Perjalanan praktis kehidupan kita sangatlah
mekanis. Seperti bangun pagi, tidur malam, atau sebaliknya. Apalagi telah ada
jadwal kaku yang mengikat di luar diri kita, yang seperti Diktator yang
mengharuskan kita mengikutinya. Jadilah kita hidup mekanis macam mesin,
sekaligus budak yang di perintah oleh sesuatu di luar diri kita.
Apakah itu memuaskan. Sebagin orang menyebutnya
sebagai kerja keras. Setelah Kapitalisme yang sudah tua ini. Memang mengharuskan
kita untuk selalu bergerak di dalam jalanan yang sudah di buat oleh
Kapitalisme. Kita mesti bergerak cepat dan efisien. Karena ketika kita lambat
dan kolot maka Kapitalisme dan orang-orang yang berjalan bersamanya akan
menghancurkan kita. Mengapa Kapitalisme. Karena memang beginilah filsafat
kapitalisme.
Jadi ini semacam sebuah tragedi kehidupan. Tentang
bagaimana manusia jika ingin mendapatkan kenyamanan, kenikmatan dan kebahagiaan
hidup akan secara sadar atau tidak sadar harus menghancurkan orang lain. Kehidupan
itu semacam permainan serius yang di akhiri dengan kalah dan menang. Bagi yang
menjadi pemenang akan mengakibatkan yang lainnya akan kalah. Kalah dalam bentuk
hancur-sehancurnya. Jika yang kalahpun akan bangkit. Maka dia pun harus siap
menghancurkan yang lain. Maka kehidupan ini adalah permainan saling hancur dan
menghancurkan.
Apakah itu layak di benarkan, masing-masing
manusia memliki persepsi yang berbeda tentang bagaimana kita dapat
mengintuisikan lingkungan sekitar. Bagaimana alat baca kita melihat situasi. Tentang
manusia yang memang terlihat sebagai robot yang bertujuan untuk banyak
menghasilkan Dollar. Siapa yang paling banyak dollarnya maka dialah Robot yang
palig canggih dan paling mematikan.
Sedangkan Tragedi-tragedi Yunani sudah
mempertontonkan ceita tentang bagaimana kehidupan itu berubah, dan mau tidak
mau kita telah di berikan peranan yang harus di mainkan secara totalitas. Peranan
itu adalah peran untuk menang atau kalah. Jika anda telah hancur. Maka itulah
peranan anda untuk hancur. Jika anda menjadi penghancur, maka peranan anda
adalah selalu menghancurkan orang lain. Entah apakah kita akan melawan peranan
yang sudah paten. Tapi kita hanya akan selalu berputar pada dua titik yaitu
hancur dan menghancurkan.
Tentu ini adalah sebuah kenyataan hidup jika kita
berpikir kearah materialisme. Bukannya ingin
menentang paham yang saat ini memang memenuhi perputaran dunia. Tapi harus kita
bijak bahwa Dunia ini jika di lihat secara esoteris, yang memang layak untuk di
katakan sebagai yang sebenar-benarnya adalah idealisme. Hanya idealisme lah
yang dapat membuat kita untuk kembali kepada yang manusia. kita harus berpikir
tentang bagaimana memanusiakan manusia. bukan lagi pada persoalan bagaimana
berpikir tentang manusia-manusia yang berpikir.
Setiap manusia memiliki kebebasan. hanya dengan
bermodalkan kebebasan inilah kebahagian yang tidak menghancurkan manusia lain
dapat tercapai. Tentang bagaimana kita dapat bermain dalam bekerja, dan
merasakan dirikita pada setiap kegiatan hidup. Bagaimana kita dapat membaca
lingkungan sekitar sebagai diri kita yang sebenarnya. Bukankah memang subjeklah
yang mempengaruhi objek. Maka pilihan untuk menjadi robot penghancur sebenarnya
di tentukan oleh subjek kita. Gambaran dan sasaran dari setiap pelajaran
Filsafat adalah tentang bagaimana anda bisa mati. Atau lebih kentara bunyinya
bahwa kehidupan kita adalah gambaran tentang bagaimana kita akan mati.