Minggu, 24 Januari 2016

Hakikat waktu bagi orang yang putus cinta ( cerpen Filsafat : kisah Aco ).



Kisah Aco.

Bagi para pesakitan, waktu adalah musuh yang mereka tipu saban hari dengan harapan, namun di sana, di balik jeruji yang dingin itu, waktu menjadi paduka raja, tak pernah terkalahkan. Bagi para olahragawan, waktu adalah kesempatan yang singkat, brutal dan mahal.( Novel Padang Bulan, Andrea Hirata).

Para seniman kadangkala melihat waktu sebagai angin, hantu, bahan kimia, seorang putri, payung, seuntai tasbih,(Novel padang Bulan, Andrea Hirata). atau sebuah rezim yang mengiris luang. Bagi para pedagang atau penggelut ekonomi. Melihat waktu sebagai peluang mengembalikan modal. Atau sebagai jalan kapitalis, untuk sukses atau semakin melarat.

Bagi para ilmuan berotak besar, atau sebut saja fisikawan. Melihat waktu sebagai lorong melengkung antara garis x dan y. Sebuah jalan kembali kemasa lalu atau kemasa depan. Macam pintu kemana saja milik Doraemon.

Bagi para filosof, memandangi waktu sebagai sumber ilmu pengetahuan, sumber epistimologi. Bagi seorang Kantian. Waktu adalah sebuah temporal akan cara pandang (intuisi) subyektif terhadap obyek yang mengakibatkan adanya sintesis apriori.

Bagi seorang mistikus. Waktu adalah menjadi, waktu adalah gelap di dalam gelap. Sebuah iluminasi akal aktual. Sedang seorang penyair, waktu adalah perempuan seksi yang menggoda. Bagi hadis, waktu ibarat pedang. Dan dalam alqur’an di jelaskan di dalam surah Demi Masa.

Sedang bagi seorang petani, waktu adalah tiran, seorang diktator yang membuatnya harus patuh terhadap waktu, kapan ia harus menanam, dan kapan ia harus memanen, semuanya tergantung oleh waktu. Begitu kejam dan kaku. Tapi bagi seorang anak ingusan yang masih merdeka, waktu adalah luang untuk mengisinya dengan bermain, berkelahi, menghasut, menjadi juara, melukai diri, mencuri mangga, dan menaikkan darah tetangga.

Dan bagi seorang yang memiliki paranoid akan masa lalu. Memandangi waktu adalah duri di dalam diri. mengingat waktu adalah sebuah kesakitan. Kembali ke masa pahit bisa membuatnya muntah dan menangis terisak-isak.

Bagi seorang politisi pecundang, waktu adalah karet. Dan bagi mahasiswa waktu adalah kapan kamu akan sarjana? Bagi  seorang jomblo waktu adalah kapan kamu punya pacar?. Bagi seorang bujang lapuk yang sudah masuk kategori wajib nikah, waktu adalah kapan kamu punya istri?. Bagi pasangan suami istri yang baru berbulan madu, waktu adalah kapan kamu punya anak?. Dan bagi pasangan seorang istri yang suaminya suka selingkuh ,waktu mengharuskan dia menjawab kapan akan cerai?. Dan bagi seorang janda atau duda. Waktu adalah kapan kamu nikah lagi?. Begitulah seterusnya waktu penuh dengan pertanyaan.

Dan bagi seorang yang jatuh cinta sepertiku, waktu adalah masa yang mendebarkan, penuh dengan tanda tanya, waktu menjadi fleksibel. Dia bisa menjadi pesakitan jika si doi tidak punya kabar, seniman jika cintanya tergambar sebagai sebuah lukisan. Olahragawan jika cinta selalu menguras staminanya . Ilmuwan karena cinta itu penuh dengan rumus. Filosof, karena cinta itu adalah kebijaksanaan. Mistikus karena cinta itu penuh dengan kerahaisaan. Penyair jika cinta itu penuh dengan kesyahduan. Petani, jika cinta itu mengikuti waktu. bersikap anak-anak jika sudah terserang virus cinta yang membuatnya terserang penyakit gila nomor wahid. Paranoid, jika cintanya bertepuk sebelah tangan dan pasangannya selingkuh, jalan dengan laki-laki yang positif lebih layak dari dirinya. jadi politisi jika ia ingin mengelak dan mengembalikan martabatnya setelah menjadi paranoid.


Jadi terlihatlah, waktu hakikatnya punya berbagai macam defenisi bagi setiap jiwa dan kentaralah, jika waktu yang di selingi fase jatuh cinta, begitu kejam dan tak kenal kasihan, menginjak-nginjak. Aduh barangkali akupun juga masuk di dalamnya. Barangkali aku pun juga sudah di pecundangi oleh waktu. Menjadi seorang paranoid karena gagal dalam percintaan.

Facebook Komentar
0 Blogger Komentar


EmoticonEmoticon