.
Ketika terlihat pemandangan pelangi di langit. Manusia awam dahulu menganggap bahwa bidadari Tuhan sedang turun mandi di sungai. Namun lewat pengetahuan ilmiah. Teori tentang pembiasan cahaya dan air hujan sehingga membentuk warna-warna pelangi lebih di terima oleh akal budi.
Dari sinilah pengaruh kemajuan sains telah mengurangi peran Tuhan dalam kehidupan aktual manusia. kita akan setuju jika bukan karena Doa lah yang berseru-seru yang akan menyelamatkan kita dari kelaparan dan penyakit melainkan alat-alat kedokteran dan teknologi panganlah yang membebaskan manusia dari masalah hidupnya. Sehingga timbullah sebuah keyakinan empiris bahwa manusia adalah penguasa bagi keselamatannya sendiri.
Para ilmuwan teknologi kini bisa menjadi penentu kehidupan. Dan pergerakan bumi. Bahkan lewat merekalah. Dunia ini bisa kiamat kapan saja tanpa membutuhkan Malaikat untuk meniupkan sangkakalanya.
Nasib pendefenisian Agama di tengah arus penguasaan manusia tekno mengalami kesialan besar. Yang paling populer adalah pembatalan teori geosentris Ptolomeus yang menjadi keabsahan pengetahuan pada Abad 16. Yang lalu kemudian dalam peneropongan yang di lakukan Galileo-Galilei menimbulkan pertentangan antara Sains dan Agama.[7] Kristus dengan menjelmakan diri pada bumi ini, dengan mati dan bangkit kembali di planet kita ini, telah menembus segenap alam semesta , sebab bumi ini di angap pusat tetap alam semsta itu. Tapi tiba-tiba saja Galileo menghapuskan “kepastian” yang begitu terang dan sempurna itu. Bisa di mengerti kegelisahan yang dialami oleh para ahli agama yang melihat suatu aspek penyelamatan telah di pertanyakan.[8]
Sekarang haruslah di akui bahwa ketika Agama menawarkan diri menghadapi sains , iman yang samar-samar bisa bersikap curiga. Seperti halnya ketika manusia agamais modern yang terlalu fundamental masih menganggap bahwa. “jika kamu mengakui teori Evolusi Darwin maka kamu adalah orang-orang yang termasuk kafir.”

Teknologi dan kehidupan Agama.

Teknologi menurut Takdir Alisjahbana adalah kecakapan manusia melipat gandakan tenaga dan kemungkinannya dengan memakai tenaga-tenaga dan kemungkinan-kemungkinan alam yang tiada berhingga besarnya. [9]
Roda adalah penemuan manusia yang pertama untuk menghentikannya menempuh perjalanan dengan kakinya. lewat kemajuan Teknologi Roda kemudian dapat di gerakkan oleh mesin uap, yang semakin mempercepat daya tempuh. Bahkan dengan pesawat, jarak yang dulunya mustahil untuk di tempuh dalam beberapa jam saja kini sudah tidak mustahil lagi.
Seiring dengan kemajuan sains dan teknologi di barat nilai-nilai agama secara berangsur-angsur juga bergeser bahkan bersebrangan dengan ilmu. Manusia modern sudah beranggapan bahwa jika ingin maju , agama tidak boleh lagi mengurusi masalah-masalah yang berkaitan dengan dunia, seperti politik dan sains. Seperti yang di kemukakan oleh Hendrik Kamer bahwa semua agama di zaman modern sedang mengalami suatu krisis yang amat mendalam. Setiap orang di zaman kita yang melihat dan mengamati kehidupan serta perkembangan agama dengan bermaca-macam alirannya, kesangsiannya dan pertentangan di antara pengikut-pengikutnya, tak dapat dengan jujur berkata lain dari pada itu.

Persoalan kedua
Bagaimanakah krisis yang di timbulkan .....
Ketika pertanyaan “Gnouti seauto” bergema di seantero atmosfir bumi yang mengakibatkan gaya gravitasi logis yang kuat dalam akal budi manusia. tercatat setelah di mualainya eksistensi manusia pertanyaan “kenalilah dirimu” menjadi pertanyaan yang mengakibatkan kemajuan dalam perkembangan zaman di dunia.
Namun dalam pengeluaran Argumentasi manusia ketika menjawab pertanyaan ini malah semakin menjauhkan manusia dari pengenalan dirinya sehingga menimbulkan krisis diri. manusia yang merasa unggul dengan penemuan sains dan teknologi lewat otaknya yang brilian. Misalnya ketika Descartes menjawab “Gnouti Seauoto” terjadi perpisahan antara tubuh dan ruh (spirit) yang kini di kenal dengan istilah Cartesian Dualism bahwa antara ruh dan dan jasad memiliki sifat-sifat yang saling bertentangan secara mendalam. Dan barat memilih jasad sebagai defenisi manusia.
Sebagai konsekuensi logis kekeliruan paradigma pemikiran barat modern diatas, berbagai permasalahan kemanusiaan universal yang muncul dewasa ini , di antaranya krisis spiritual, krisis moral dan krisis lingkungan.

a.      Krisis Spritual.

