Masa lalu bagi
sebagian orang atau saya pikir semua orang
bisa menjadi masalah. Terlebih kepada masalah bathin normalnya( hubungan
vertikal, peristiwa yang membuat paranoid, atau menjadi phonia jika berlebihan)
. Masa lalu juga bisa menyentuh fisik, jika masa lalu itu berhubungan pada
tindakan yang membuat tubuh kita terancam.( masalah utang, tindak criminal,
hidup yang tidak teratur, dsb).
Al Gazali, guru
besar ilmu pengetahuan mengatakan bahwa sesuatu yang paling jauh di dunia ini
adalah masa lalu. normalnya Kita tidak akan bisa kembali ke masa lalu, entah
kemudian jika mesin waktu ternyata berhasil di susun. Masa lalu pun tidak akan
sama dengan yang terlewatkan secara alamiah. Menurut sisi materialnya. Kita
tidak akan bisa kembali menghadapi masa lalu, karena kita selalu bergerak ke
depan dan masa lalu itu tinggallah kenangan untuk menjadi pekerjaan otak bagian
mengenang.
Namun mengenang
masa lalu bisa menjadi jam penderitaan, saat masa lalu itu berisi gambaran dan teks bicara bunyi yang membuat otak
terasa malas bahkan takut untuk memutar kembali gambaran lalu itu. Sebuah
gambaran yang menyeramkan, menyedihkan, memalaskan, menggurui, dan menekan.
Sehingga masa lalu itu akhirnya menjadi monster yang sangat kejam. Tapi masa
lalu meski berusaha untuk di tutupi, tetap saja akan muncul kembali, karena memang
monster itu harus di hadapi dan di hadapkan pada pengadilan mental lalau
memukul palu putusan.
Tapi masa lalu
yang menjadi monster bijaknya harus di sahabatkan, karena jika kita percaya
bahwa keadaan emosional dapat mempengaruhi keadaan jasmani maka mengenang masa
lalu dengan perasaan mencekam itu bisa mengakibatkan perubahan mendalam dan
lama yang berdampak psikosomatic. Dan akhirnya menganggu.
Apakah mengenang
masa lalu itu menyembuhkan atau malah melukai. Timbul pertanyaan seperti itu.
Namun dalam alam semesta ini, keadaan emosional kita yang langsung mempengaruhi
keadaan luar tubuh kita juga. Dalam alam psikosomatis perilaku dari objek fisik
dalam ruang langsung di pengaruhi oleh keadaan mental tanpa kita melakukan apa
pun terhadap hal itu. Maka mengenang msa lalu itu dengan menanamkan rasa takut
akan mengakibatkan luka yang mempengaruhi luar diri anda.
Bila kita bisa
bijak. Kehidupan itu hanyalah sebuah perputaran pada lingkaran pertayaan untuk
apa aku hidup?. Pertanyaan yang menjadi tata surya eksistensi itu bisa menjadi
obat untuk kita. Agar kita bisa tahu bahwa hidup itu memang aneh. Godbless
menyebutnya “dunia ini panggung sandiwara.” Masa lalu yang menyakitkan itu
nampaknya memang sudah menjadi peranan yang harus kita mainkan. Tertawa ketika
masa lalu itu kocak, mabuk kepayang jika masa lalu itu berkaitan dengan peran
bercinta.
Masa lalu dan
masa depan harus seimbang, Jonathan Black seorang filosof esoteris berkata
“dengan mengingat apa yang saya lakukan kemarin saya bisa mengenal diri saya
sendiri sebagai seorang yang melakukan hal-hal ini. Kuncinya adalah bahwa ini
adalah sebuah tingkatan khusus dari kenangan yang di perlukan , apakah itu
lebih kuat atau lebih lemah.” Seorang penulis novel dari Italia bernama Italo
Calvano ikut menyatakan dengan seksi bahwa “ kenangan harus cukup kuat untuk
memungkinkan kita bertindak tanpa melupakan apa yang kita ingin lakukan, untuk
belajar tanpa berhenti untuk menjadi orang yang sama, tetapi kenangan juga harus
cukup lemah sehingga mengizinkan kita untuk terus bergerak menuju masa depan.”
Saya pikir
pendapat dua tokoh itu bisa menjadi penutup opini ini. Bahwa saudara sekalian
adalah pusat dari segala control dalam dan luar diri. Harus ada pengontrolan
rasa pada kegiatan hidup. Masa lalu dan masa depan ada di tangan anda. Penentuan Takdir ada di
pusat kerja perangkat mental anda.