“Aurorah, semakin jauh saja diriku denganmu”.
Begitulah aku merasa pesimis di bawah pohon mangga
di halaman rumah. tapi anehnya cinta tak pernah padam. Setiap kali aku melihat
wajahnya ada semacam Ego untuk memiliki, ada semacam energi yang menarik diriku
untuk selalu dapat dekat dengan Aurorah. Ingin aku selalu mendengar kabarnya.
Dan rasanya jantungku tidak berfungsi lagi, hidupku rasanya berakhir. Begitulah
teori ahli biologi William Harvey berkata.
Di satu sisi aku merindukan senyuman Aurorah yang
seindah namanya, di sisi lain juga ada rasa benci dengan senyuman itu. Apa lagi
ketika senyuman itu muncul ketika cinta bertepuk sebelah tangan. aku bukan benci
kepada subjek Aurorah, tetapi aku benci dengan nasib yang begitu pandai memutar
balikkan keinginan. Mengapa nasib itu mesti menjadikan aku permainan.
Tapi catat, aku bukanlah seorang yang mudah
menyerah. Sebagai seorang manusia yang darahnya di aliri molekul Gen pejuang
dari kakekku. Aku akan berjuang untuk menjujurkan hati. Agar Aurorah dapat sadar
bahwa akulah energi/jiwa yang serasi dengannya. Begitu juga ketika aku
mendapatkan majalah remaja bekas di rumah makan bibi. Secara Astrologi, bintang
Taurus sangat cocok dengan Gemini. Keduanya sama-sama setia. Tapi curigaku
ramalan itu berdasarkan bintang yang ada di gedung disko di kota sana, dan
kenyataan tidak selalu benar. Biarlah, yang jelasnya, aku membesarkan hati.
Hanya tinggal menghitung hari saja. macam judul lagu itu. Menghitung hari, indah
pada waktunya atau malah semakin sakit hati. Tak tahulah.
Mulai saat inilah aku berusaha memantaskan diri.
dan aku mulai meneliti. Mengapa aku di tolak.? Dan berbagai teori tentang
manusia pun bermunculan di kepalaku. Yang berujung pada sebuah pertanyaan.
Apakah manusia itu? Atau dalam bahasa Shopocles, Ti Antrophos estin ?. aku
mulai berfilsafat. Dan berfilsafat pada saat gagal cinta itu memiliki rasa yang
unik. Macam kita minum Sarabba sama
sanggara ( pisang goreng ) di warung yang sedang di hujani air yang lebat.
Nyamanna ( ekspresi nikmat versi orang Makassar).
Aku mulai berpikir, mengapa aku di tolak secara
biologi. Aku menuju ke perpustakaan kota. Dan aku menuju pada lemari buku
Biologi. Dan kesimpulannya. Tertulis dalam beberapa lembaran yang begitu pahit.
Seperti ini nyatanya. Mengapa aku memilih Biologi. Ini karena Aurorah menyukai
mata pelajaran Biologi. Bisa saja Biologi adalah sosok yang bertanggung jawab
di balik alasan penolakan Aurorah terhadapku.
Pertama, Aku
adalah organisma yang tidak dapat terpisah dari alam, manusia berproses hidup berdasarkan
sel yang di atur oleh DNA yang banyak menentukan sekali sifat dan perilaku
manusia.
“apakah aku dan auroroah secara DNA memang sudah
tidak cocok?. Ini harus di buktikan lewat tes darah. Tapi apakah Aurorah mau
mengikuti sakit gilaku karena gagal cinta. Saya rasa itu tidak mungkin.”
Kedua, dari sejarah bumi, manusia diperkirakan
hadir baru beberapa juta tahun yang lalu sebagai hasil kerja seleksi alami pada
berbagai organisma yang telah hidup terlebih dahulu. Dan ternyata manusia
merupakan organisma yang dapat beradaptasi dengan baik terhadap alam dan
ternyata berkembang menjadi organisma yang memiliki peradaban dan kebudayaan.
“ apakah Aurorah menolakku karena, aku adalah
hasil produk gagal seleksi alam, atau pada saat aku berproses sebelum lahir,
aku hanya sebutir sperma yang beruntung, karena sperma yang seharusnya dapat
mencapai sel telur, malah bocor ban di tengah jalan atau kehabisan bensin, atau
berjuta sperma yang lain kesasar atau malah memang mereka telah mengadakan konspirasi
untuk tidak ingin menjadi manusia, karena sadar nantinya kehidupan akan begitu
menyiksa atau mereka sudah menebak akan jadi seperti saya, yang gagal dalam
percintaan. Jadilah aku sebagai Sperma polos hasil konspirasi sperma lain yang
tidak tahu apa-apa, lalu masuk kedalam gedung sel Telur dan terproses di sana,
tanpa tahu menahu, “eh sim salabim” jadi seperti sekarang. Jadi mantan Sperma
yang gagal cinta.”
Ketiga, seleksi alam pada saat ini masih bekerja
terhadap manusia seperti misalnya adapatasi daya ikat butir darah merah
terhadap oksigen sebanding dengan ketinggian tempat tinggal. Semakin tinggi
anda berpijak, maka darah anda semakin berpeluang untuk membeku.
“ lalu apakah ini juga berlaku untuk orang yang
sedang gagal bercinta. Apakah darahku juga akan membeku, karena rasanya beban
berat yang kualami seperti sedang berdiri di ujung Himalaya tanpa memakai
sehelai benag pun. Ah, gagal becinta semakin membuatku pandai bepuitis. Ini
salah satu efek buruk dari gagal bercinta, puisi yang di hasilkan akan selalu
bernada galau dan penuh kepasrahan. Ini semacam respon gagal cinta yang memang
sudah otomatis muncul. Yang biasanya tidak pandai merakit kata-kata indah.