Ketika Descartes mengemukakan Dualismenya pada permukaan dunia barat yang mereduksi tubuh manusia menjadi roh ataupun roh menjadi tubuh. Namun karena peradaban barat itu lebih cenderung kepada saintisisme dan mekanisasi, maka pada akhirnya yang di singkirkan adalah roh. Hasilnya adalah makhluk manusia menjadi robot yaitu mesin yang harus terus di awasi dan di manipulasi seperti mesin lainnya dengan menggunakan kekuatan fisik kimiawi dan alat-alat teknologis. Yang menjunjung tinggi nilai-nilai material dan menyingkirkan nilai-nilai Spritual.[10]
Dalam prosesenya ketika manusia modern melihat dunia dengan kaca mata materialism maka akan terjadi keterasingan diri spirit yang kemudian menyebabkan tubuh profan mengungguli tubuh sacral. C.A. Qadir misalnya menyebutkan bahwa wawasan tentang yang kudus telah hilang dari konsep barat tentang pengetahuan, yang dulu menjadi titik sentral pengetahuan dalam Islam. Keterhilangan diri spirit ini menyebabkan manusia teralienasi yang menyebabakan kekacauan dan ketidak seimbangan pada kehidupan actual manusia. Sebagaimana Seyyed Hossein Nasr yang menyatakan bahwa realitas pengetahuan hampir seluruhnya  mengalami eksternalisasi dan desakralisasi, terutama di kalangan sebagian umat manusia yang sudah mengalami perubahan karena proses modernisasi.[11]
Maka saat diri manusia di bungkus oleh titik hitam materialism kapitalisme yang mengembangkan teknologi dengan mengedepankan penglupaan terhadap spiritual akan menggiring manusia kepada krisis yang makin dalam. Ketika manusia mengalami krisis dalam dirinya maka akan terjadi ketidak seimbangan dan penghancuran secara tidak sadar terhadap luar dirinya. Persaingan yang tidak sehat akan terjadi karena manusia telah kehilangan tujuan kebenaran yang sebenarnya. Maka berubahlah manusia menjadi Robot penghancur yang menghancurkan dirinya, orang lain, alam dan Tuhan.

Krisis Moral

Saat manusia telah mengalami krisis Spritual maka seperti wabah demam berdarah. Krisis itu kemudian menyebar keberbagai Aspek pada diri manusia. Termasuk dalam krisis Moral. Moral merupakan Identitas atau jati diri seseorang yang dapat menentukan dan menempatkan pada level mana dia berada. Tinggi rendahnya moral seseorang dapat di ukur dari bagaimana dia berbuat dan bertingkah laku di masyarakat. Zakiah Drajat mengartikan moral itu sebagai kelakuan yang sesuai dengan ukuran-ukuran (nilai-nilai) masyarakat , yang timbul dari hati dan bukan paksaan dari luar, yang di sertai pula oleh rasa tanggung jawab atas kelakuan (tindakan) tersebut. Dan dalam ajaran Agama maka moral adalah suatu hal yang penting bahkan terpenting, di dalamnya terkandung kejujuran kebenaran, keadilan dan pengabdian.
Ketika manusia menjadi manusia informasi yang oleh para ahli Futurolog sebagai Era informasi dan Globalisasi. Sehingga pada zaman ini pepatah hukum rimba berubah menjadi Hukum Informasi, bahwa bukanlagi siapa yang kuat dialah yang akan menang tetapi siapalah yang dapat menguasai informasi maka dialah yang akan menang. Kekuatan manusia pada zaman ini telah di artikan sebagai kecerdasan informasi.
Namun dari konsekuensi kekeliruan  logis  dari cara pandang ilmuwan barat di abad modern yang menganggap manusia sebagai pusat segala-galanya hingga mengabaikan nilai-nilai spritualitas yang juga berdampak pada nilai moral manusia. Penguasaan teknologi Informasi yang berpusat di Amerika dengan pola pikir sekularisme tadi berdampak negative pada pendidikan, politik, ekonomi dan sebagainya.
Dalam dunia perpolitikan Indonesia misalnya. Tempat duduk DPR sebenarnya di duduki oleh manusia –manusia yang pintar secara akademik. Namun Indonesia belum beranjak dari tingkat paling teratas terjadinya kesialan penyakit korupsi. Yang kebanyakan di lakukan oleh pejabat Negara. Ini bukan karena mereka tidak ahli dalam menjalankan tugasnya namun mereka tidak memliki nilai moral untuk menahan godaan untuk memainkan uang yang di kelola untuk kepentingan pribadi dan memisahkan uang untuk Rakyat.
Sekali lagi ini diakibatkan oleh cara pandang etika dan epistimologi yang keliru.

Krisis Lingkungan.

