Kamis, 09 Juni 2016

Hikmah Bulan Ramadhan untuk memperkuat tauhid dan mengEsakan kehidupan bermasyarakat.

Bulan puasa adalah bulan yang penuh berkah, sebuah ibadah yang di wajibkan menahan lapar dan dahaga secara fisik, dan segala nafsu secara batin dari terbitnya matahari hingga tenggelamnya matahari. Sebagaimana Tuhan berfirman dalam QS AlBaqarah 2:183.

“Hai orang-orang yang beriman, di wajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.(yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu.”


Begitu banyak hikmah dan berkah yang di kandung oleh bulan Ramadhan. Salah satu berkah bulan Ramadhan adalah mensiumankan atau kembali memulihkan keTauhidan yang mungkin telah rapuh bahkan hancur.

Tujuan dari Tauhid secara garis besarnya adalah mengEsakan Tuhan. Ajaran tentang Tauhid dalam agama Islam menjadi titik sentral bagi kehidupan beragama baik secara hablumminallah (hubungan dengan Tuhan) dan habluminannas (hubungan dengan manusia). Tauhid juga menjadi Tugas utama dari kenabian para penyampai wahyu yang di sebut sebagai”Nabi dan Rasul”. Dalam Islam sendiri Tauhid adalah hal yang pertama kali harus di yakini untuk seorang manusia yang meyakini Islam sebagai agamanya. “ Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan kecuali Allah. Dan Muhammad adalah utusanNya”.

Dalam hubungannya dengan Tuhan (Habluminallah), mengEsakan Tuhan berarti membuang segala kepercayaan yang menduakan Tuhan. Dan menggugurkan kepercayaan Bahwa Tuhan itu adalah banyak (politheisme). Konsekuensi dari mengesakan Tuhan adalah (Ihdinassiratal mustaqim ) jalan yang lurus dapat di mengerti baik secara perasaan dan akal. Serta memudahkan manusia untuk memikirkan atau bahkan bersatu(tajalli) dengan Tuhan yang Esa sebagai kebenaran tertinggi lewat jalan yang lurus, tanpa harus repot-repot menyebut nama tuhan atau dewa-dewa. Mengesakan Tuhan berarti memposisikan Tuhan yang satu sebagai pusat dari segala realitas yang banyak. Kita dapat mengerti yang banyak karena ada satu yang menjadi pusat. Iman kita menjadi kuat karena kita meyakini Tuhan yang satu dan tidak membingungkan atau sesuai dengan akal.

Jika ketauhidan terhadap Tuhan telah kuat dan terpahamkan, maka Tauhid dalam hubunganya dengan manusia akan menjadi satu pula dalam artian menghargai perbedaan sebagai wujud mengEsakan Tuhan. Tauhid bukan hanya berarti tentang mengEsakan Tuhan, tetapi juga mengEsakan perbuatan, mengEsakan ucapan, mengEsakan penglihatan, serta mengEsakan komunita masyarakat. mengEsakan bukan berarti memaksa manusia untuk mengucapkan kalimat Syahadat, karena “memaksa” berlawanan dengan mengEsakan dalam artian satu dan persatuan.

Bulan Ramadhan adalah kesempatan kita untuk memperkuat tauhid kita. Bulan Ramadhan juga menjadi waktu untuk mempersatukan umat. Di mulai dari tradisi siarah kubur sebelum memasuki bulan Ramdhan, yang bukan hanya berusaha untuk membersihkan kuburan, mendoakan orang yang mati, serta mengingat kematian. Tetapi siarah kubur juga menjadi ajang untuk bertemu dan berkumpul dengan tetangga sekampung, atau bertemu keluarga jauh yang mungkin sudah lama tak berjumpa. Dan kerja bakti bersama-sama untuk membersihkan kuburan. Disertai dengan obrolan dan saling sapa menyapa yang diwarnai dengan senyuman. Yang tentu saja begitu berharga untuk mempersatukan tali persaudaraan sekampung.

Lalu salat Tarawih setiap malam bulan ramadhan, juga kesempatan kita untuk memperkuat Tauhid kita terhadap Tuhan dan sesama manusia. masjid penuh dengan para jama’ah dari segala umur. Anak laki-laki asyik dengan petasannya dan menganggu anak perempuan serta orang yang lebih tua di dalam mesjid jika petasan itu meletus di samping masjid. Orang tua menegur anak-anak itu dan anak-anak itu diam dan berusaha menyalahkan kawannya. Tetapi setelah teguran itu selesai petasan tetap berbunyi dari arah yang lain. Hubungan verbal antara anak-anak dengan orang tua semacam itu dapat memperkuat Tauhid. Bahwa tema Petasan bisa menjadi tema perbincangan antara orang tua setelah shalat Tarawih, yang mungkin perbincangan itu jarang di lakukan di luar bulan Ramadhan.

Buka puasa bersama, juga punya manfaat yang sama. Buka puasa dirumah, dapat mengEsakan keluarga, yang mungkin di luar bulan Ramdhan sulit untuk sama-sama duduk di meja yang sama dan pada waktu yang sama. Buka puasa di masjid juga mengEsakan Masyarakat kampung atau kompleks, para jama’ah berbuka puasa dengan hidangan yang di siapkan oleh keluarga yang mendapat giliran buka puasa. Sebuah hubungan timbal balik yang begitu harmonis.

Begitu pula dengan sahur yang dilanjutkan dengan sholat shubuh, kita kembali bersuka ria untuk bertauhid. Dan setelah sholat shubuh ada moment untuk jalan-jalan shubuh, yang sebenarnya ideal di lakukan di luar bulan ramadhan. Tetapi godaan untuk jalan beramai-ramai sambil menonton balapan liar serta melihat petasan meletus ditengah kegelapan itu semua untuk mempersatukan (mengEsakan) masyarakat. Meskipun balapan liar itu menyalahi aturan tetapi balapan liar itu juga menjadi objek tempat berkumpulnya anak muda untuk bercengkrama dengan kawan-kawannya yang mungkin diluar bulan ramadhan pernah konflik atau bermusuhan.

Ada pula moment menjalani ibadah puasa, yang menurut hemat saya tidak setuju dengan orang-orang yang menyendiri di rumah sibuk membaca Al-Qur’an yang sebenarnya lebih baik dilakukan secara bersama-sama.atau mungkin berdiskusi tentang apa pentingnya menjalani ibadah puasa. Atau melakukan apapun yang dapat mengEsakan perbuatan.

Inilah hikmah berpuasa di bulan Ramadhan. Kita berpuasa bukan hanya semata-mata menahan lapar dan dahaga serta nafsu hewaniyah. Tetapi kita berpuasa untuk bertauhid terhadap Tuhan yang tercermin lewat mengEsakan perbuatan dan mengEsakan masyrakat.


Facebook Komentar
0 Blogger Komentar


EmoticonEmoticon