Senin, 22 Mei 2017

Filsafat Cinta : Oase Perjumpaan

Berikut adalah syair perjumpaan yang berhasil saya hayalkan dengan baik. Semoga mampu merangsang imajinasi ke dalam ruang ekstase.
selamat membaca pengunjung kami yang budiman

Oase Perjumpaan
Ingin ku simpan rindu berlebih. Hatinya mulai terpasung rasa yang baru itu. Mendekamlah ia dalam diam. Menikmati gelora cinta yang sulit di ungkap dengan suara. Bibirnya bergetar-getar lembut tak bernada. Seperti terkunci, mulutnya hanya pasrah menunggu waktu. Bersama rasa yang semakin membisu.

Di simpulkan tangan ditengah dada. Matanya menengadah bermunajat kepada Tuhan. Dengan suara lirih sedikit berbisik,” inikah nikmat tikaman rindu yang dijanjikan cinta”.

Terdamparlah ia dipantai lara tak bertepi. Bermunajat penuh harap pada kearibaan yang dapat mendengar. Pada suara-suara kesunyian diujung telinga. Oh burung malam sampaikan salam rinduku. Oh bulan, terangilah dia dalam kesepian. Jelmakan wujudnya di hadapanku. Biar luruh landai gempita rindu.

Ingin ku simpan rindu berlebih. kalau bukan karena kau salah mengetuk pintu, mungkin kau hanya akan menjadi angin lalu. Terbang menuju kejauhan, lalu lenyap dalam ketiadaan. Namun, Tuhan memaksudkan lain. Pertemuan dua insan.

Dia kembali mengenang perjumpaan. Bersetelan merah kuning dengan topi khas bertuliskan pizza hut. Diketuknya pintu rumah cinta. Ketukan nyaring tangan rindu yang sedikit berbulu membangunkan seisi semesta kesunyian. Kau datang tepat waktu, pengantar pizza. Tepat sebelum tubuhku dehidrasi.

Senyumnya tersimpul ramah di atas bibirnya yang sedikit mengering. Seperti sudah terlatih dan mahir, tak sedikitpun ketidaknyaman mengada. Bicara dan gerak tubuhnya mengisyaratkan penghormatan dan mengutamakan kenyamanan. Ah sosok dia, apa ini pura-pura saja atau ini memanglah karakter dirinya?.

Hari hari berlalu penuh tanya.

Ini awal yang tidak pernah akan aku ceritakan padamu. Terlalu sayang bagi telinga dan mata yang buta akan cinta. Biarlah ia gentayangan dalam pusara. Melebur hingga kau lupa.

Ingin ku simpan rindu berlebih. Pesonanya seperti melekat di setiap sudut syaraf. Tiadalah menjauh bayang dirinya. Berkuasa atas segala imajinasi dan hayal akan arti kasih. Membunuh keangkuhan pada hati yang hampir membatu. Meluruh hingga menjadi debu. “..dan kau angin. Bawalah terbang hingga jauh. Bawalah menuju ruang yang tak pernah aku tau. Ke dalam waktu yang tidak akan pernah aku tuju”.

Kau tiba di waktu yang tepat. Tepat sebelum hatiku benar-benar melayu. Sebelum cahaya cintaku lenyap ditelan gelap sisi kedukaan. Perlahan seperti membaik. Berubahlah di sisi sebelah dalam sungguh tandus. Angin mungkin bertiup disana, tapi bukanya membawa awan dan hujan. Tapi bulir debu yang yang memekakkan mata.

Ingin ku simpan rindu berlebih. telah lama ia berputus asa akan nikmat cinta. Dia sandarkan pengharapan akan rindu dan kasih pada pualam-pualam licin. Agar tak ada sakit saat menapak. Agar tak ada bekas bagi sekelibat jejak. Ia tinggalkan semua mimpi bersama pesakitan yang tidak pernah ingin ia jumpai. Hingga pada penghujung senja di batas luka. Cinta perlahan menyingsing tanpa ragu.

Sekarang, teranglah fatamorgana. Takdir sua telah terlampir dalam catatan sakral malaikat di lauhul mahfuz. Ia telah menemukan bahu untuk bersandar. Ialah punuk yang terbang menuju bulan. Tiadalah lagi batas baginya menuju ruang kerinduan. Tabir cinta teranglah sudah. Dia tak melihat lagi kepura-puraan dimatanya. Senyum dan sorot matanya, gerak tubuh dan suaranya. Yang terlihat hanyalah ketulusan mendalam dari insan yang dijanjikan.

Ingin ku simpan rindu berlebih. Agar tak patah oleh seutas temu.

...
silahkan nikmati tulisan kami yang lainya,,, terimakasih!


Facebook Komentar
5 Blogger Komentar

5 komentar

Bang, good bang.

ijin baca bang.

Saya saya suka dengan filsafat, kunjungi juga blog saya rajacahayaislam.blogspot.co.id

siap gan..jangan bosan mampir ya :)


EmoticonEmoticon