Minggu, 07 Februari 2016

Hikmah mengenang masa lalu.


Masa lalu bagi sebagian orang atau saya pikir semua orang  bisa menjadi masalah. Terlebih kepada masalah bathin normalnya( hubungan vertikal, peristiwa yang membuat paranoid, atau menjadi phonia jika berlebihan) . Masa lalu juga bisa menyentuh fisik, jika masa lalu itu berhubungan pada tindakan yang membuat tubuh kita terancam.( masalah utang, tindak criminal, hidup yang tidak teratur, dsb).


Al Gazali, guru besar ilmu pengetahuan mengatakan bahwa sesuatu yang paling jauh di dunia ini adalah masa lalu. normalnya Kita tidak akan bisa kembali ke masa lalu, entah kemudian jika mesin waktu ternyata berhasil di susun. Masa lalu pun tidak akan sama dengan yang terlewatkan secara alamiah. Menurut sisi materialnya. Kita tidak akan bisa kembali menghadapi masa lalu, karena kita selalu bergerak ke depan dan masa lalu itu tinggallah kenangan untuk menjadi pekerjaan otak bagian mengenang.

Namun mengenang masa lalu bisa menjadi jam penderitaan, saat masa lalu itu berisi  gambaran dan teks bicara bunyi yang membuat otak terasa malas bahkan takut untuk memutar kembali gambaran lalu itu. Sebuah gambaran yang menyeramkan, menyedihkan, memalaskan, menggurui, dan menekan. Sehingga masa lalu itu akhirnya menjadi monster yang sangat kejam. Tapi masa lalu meski berusaha untuk di tutupi, tetap saja akan muncul kembali, karena memang monster itu harus di hadapi dan di hadapkan pada pengadilan mental lalau memukul palu putusan. 

Tapi masa lalu yang menjadi monster bijaknya harus di sahabatkan, karena jika kita percaya bahwa keadaan emosional dapat mempengaruhi keadaan jasmani maka mengenang masa lalu dengan perasaan mencekam itu bisa mengakibatkan perubahan mendalam dan lama yang berdampak psikosomatic. Dan akhirnya menganggu.


Apakah mengenang masa lalu itu menyembuhkan atau malah melukai. Timbul pertanyaan seperti itu. Namun dalam alam semesta ini, keadaan emosional kita yang langsung mempengaruhi keadaan luar tubuh kita juga. Dalam alam psikosomatis perilaku dari objek fisik dalam ruang langsung di pengaruhi oleh keadaan mental tanpa kita melakukan apa pun terhadap hal itu. Maka mengenang msa lalu itu dengan menanamkan rasa takut akan mengakibatkan luka yang mempengaruhi luar diri anda.

Bila kita bisa bijak. Kehidupan itu hanyalah sebuah perputaran pada lingkaran pertayaan untuk apa aku hidup?. Pertanyaan yang menjadi tata surya eksistensi itu bisa menjadi obat untuk kita. Agar kita bisa tahu bahwa hidup itu memang aneh. Godbless menyebutnya “dunia ini panggung sandiwara.” Masa lalu yang menyakitkan itu nampaknya memang sudah menjadi peranan yang harus kita mainkan. Tertawa ketika masa lalu itu kocak, mabuk kepayang jika masa lalu itu berkaitan dengan peran bercinta.

Masa lalu dan masa depan harus seimbang, Jonathan Black seorang filosof esoteris berkata “dengan mengingat apa yang saya lakukan kemarin saya bisa mengenal diri saya sendiri sebagai seorang yang melakukan hal-hal ini. Kuncinya adalah bahwa ini adalah sebuah tingkatan khusus dari kenangan yang di perlukan , apakah itu lebih kuat atau lebih lemah.” Seorang penulis novel dari Italia bernama Italo Calvano ikut menyatakan dengan seksi bahwa “ kenangan harus cukup kuat untuk memungkinkan kita bertindak tanpa melupakan apa yang kita ingin lakukan, untuk belajar tanpa berhenti untuk menjadi orang yang sama, tetapi kenangan juga harus cukup lemah sehingga mengizinkan kita untuk terus bergerak menuju masa depan.”


Saya pikir pendapat dua tokoh itu bisa menjadi penutup opini ini. Bahwa saudara sekalian adalah pusat dari segala control dalam dan luar diri. Harus ada pengontrolan rasa pada kegiatan hidup. Masa lalu dan masa depan  ada di tangan anda. Penentuan Takdir ada di pusat kerja perangkat mental anda.

Facebook Komentar
0 Blogger Komentar


EmoticonEmoticon