Menurut H Hikmat Trimendi, krisis lingkungan yang terjadi saat ini sebenarnya bersumber pada kesalahan fundamentalis filosofis dalam pemahaman atau cara pandang manusia terhadap dirinya , alam dan tempat manusia dalam keseluruhan ekosistem. Kesalahan itu menyebabkan kesalahan pola prilaku manusia, terutama dalam berhubungan dengan alam. Aktivitas produksi dan perilaku konsumtif gila-gilaan melahirkan sikap dan pola prilaku ekploitatif.[12] Sehingga dari kesalahan kekeliruan yang amat tragis itu menyebabkan kerusakan lingkungan yang parah.
Ketika manusia berpikir seperti cara berpikir Newton yang percaya setelah alam tercipta, alam semesta bergerak  seperti sebuah mesin dan di atur oleh hukum-hukum deterministic, dan Tuhan tidak diperlukan lagi kehadiranNya dalam kosmos ini. Maka akan terjadi ekploitasi alam dan hasrat manusia untuk kepentingan ekonomi menjadi tak terbatas. Pohon-pohon menjadi aspal dan bangunan permanent yang sangat membahayakan manusia itu sendiri.
Bencana Lapindo Brantas di Jawa Timur menjadi contoh terkuaknya keterhilangan manusia dari dirinya yang sebenarnya. Manusia yang serakah lewat misi materialismenya akan merugikan orang lain lalu memakan korban. Ketika manusia terus mengalami keterculikan diri maka manusia akan berubah menjadi monster pemakan jiwa. Entah melahap jiwa manusia, alam sendiri hingga jiwa dirinya sendiri.
Namun melihat lingkungan sekitar yang semakin lama semakin kehilangan  eloknya dalam artian hancur-sehancurnya. Dapat kembali membangunkan manusia dari tidur amnesia dirinya. Nasr mengatakan “bahwa dia baru menyadari krisis spiritual yang mengancam batinnya melalui krisis lingkungan alam di sekeliling dirinya”[13] lebih lanjut lagi Nasr  mengatakan bahwa upaya – upaya untuk menjaga kelestarian lingkungan alam makin sering di lakukan tiga dekade yang lalu tampaknya belum menyentuh inti persoalan. Itulah sebabnya krisis ekologis yang akut dan bahaya dapat mengancam masa depan kehidupan manusia tetap tidak teratasi. Karena usaha manusia untuk “hidup dengan roti semata-mata” atau untuk “membunuh Semua Tuhan” dan untuk menyatakan kemerdekaanya dari kekuatan Surgawi.[14]






[1] Greg Soetomo, Sains dan Problem Ketuhanan, ( Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 1995), h. 19.
[2] Louis Leahy, Manusia di hadapan Allah, masalah Ketuhanan Dewasa Ini, ( Yogyakarta : Penerbit Kanisius, 1982), h. 115.
[3] Harun Hadiwijono, Sari Sejarah Filsafat Barat 2, (Yogyakarta: Kanisius,1998) h.12.
[4] Louis Leahy, Manusia di hadapan Allah, masalah Ketuhanan Dewasa Ini, ( Yogyakarta : Penerbit Kanisius, 1982), h. 114.
[5] W Steanley Heath, Sains ,Iman dan Teknologi ,manakah yang benar Firman Allah ataukah Sains Modern, ( Yogyakarta: Yayasan Andi, 1997). h. 93.
[6] Louis Leahy, Manusia di hadapan Allah, masalah Ketuhanan Dewasa Ini, ( Yogyakarta : Penerbit Kanisius, 1982), h. 120.
[7] W Steanley Heath, Sains ,Iman dan Teknologi ,manakah yang benar Firman Allah ataukah Sains Modern, ( Yogyakarta: Yayasan Andi, 1997). h. 89.
[8] Louis Leahy, Manusia di hadapan Allah, masalah Ketuhanan Dewasa Ini, ( Yogyakarta : Penerbit Kanisius, 1982), h.
[9] Alisjahbana, pemikiran Islam dalam menghadapi Globalisasi dan Masa Depan Umat Manusia, ( Jakarta : Dian Rakyat,1992), h. 10.
[10] Muhammad Sabri, Muhammad Saleh Tadjuddin, Wahyudin Halim, Buku Daras Filsafat Ilmu,( Makassar: Alauddin pers, 2009). h.70
[11] Seyyed Hoessin Nasr, “Tentang Tradisi” dalam perennialisme: melacak jejak filsafat Abadi ( ed. Ahmad Norma Pratama), (Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya,1996) h. 143.
[12] H. Hikmat Trimendi, Islam dan Penyelamatan Lingkungan,(Bandung: Q Tab,2007), h.1.
[13] Seyyed Hossein Nasr, Islam and The Flight of Modern Man (Islam dan Nestapa Manusia Modern), terj. Anas Mahyuddin (Bandung:Pustaka, 1983), h. 86.
[14] Seyyed Hossein Nasr, Man and nature the Spritual Crisis of Modern Man (London: Unwin Paperback,1976), h.8-9 dikutip dari Wahyudin Halim, Sufisme dan Krisis Spritual Manusia Modern, studi atas pemikiran metafisika sufistik Seyyed Hossein Nasr, ( Makassar: Alauddin University pers, 2011) h. 156.
Read More