Senin, 25 Januari 2016

mengapa aku di tolak secara teori biologi. cerpen Filsafat ( kisah Aco part III)

“Aurorah, semakin jauh saja diriku denganmu”.



Begitulah aku merasa pesimis di bawah pohon mangga di halaman rumah. tapi anehnya cinta tak pernah padam. Setiap kali aku melihat wajahnya ada semacam Ego untuk memiliki, ada semacam energi yang menarik diriku untuk selalu dapat dekat dengan Aurorah. Ingin aku selalu mendengar kabarnya. Dan rasanya jantungku tidak berfungsi lagi, hidupku rasanya berakhir. Begitulah teori ahli biologi William Harvey berkata.

Di satu sisi aku merindukan senyuman Aurorah yang seindah namanya, di sisi lain juga ada rasa benci dengan senyuman itu. Apa lagi ketika senyuman itu muncul  ketika cinta  bertepuk sebelah tangan. aku bukan benci kepada subjek Aurorah, tetapi aku benci dengan nasib yang begitu pandai memutar balikkan keinginan. Mengapa nasib itu mesti menjadikan aku permainan.

Tapi catat, aku bukanlah seorang yang mudah menyerah. Sebagai seorang manusia yang darahnya di aliri molekul Gen pejuang dari kakekku. Aku akan berjuang untuk menjujurkan hati. Agar Aurorah dapat sadar bahwa akulah energi/jiwa yang serasi dengannya. Begitu juga ketika aku mendapatkan majalah remaja bekas di rumah makan bibi. Secara Astrologi, bintang Taurus sangat cocok dengan Gemini. Keduanya sama-sama setia. Tapi curigaku ramalan itu berdasarkan bintang yang ada di gedung disko di kota sana, dan kenyataan tidak selalu benar. Biarlah, yang jelasnya, aku membesarkan hati. Hanya tinggal menghitung hari saja. macam judul lagu itu. Menghitung hari, indah pada waktunya atau malah semakin sakit hati. Tak tahulah.

Mulai saat inilah aku berusaha memantaskan diri. dan aku mulai meneliti. Mengapa aku di tolak.? Dan berbagai teori tentang manusia pun bermunculan di kepalaku. Yang berujung pada sebuah pertanyaan. Apakah manusia itu? Atau dalam bahasa Shopocles, Ti Antrophos estin ?. aku mulai berfilsafat. Dan berfilsafat pada saat gagal cinta itu memiliki rasa yang unik. Macam kita minum Sarabba  sama sanggara ( pisang goreng ) di warung yang sedang di hujani air yang lebat. Nyamanna ( ekspresi nikmat versi orang Makassar).

Aku mulai berpikir, mengapa aku di tolak secara biologi. Aku menuju ke perpustakaan kota. Dan aku menuju pada lemari buku Biologi. Dan kesimpulannya. Tertulis dalam beberapa lembaran yang begitu pahit. Seperti ini nyatanya. Mengapa aku memilih Biologi. Ini karena Aurorah menyukai mata pelajaran Biologi. Bisa saja Biologi adalah sosok yang bertanggung jawab di balik alasan penolakan Aurorah terhadapku.

 Pertama, Aku adalah organisma yang tidak dapat terpisah dari alam, manusia berproses hidup berdasarkan sel yang di atur oleh DNA yang banyak menentukan sekali sifat dan perilaku manusia.
“apakah aku dan auroroah secara DNA memang sudah tidak cocok?. Ini harus di buktikan lewat tes darah. Tapi apakah Aurorah mau mengikuti sakit gilaku karena gagal cinta. Saya rasa itu tidak mungkin.”

Kedua, dari sejarah bumi, manusia diperkirakan hadir baru beberapa juta tahun yang lalu sebagai hasil kerja seleksi alami pada berbagai organisma yang telah hidup terlebih dahulu. Dan ternyata manusia merupakan organisma yang dapat beradaptasi dengan baik terhadap alam dan ternyata berkembang menjadi organisma yang memiliki peradaban dan kebudayaan.

“ apakah Aurorah menolakku karena, aku adalah hasil produk gagal seleksi alam, atau pada saat aku berproses sebelum lahir, aku hanya sebutir sperma yang beruntung, karena sperma yang seharusnya dapat mencapai sel telur, malah bocor ban di tengah jalan atau kehabisan bensin, atau berjuta sperma yang lain kesasar atau malah memang mereka telah mengadakan konspirasi untuk tidak ingin menjadi manusia, karena sadar nantinya kehidupan akan begitu menyiksa atau mereka sudah menebak akan jadi seperti saya, yang gagal dalam percintaan. Jadilah aku sebagai Sperma polos hasil konspirasi sperma lain yang tidak tahu apa-apa, lalu masuk kedalam gedung sel Telur dan terproses di sana, tanpa tahu menahu, “eh sim salabim” jadi seperti sekarang. Jadi mantan Sperma yang gagal cinta.”

Ketiga, seleksi alam pada saat ini masih bekerja terhadap manusia seperti misalnya adapatasi daya ikat butir darah merah terhadap oksigen sebanding dengan ketinggian tempat tinggal. Semakin tinggi anda berpijak, maka darah anda semakin berpeluang untuk membeku.

“ lalu apakah ini juga berlaku untuk orang yang sedang gagal bercinta. Apakah darahku juga akan membeku, karena rasanya beban berat yang kualami seperti sedang berdiri di ujung Himalaya tanpa memakai sehelai benag pun. Ah, gagal becinta semakin membuatku pandai bepuitis. Ini salah satu efek buruk dari gagal bercinta, puisi yang di hasilkan akan selalu bernada galau dan penuh kepasrahan. Ini semacam respon gagal cinta yang memang sudah otomatis muncul. Yang biasanya tidak pandai merakit kata-kata indah. Tanpa ada angin, aku lalu begitu pandai melukiskan keindahan alam lewat kata-kata. Tapi  kata Aristoteles “manusia memang adalah peniru alam yang ulung”. Tapi bagiku. Peniru alam yang paling ulung adalah orang yang lagi gagal dalam percintaan. Malah ada yang ekstrim ingin menyatu dengan alam.”

