Minggu, 11 Juni 2017

Filsafat; Demokrasi dan Ubermansch


Sumber: static.comicvine.com

Kan Kugugat Demokrasi Demi Engkau Manusia Unggul
Nietzshe: “Kebijaksanaan adalah sebentuk kejahatan di atas dunia.”
Demokrasi adalah penyimpangan. Demokrasi adalah izin yang diberikan kepada setiap bagian dari organisme untuk melakukan apa saja yang disukainya. Demokrasi adalah pemujaan pada “orang kebanyakan” dan kebecinian kepada “Manusia Unggul”. Demorasi dengan demikian, berarti keridakmungkinan lahirnya Manusia Unggul dan bangsa-bangsa besar. “masyarakat demokratis adalah masyarakat tanpa karakter; yang menjadi figur dandan bukan model manusia superior, melainkan manusia mayoritas.

Feminisme adalah akibat langsung dari demokrasi. Emansipasi atau kesamaan hak antara laki-laki dan perempuan adalah tidak mungkin karena perang antara keduanya tidak akan pernah ada akhirnya. Bersama feminisme datanglah sosialisme dan anarkisme. Semua itu adalah sampah demorasi. Kalau kekuasan politik dikatakan adil, mengapa kekuasaan ekonomi berat sebelah dan timpang ? mengapa mesti ada banyak pemimpin dimana-mana ? “manusia adalah makhluk yang tidak sama. Kita tidak memiliki apapun yang bisa disebut sama.” Alam benci kepada kesamaan. Alam menyukai perbedaan-perbedaan, kelas-kelas, dan spesies-spesies.

Sosialisme adalah antibiologis: proses evolusi melibatkan penggunaan spesies-spesies, kelas-kelas, dan individu-individu yang imperior oleh yang superior; dan semua kehidupan pada dasarnya tergantung pada kehidupan yang lain; ikan besar akan memakan ikan keil, tetapi begitulah kehidupan. Sosialime bohong dan iri hati: “mereka menginginkan sesuatu yang kita miliki. “mereka mengatur dan mengontrol kita, lalu apa yang kita miliki dirampas dan dianggap “milik bersama.”

Dalam banyak kasus, budak bisa lebih agung dari pada tuannya , yakni para borjuis. Adalah tanda dari inferioritas kebudayaan abad kesembilan belas bahwa manusia-uang (pengusaha) menjadi sasaran pemujaan dan kecemburuan. Akan tetapi para pengusaha tersebut tidak lain adalah budak juga, boneka yang bekerja seara rutin, korban kesibukan; mereka tidak punya gagasan baru, berpikir adalah sesuatu yang tabu bagi mereka. itulah sebabnya, mengapa pencarian mereka terus-meneruh kepada “kebahagian,” untuk rumah-rumah besar yang tidak pernah menjadi “tempat tinggal” mereka, untuk kemewahan mereka yang kasar tanpa cita rasa, untuk galeri-galeri lukisan mereka “yang orisinal,” untuk hiburan-hiburan sensual mereka yang tumpul—semuanya itu tidak pernah menyegarkan dan merangsang jiwa mereka.

Persoalan politik yang sebenarnya adalah bagaimana menghindari pengusaha menjadi pemimpin, menjadi orang yang mengatur, pengusaha mempunyai pandangan yang pendek dan pikiran yang sempit. Ia tidak seperti mereka para aristorat yang dilatih untuk menjadi negarawan, yang berwawasan luas dan pemikiran yang dalam; merekalah yang sebetulnya mempunyai hak untuk mengatur, untuk menjadi penguasa.

Aristokrasi adalah pemerintahan yang ideal. Siapa yang bisa menolaknya ? “di setiap bangsa... selalu ada yang paling baik, paling bijaksana, paling unggul; lalu kita mengatakannya penguasa; semua tindakannya benar belaka... melalui seni apakah dia kita temukan? Bukankah surga sendiri tidak mengajarkan kesenian? Melalui kebutuhan kita akan manusia terbaik? Apakah yang terbaik, hebat, dan perkasa!” akan tetapi, siapakah yang terbaik? Apakah yang terbaik hanya tampak dan mucnul dari dari keluarga-keluarga tertentu, dan oleh sebab itu kita harus memiliki aristokrasi yang turun-temurun?

Rumus yang terbaik adalah: “karir hanya terbuka bagi orang yang berbakat,” dimanapun mereka dilahirkan, dan genius memiliki arah dilahirkannya sendiri di tempat-tempat terpencil. Biarkan kita oleh semua yang terbaik. Aristokrasi hanya baik kalau sekumpulan manusia-manusia berkualitas yang haknya untuk berkuasa terletak bukan karena kelahiran, melainkan karena kemampuan.

Perlu diingat! Manusia Unggul tidak dilahirkan oleh alam. Proses biologis sering tidak adil terhadap individu-individu luar biasa; alam sangat kejam pada produknya yang paling baik; alam lebih mencintai dan melindungi manusia yang rata-rata dan sedang-sedang saja; di dalam alam terdapat penyimpangan yang terus-menerus pada “jenis-jenis” manusia. Oleh sebab itu, manusia unggul dapat hidup dan bertahan hanya melalui seleksi manusia (human selection), melalui perbaikan kecerdasan (eugenic foresight) dan pendidikan yang meningkatkan derajat dan keagungan individu-individu.

Calon Manusia Unggul yang baru lahir membutuhkan peningkatan kecerdasan. “intelek melulu tidak membuat manusia jadi mulia; sebaliknya, selalu perlu sesuatu yang memuliakan intelek... lalu, apa yang dibutuhkan? Darah... “setelah itu, diperlukan pendidikan yang keras, dimana kesempurnaan merupakan materi utamanya, dan “tibuh dilatih untuk menderita dalam keheningan yang diam, sedangkan kehendak dilatih untuk memerintah dan mematuhi perintah.” Pendidikan untuk manusia-manusia unggul haruslah sedemikian keras, sehingga mereka mampu membuat tragedi menjadi komedi; “ia yang berjalan menyususri gunung-gunung tertinggi akan menertawakan semua tragedi.”


Energi, intelek, dan kehormatan atau kebanggan diri –ini semua membuat Manusia Unggul. Namun kesemuanya itu harus selaras:gairah-gairah akan menjadi kekuatan, hanya jika mereka dipilih dan dipadukan oleh suatu tujuan besar, yang mampu membentuk berbagai keinginan yang masih kabur ke dalam kekuatan satu kepribadian. “kesengsaraan bagi para pemikir ibarat tanah subur bagi tanaman.” Siapa yang segala tingkah lakunya hanya mengikuti impuls-impuls? Mereka adalah manusia-manusia dungu dan lemah, yang kurang memiliki kekuatan untuk hidup dan bertahan; mereka tidak cukup kuat untuk mengatakan Tidak; mereka adalah pecundang, manusia dekadensi. Hal yang terbaik adalah mendisiplinkan diri, berbuat keras terhadap diri sendiri. ‘manusia yang tidak ingin jadi komponen massa, berhentilah memanjakan diri sendiri; kita harus mempunyai  tujuan dalam menghendaki apa saja, kecuali berkhianat pada teman sendiri –itulah tanda kemulian , rumus akhir Manusia Unggul.

Facebook Komentar
0 Blogger Komentar


EmoticonEmoticon