Tanpa ada angin, aku lalu begitu pandai melukiskan keindahan alam lewat
kata-kata. Tapi kata Aristoteles “manusia
memang adalah peniru alam yang ulung”. Tapi bagiku. Peniru alam yang paling
ulung adalah orang yang lagi gagal dalam percintaan. Malah ada yang ekstrim
ingin menyatu dengan alam.”
Ke empat, sel syaraf hewan dan manusia pada
dasarnya mempunyai cara kerja yang sama yang menyangkut ke luar masuknya
berbagai ion dari sel tersebut. perilaku manusia sudah barang tentu jauh lebih
kompleks dari pada hewan meskipun keduanya tergantung langsung dari system
syaraf yang di milikinya.
“ tapi mengapa ayam bangkok bernama Bassank, di
pekarangan rumah, setiap hari kawin dengan berganti-ganti ayam betina, dan
tidak pernah di tolak. Begitu ayam bangkok itu menggombal dengan rayuan “ kukku
ruyuk”nya ( gombal versi ayam, begitu bunyinya), ayam betina itu pura-pura lari
seperti artis di film India, padahal itu hanyalah modus agar ia di kejar.
Ketika Bassank berhasil mengejar si ayam betina. Kawin lagi mereka. Mengeram
telur lagi si ayam betina. Dan untungnya lari padaku, berkat Bassank, aku bisa makan telur dadar. Terima kasih
Bassank, ayam yang cerdas. Tapi mengapa nasibku ini tak seindah si Bassank.
Apakah Bassank lebih keren dari pada aku. Berarti aku, kalah pamor dengan ayam
Bangkok kampung sekaliber Bassank. Apakah se begitu prustasinya kah aku sehingga
harus membandingkan diriku dengan ayam kampung peliharaan sendiri. Aduh , ini
efek cinta nomor dua. Segalanya bisa membuat anda menjadi sangat aneh.”
Alasan nomor lima. Susunan dan organisasi sistem
syaraf hewan tidak sekompleks manusia sehingga dapat di mengerti kalau perilaku
hewan lebih banyak bersifat “innate behaviour” atau perilaku bawaan sedangkan
pada manusia sudah di kenal kemampuan analisa, integrasi dan belajar. Kemampuan
ini di anggap oleh para ahli di simpan dalam DNA manusia yang daat mencapai
berat molekul 10 pangkat 6; dan kalau di perlukan akan di keluarkan dari
simpanannya.
“ apakah Aurorah, sudah memakai DNA molekul 10
pangkat enam itu. Maka ketika aku menyatakan cinta di hadapannya. Maka aku di
nilainya secara sistematis dari ujung kaki ke ujung kepala. Lalu terscan “
produk gagal” sepertii barang yang di scan apakah halal atau tidak, jika tidak
maka di buanglah. Begitulah nasibku. Lalu dengan imutnya Aurorah menolak dengan
alasan, kita lebih baik berteman saja. catat, efek gagal cinta nomor tiga, anda
akan mengimajinasikan hal-hal yang melampaui diri anda. Jangan bilang ini
keren. Ini sungguh menyiksa kawan. Karena anda bisa menjadi teranehkan secara
membabi buta.”
Alasan nomor enam, Keadaan alam ( bumi ) selalu
berubah sehingga untuk menjaga kelangsungan hidupnya organisme perlu melakukan
perubahan –perubahan yang bersifat adiftif terhadap alam.
“Baiklah kuhentikan sampai di sini saja, teori
yang terakhir ini sangat cocok untuk menjadi bahan motivasi, untuk menjaga
kelangsungan hatiku, agar tidak terjadi kontadiktif, dan jantungku tidak
terkena teori Willian Harvey tadi, jantungku dapat berfungsi kembali maka aku harus
berubah. Aku harus dapat menjadi laki-laki yang keren.”
Tapi kulanjutkan membaca buku biologi itu, ada
fakta yang mencengangkan. Pada waktu ini ilmu dan teknologi sebagai hasil
evolusi budaya, telah mencapai tingkat yang menakutkan. Hasil penemuan berupa
fusi dan fisi atom dapat menghancurkan seluruh kehidupan di muka bumi ini.
“ tapi menurutku. Tak usah memakai Atom untuk meng
kiamatkan alam ini. Cukup buat semua manusia menjadi gagal cinta sepertiku,
alam ini nantinya akan angkat tangan dan minta izin untuk hancur. Atau begitu
Melihat semua manusia gagal cinta. Malaikat bisa ikut galau. Lalu dia berusaha
menghibur manusia dengan meniup terompet sangkakala sambil menyanyikan lagu
dangdut “bumi pun ikut menangis”. Alih –alih menghibur atau membuat kita
bergoyang seperti ketika nonton “Biduan Orkes dangdut”. Begitu lagu habis.
Judul lagu berganti “bumi pun ikut hancur”, inilah kiamat versi orang yang lagi
gagal cinta. Ah, catat juga efek gagal cinta nomor empat. Anda bisa mengarang
cerita yang absurd.
Kubawa pulang lembaran itu. Dan di atas kasur
kamar tidur. Aku membacanya dalam-dalam. Menimbang pertanyaan dan berusaha
untuk menghadirkan antitesa. Tapi begitu sulit karena penjelasan dan
penimbangan yang kulakukan kelihatannya masuk akal. Tapi cinta itukan bukanlah
urusan akal. Logika seringkali mati di depan cinta. Nah di sinilah aku
membesarkan kepala. Sebesar nangka yang lagi masak di pohonya. Ah
ngomong-ngomong soal nangka. Aku baru ingat ada tugas dari kakek yang menunggu
di kebun.
Esok akan kumulai strategi, mendapatkan hati Aurorah.