Ke empat, sel syaraf hewan dan manusia pada dasarnya mempunyai cara kerja yang sama yang menyangkut ke luar masuknya berbagai ion dari sel tersebut. perilaku manusia sudah barang tentu jauh lebih kompleks dari pada hewan meskipun keduanya tergantung langsung dari system syaraf yang di milikinya.

“ tapi mengapa ayam bangkok bernama Bassank, di pekarangan rumah, setiap hari kawin dengan berganti-ganti ayam betina, dan tidak pernah di tolak. Begitu ayam bangkok itu menggombal dengan rayuan “ kukku ruyuk”nya ( gombal versi ayam, begitu bunyinya), ayam betina itu pura-pura lari seperti artis di film India, padahal itu hanyalah modus agar ia di kejar. Ketika Bassank berhasil mengejar si ayam betina. Kawin lagi mereka. Mengeram telur lagi si ayam betina. Dan untungnya lari padaku, berkat Bassank,  aku bisa makan telur dadar. Terima kasih Bassank, ayam yang cerdas. Tapi mengapa nasibku ini tak seindah si Bassank. Apakah Bassank lebih keren dari pada aku. Berarti aku, kalah pamor dengan ayam Bangkok kampung sekaliber Bassank. Apakah se begitu prustasinya kah aku sehingga harus membandingkan diriku dengan ayam kampung peliharaan sendiri. Aduh , ini efek cinta nomor dua. Segalanya bisa membuat anda menjadi sangat aneh.”

Alasan nomor lima. Susunan dan organisasi sistem syaraf hewan tidak sekompleks manusia sehingga dapat di mengerti kalau perilaku hewan lebih banyak bersifat “innate behaviour” atau perilaku bawaan sedangkan pada manusia sudah di kenal kemampuan analisa, integrasi dan belajar. Kemampuan ini di anggap oleh para ahli di simpan dalam DNA manusia yang daat mencapai berat molekul 10 pangkat 6; dan kalau di perlukan akan di keluarkan dari simpanannya.

“ apakah Aurorah, sudah memakai DNA molekul 10 pangkat enam itu. Maka ketika aku menyatakan cinta di hadapannya. Maka aku di nilainya secara sistematis dari ujung kaki ke ujung kepala. Lalu terscan “ produk gagal” sepertii barang yang di scan apakah halal atau tidak, jika tidak maka di buanglah. Begitulah nasibku. Lalu dengan imutnya Aurorah menolak dengan alasan, kita lebih baik berteman saja. catat, efek gagal cinta nomor tiga, anda akan mengimajinasikan hal-hal yang melampaui diri anda. Jangan bilang ini keren. Ini sungguh menyiksa kawan. Karena anda bisa menjadi teranehkan secara membabi buta.”

Alasan nomor enam, Keadaan alam ( bumi ) selalu berubah sehingga untuk menjaga kelangsungan hidupnya organisme perlu melakukan perubahan –perubahan yang bersifat adiftif terhadap alam.

“Baiklah kuhentikan sampai di sini saja, teori yang terakhir ini sangat cocok untuk menjadi bahan motivasi, untuk menjaga kelangsungan hatiku, agar tidak terjadi kontadiktif, dan jantungku tidak terkena teori Willian Harvey tadi, jantungku dapat berfungsi kembali maka aku harus berubah. Aku harus dapat menjadi laki-laki yang keren.”

Tapi kulanjutkan membaca buku biologi itu, ada fakta yang mencengangkan. Pada waktu ini ilmu dan teknologi sebagai hasil evolusi budaya, telah mencapai tingkat yang menakutkan. Hasil penemuan berupa fusi dan fisi atom dapat menghancurkan seluruh kehidupan di muka bumi ini.

“ tapi menurutku. Tak usah memakai Atom untuk meng kiamatkan alam ini. Cukup buat semua manusia menjadi gagal cinta sepertiku, alam ini nantinya akan angkat tangan dan minta izin untuk hancur. Atau begitu Melihat semua manusia gagal cinta. Malaikat bisa ikut galau. Lalu dia berusaha menghibur manusia dengan meniup terompet sangkakala sambil menyanyikan lagu dangdut “bumi pun ikut menangis”. Alih –alih menghibur atau membuat kita bergoyang seperti ketika nonton “Biduan Orkes dangdut”. Begitu lagu habis. Judul lagu berganti “bumi pun ikut hancur”, inilah kiamat versi orang yang lagi gagal cinta. Ah, catat juga efek gagal cinta nomor empat. Anda bisa mengarang cerita yang absurd.

Kubawa pulang lembaran itu. Dan di atas kasur kamar tidur. Aku membacanya dalam-dalam. Menimbang pertanyaan dan berusaha untuk menghadirkan antitesa. Tapi begitu sulit karena penjelasan dan penimbangan yang kulakukan kelihatannya masuk akal. Tapi cinta itukan bukanlah urusan akal. Logika seringkali mati di depan cinta. Nah di sinilah aku membesarkan kepala. Sebesar nangka yang lagi masak di pohonya. Ah ngomong-ngomong soal nangka. Aku baru ingat ada tugas dari kakek yang menunggu di kebun.


Esok akan kumulai strategi, mendapatkan hati Aurorah.

Facebook Komentar
0 Blogger Komentar


EmoticonEmoticon