Kisah Aco.
Bagi para pesakitan, waktu adalah musuh yang
mereka tipu saban hari dengan harapan, namun di sana, di balik jeruji yang
dingin itu, waktu menjadi paduka raja, tak pernah terkalahkan. Bagi para olahragawan,
waktu adalah kesempatan yang singkat, brutal dan mahal.( Novel Padang Bulan,
Andrea Hirata).
Para seniman kadangkala melihat waktu sebagai
angin, hantu, bahan kimia, seorang putri, payung, seuntai tasbih,(Novel padang
Bulan, Andrea Hirata). atau sebuah rezim yang mengiris luang. Bagi para pedagang atau penggelut
ekonomi. Melihat waktu sebagai peluang mengembalikan modal. Atau sebagai jalan
kapitalis, untuk sukses atau semakin melarat.
Bagi para ilmuan berotak besar, atau sebut saja
fisikawan. Melihat waktu sebagai lorong melengkung antara garis x dan y. Sebuah
jalan kembali kemasa lalu atau kemasa depan. Macam pintu kemana saja milik
Doraemon.
Bagi para filosof, memandangi waktu sebagai sumber
ilmu pengetahuan, sumber epistimologi. Bagi seorang Kantian. Waktu adalah sebuah
temporal akan cara pandang (intuisi) subyektif terhadap obyek yang
mengakibatkan adanya sintesis apriori.
Bagi seorang mistikus. Waktu adalah menjadi, waktu
adalah gelap di dalam gelap. Sebuah iluminasi akal aktual. Sedang seorang
penyair, waktu adalah perempuan seksi yang menggoda. Bagi hadis, waktu ibarat
pedang. Dan dalam alqur’an di jelaskan di dalam surah Demi Masa.
Sedang bagi seorang petani, waktu adalah tiran,
seorang diktator yang membuatnya harus patuh terhadap waktu, kapan ia harus
menanam, dan kapan ia harus memanen, semuanya tergantung oleh waktu. Begitu
kejam dan kaku. Tapi bagi seorang anak ingusan yang masih merdeka, waktu adalah
luang untuk mengisinya dengan bermain, berkelahi, menghasut, menjadi juara,
melukai diri, mencuri mangga, dan menaikkan darah tetangga.
Dan bagi seorang yang memiliki paranoid akan masa
lalu. Memandangi waktu adalah duri di dalam diri. mengingat waktu adalah sebuah
kesakitan. Kembali ke masa pahit bisa membuatnya muntah dan menangis
terisak-isak.
Bagi seorang politisi pecundang, waktu adalah
karet. Dan bagi mahasiswa waktu adalah kapan kamu akan sarjana? Bagi seorang jomblo waktu adalah kapan kamu punya
pacar?. Bagi seorang bujang lapuk yang sudah masuk kategori wajib nikah, waktu
adalah kapan kamu punya istri?. Bagi pasangan suami istri yang baru berbulan
madu, waktu adalah kapan kamu punya anak?. Dan bagi pasangan seorang istri yang
suaminya suka selingkuh ,waktu mengharuskan dia menjawab kapan akan cerai?. Dan
bagi seorang janda atau duda. Waktu adalah kapan kamu nikah lagi?.
Begitulah seterusnya waktu penuh dengan pertanyaan.
Dan bagi seorang yang jatuh cinta sepertiku, waktu adalah masa yang mendebarkan,
penuh dengan tanda tanya, waktu menjadi fleksibel. Dia bisa menjadi pesakitan
jika si doi tidak punya kabar, seniman jika cintanya tergambar sebagai sebuah
lukisan. Olahragawan jika cinta selalu menguras staminanya . Ilmuwan karena
cinta itu penuh dengan rumus. Filosof, karena cinta itu adalah kebijaksanaan. Mistikus
karena cinta itu penuh dengan kerahaisaan. Penyair jika cinta itu penuh dengan
kesyahduan. Petani, jika
cinta itu mengikuti waktu. bersikap anak-anak jika sudah terserang virus cinta
yang membuatnya terserang penyakit gila nomor wahid. Paranoid, jika cintanya
bertepuk sebelah tangan dan pasangannya selingkuh, jalan dengan laki-laki yang
positif lebih layak dari dirinya. jadi politisi jika ia ingin mengelak dan
mengembalikan martabatnya setelah menjadi paranoid.
Jadi terlihatlah, waktu hakikatnya punya berbagai macam
defenisi bagi setiap jiwa dan kentaralah, jika waktu yang di selingi fase jatuh
cinta, begitu kejam dan tak kenal kasihan, menginjak-nginjak. Aduh barangkali
akupun juga masuk di dalamnya. Barangkali aku pun juga sudah di pecundangi oleh
waktu. Menjadi seorang paranoid karena gagal dalam percintaan.