Bulan puasa adalah bulan yang penuh berkah, sebuah ibadah
yang di wajibkan menahan lapar dan dahaga secara fisik, dan segala nafsu secara
batin dari terbitnya matahari hingga tenggelamnya matahari. Sebagaimana Tuhan
berfirman dalam QS AlBaqarah 2:183.
“Hai orang-orang yang beriman, di wajibkan atas kamu berpuasa
sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.(yaitu)
dalam beberapa hari yang tertentu.”
Begitu banyak hikmah dan berkah yang di kandung oleh bulan
Ramadhan. Salah satu berkah bulan Ramadhan adalah mensiumankan atau kembali
memulihkan keTauhidan yang mungkin telah rapuh bahkan hancur.
Tujuan dari Tauhid secara garis besarnya adalah mengEsakan
Tuhan. Ajaran tentang Tauhid dalam agama Islam menjadi titik sentral bagi
kehidupan beragama baik secara hablumminallah (hubungan dengan Tuhan) dan
habluminannas (hubungan dengan
manusia). Tauhid juga menjadi Tugas utama dari kenabian para penyampai wahyu
yang di sebut sebagai”Nabi
dan Rasul”. Dalam Islam sendiri Tauhid adalah hal yang pertama kali harus di yakini untuk seorang manusia
yang meyakini Islam sebagai agamanya. “ Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan kecuali
Allah. Dan Muhammad adalah utusanNya”.
Dalam hubungannya dengan Tuhan (Habluminallah), mengEsakan
Tuhan berarti membuang segala kepercayaan yang menduakan Tuhan. Dan menggugurkan
kepercayaan Bahwa Tuhan itu adalah banyak (politheisme). Konsekuensi dari
mengesakan Tuhan adalah (Ihdinassiratal mustaqim ) jalan yang lurus dapat di
mengerti baik secara perasaan dan akal. Serta memudahkan manusia untuk
memikirkan atau bahkan bersatu(tajalli) dengan Tuhan yang Esa sebagai kebenaran
tertinggi lewat jalan yang lurus, tanpa harus repot-repot menyebut nama tuhan
atau dewa-dewa. Mengesakan Tuhan berarti memposisikan Tuhan yang satu sebagai
pusat dari segala realitas yang banyak. Kita dapat mengerti yang banyak karena ada satu yang menjadi pusat. Iman
kita menjadi kuat karena kita meyakini Tuhan yang satu dan tidak membingungkan
atau sesuai dengan akal.
Jika ketauhidan terhadap Tuhan telah kuat dan terpahamkan,
maka Tauhid dalam hubunganya dengan manusia akan menjadi satu pula dalam artian
menghargai perbedaan sebagai wujud mengEsakan Tuhan. Tauhid bukan hanya berarti
tentang mengEsakan Tuhan, tetapi juga mengEsakan perbuatan, mengEsakan ucapan,
mengEsakan penglihatan, serta mengEsakan komunita masyarakat. mengEsakan bukan
berarti memaksa manusia untuk mengucapkan kalimat Syahadat, karena “memaksa”
berlawanan dengan mengEsakan dalam artian satu dan persatuan.
Bulan Ramadhan adalah kesempatan kita untuk memperkuat
tauhid kita. Bulan Ramadhan juga menjadi waktu untuk mempersatukan umat. Di mulai
dari tradisi siarah kubur sebelum memasuki bulan Ramdhan, yang bukan hanya
berusaha untuk membersihkan kuburan, mendoakan orang yang mati, serta mengingat
kematian. Tetapi siarah kubur juga menjadi ajang untuk bertemu dan berkumpul
dengan tetangga sekampung, atau bertemu keluarga jauh yang mungkin sudah lama
tak berjumpa. Dan kerja bakti bersama-sama untuk membersihkan kuburan. Disertai
dengan obrolan dan saling sapa menyapa yang diwarnai dengan senyuman. Yang tentu
saja begitu berharga untuk mempersatukan tali persaudaraan sekampung.
Lalu salat Tarawih setiap malam bulan ramadhan, juga
kesempatan kita untuk memperkuat Tauhid kita terhadap Tuhan dan sesama manusia. masjid penuh dengan para jama’ah dari
segala umur. Anak laki-laki asyik dengan petasannya dan menganggu anak
perempuan serta orang yang lebih tua di dalam mesjid jika petasan itu meletus
di samping masjid. Orang tua menegur anak-anak itu dan anak-anak itu diam dan
berusaha menyalahkan kawannya. Tetapi setelah teguran itu selesai petasan tetap
berbunyi dari arah yang lain. Hubungan verbal antara anak-anak dengan orang tua
semacam itu dapat memperkuat Tauhid. Bahwa tema Petasan bisa menjadi tema
perbincangan antara orang tua setelah shalat Tarawih, yang mungkin perbincangan
itu jarang di lakukan di luar bulan Ramadhan.
Buka puasa
bersama, juga punya manfaat yang sama. Buka puasa dirumah, dapat mengEsakan
keluarga, yang mungkin di luar bulan Ramdhan sulit untuk sama-sama duduk di
meja yang sama dan pada waktu yang sama. Buka puasa di masjid juga mengEsakan
Masyarakat kampung atau kompleks, para jama’ah berbuka puasa dengan hidangan
yang di siapkan oleh keluarga yang mendapat giliran buka puasa. Sebuah hubungan
timbal balik yang begitu harmonis.
Begitu pula
dengan sahur yang dilanjutkan dengan sholat shubuh, kita kembali bersuka ria
untuk bertauhid. Dan setelah sholat shubuh ada moment untuk jalan-jalan shubuh,
yang sebenarnya ideal di lakukan di luar bulan ramadhan. Tetapi godaan untuk
jalan beramai-ramai sambil menonton balapan liar serta melihat petasan meletus
ditengah kegelapan itu semua untuk mempersatukan (mengEsakan) masyarakat. Meskipun
balapan liar itu menyalahi aturan tetapi balapan liar itu juga menjadi objek
tempat berkumpulnya anak muda untuk bercengkrama dengan kawan-kawannya yang
mungkin diluar bulan ramadhan pernah konflik atau bermusuhan.
Ada pula moment
menjalani ibadah puasa, yang menurut hemat saya tidak setuju dengan orang-orang
yang menyendiri di rumah sibuk membaca Al-Qur’an yang sebenarnya lebih baik
dilakukan secara bersama-sama.atau mungkin berdiskusi tentang apa pentingnya
menjalani ibadah puasa. Atau melakukan apapun yang dapat mengEsakan perbuatan.
Inilah hikmah
berpuasa di bulan Ramadhan. Kita berpuasa bukan hanya semata-mata menahan lapar
dan dahaga serta nafsu hewaniyah. Tetapi kita berpuasa untuk bertauhid terhadap
Tuhan yang tercermin lewat mengEsakan perbuatan dan mengEsakan masyrakat.