Etika Filosofis
Membangun sebuah peradaban manusia
yang ideal pada hakikatnya adalah pengembangan watak dan karakter yang
berkepribadian dari sisi intelektual, spiritual, emosional yang dilandasi oleh
etika. Dunia islam abad klasik adalah sebuah peradaban renaisens bagi umat
islam yang hanya sebagai masa lalu yang
hidup didalam ingatan para golongan tertentu. Namun kini rotasi bumi kian
bertambah cepat didalam putaran tawaf tatasurya
meninggalkan semua perilaku
manusia sejarah yang sangat etis, matahari memancarkan cahaya sebuah peradaban
baru yang mengesampingkan pentinganya kehidupan beretika. Sabda para ilmuwan
hanya mementingkan pencapaian filosofis didalam lingkaran ilmu pengetahuan.
Pentingnya etika kehidupan hanya sebgai pelengkap dialam sejarah sebuah
peradaban.
Abad modern seakan menggambarkan
kehidupan kaum Sparta yang di belenggu oleh kebiadaban dan kesengsaraan, hanya
mementingkan sebuah kemenangan dalam peperangan mereka hidup pada peradaban
yang tidak mengenal etika. Di abad ke-19 Charles Darwin dengan teorinya yang
sangat monumental adalah salah satu pemicu terjadinya peperangan di abad ke-19 yang
menjadi peradaban sangat mengerikan dalam sepanjang sejarah umat manusia,
menewaskan 55 juta jiwa termasuk para warga sipil. Belum lagi kita melihat
sejarah dari dua manusia bersaudara yang dikenal dengan ketegasan dan
keganasannya dalam meminpin sebuah Negara, menjadi tokoh utama di abad ke-19
dalam memerangi manusia. Disatu sisi mereka juga meminpin sebuah organisasi
yang sangat terkenal yaitu Nazi dan Fasis. Meskipun ada sejarah yang mengatakan
Hitler sebagai pemimpin Nazi pernah berteman dengan umat muslim untuk memerangi
kapitalisme.
Betapa pentingnya etika sehingga
Socrates rela mengakhiri hidupnya dengan meminum racun, karena teorinya yang di
anggap bertentangan oleh sebagian kaum
dengan paham-paham gereja. Sebuah peristiwa yang sangat menyedihkan bagi Plato
ketika melihat gurunya mengakhiri
hidupnya. Namun pada akhirnya setelah kematian Socrtaes masyarakat pada waktu itu
banyak yang mengikuti ajaran yang di bawanya, karena dia menyebarkan teorinya
dengan penuh etika dan secara rasional. Betapa pentingnya etika bagi seorang
filosof dalam menyampaikan sebuah pemikiran atau gagasannya, sehingga manusia
tidak mengabaikan dan menafikan
pemikiran tersebut. Bahkan tuhan menghukum manusia yang tidak beretika,
sepertihalnya Adam karena perilakunya
yang dianggap tidak beretika sehingga dia dikeluarkan dari surga. Jadi
sudah sepatutnya bagi manusia-manusia yang tidak beretika harus di genosidakan
karena sudah menjadi potensi yang terwariskan secara turun-temurun dari Adam.
Peranan etika didalam putaran roda kehidupan merupakan suatu pembimbing menuju
kebahagiaan hakiki. Etika didalam aturan agama akan mebimbing manusia dalam
membumikan sifat-sifat ketuhanan. Karena pada dasarnya manusia memiliki sifat
ketuhanan dan merupakan cerminan dari eksistensi tuhan, etika merupakan sarana
menuju puncak spritualitas dan melepaskan jiwa dari alam jasadiah yang majemuk.
Karena sesungguhnya kebahagiaan hakiki menurut Mulla Shadra adalah terlepasnya
jiwa dari alam jasad (mati).
Mengenai masalah etika yang
merupakan pembimbing menuju kebahagiaan. Betapa perlunya (wajib) peranan etika
menjadi cover dalam kehidupan bangsa
Indonesia, sehingga bangsa ini tidak lagi dikatakan sebagai bangsa yang sangat
filosofis. Sebuah fenomena alam yang sangat mengherangkan, bangsa yang besar
dan kekayaan alam yang melimpah, namun hanya sebagai korban dunia modern. Gambaran betapa butanya bangsa ini akan
pentinnya etika dalam mengarungi kehidupan.
Itulah yang menjadi ironi diatas ironi, serba teknologi namun
menafikan perilaku yang membimbing menuju kebahagian. . . . . . .