Rabu, 01 Juli 2015

Etika Filosofis

Etika  Filosofis
Membangun sebuah peradaban manusia yang ideal pada hakikatnya adalah pengembangan watak dan karakter yang berkepribadian dari sisi intelektual, spiritual, emosional yang dilandasi oleh etika. Dunia islam abad klasik adalah sebuah peradaban renaisens bagi umat islam yang hanya sebagai masa lalu  yang hidup didalam ingatan para golongan tertentu. Namun kini rotasi bumi kian bertambah cepat didalam putaran tawaf tatasurya  meninggalkan  semua perilaku manusia sejarah yang sangat etis, matahari memancarkan cahaya sebuah peradaban baru yang mengesampingkan pentinganya kehidupan beretika. Sabda para ilmuwan hanya mementingkan pencapaian filosofis didalam lingkaran ilmu pengetahuan. Pentingnya etika kehidupan hanya sebgai pelengkap dialam sejarah sebuah peradaban.

Abad modern seakan menggambarkan kehidupan kaum Sparta yang di belenggu oleh kebiadaban dan kesengsaraan, hanya mementingkan sebuah kemenangan dalam peperangan mereka hidup pada peradaban yang tidak mengenal etika. Di abad ke-19 Charles Darwin dengan teorinya yang sangat monumental adalah salah satu pemicu terjadinya peperangan di abad ke-19 yang menjadi peradaban sangat mengerikan dalam sepanjang sejarah umat manusia, menewaskan 55 juta jiwa termasuk para warga sipil. Belum lagi kita melihat sejarah dari dua manusia bersaudara yang dikenal dengan ketegasan dan keganasannya dalam meminpin sebuah Negara, menjadi tokoh utama di abad ke-19 dalam memerangi manusia. Disatu sisi mereka juga meminpin sebuah organisasi yang sangat terkenal yaitu Nazi dan Fasis. Meskipun ada sejarah yang mengatakan Hitler sebagai pemimpin Nazi pernah berteman dengan umat muslim untuk memerangi kapitalisme.


Betapa pentingnya etika sehingga Socrates rela mengakhiri hidupnya dengan meminum racun, karena teorinya yang di anggap bertentangan oleh sebagian  kaum dengan paham-paham gereja. Sebuah peristiwa yang sangat menyedihkan bagi Plato ketika melihat gurunya  mengakhiri hidupnya. Namun pada akhirnya setelah kematian Socrtaes masyarakat pada waktu itu banyak yang mengikuti ajaran yang di bawanya, karena dia menyebarkan teorinya dengan penuh etika dan secara rasional. Betapa pentingnya etika bagi seorang filosof dalam menyampaikan sebuah pemikiran atau gagasannya, sehingga manusia tidak mengabaikan  dan menafikan pemikiran tersebut. Bahkan tuhan menghukum manusia yang tidak beretika, sepertihalnya Adam karena perilakunya  yang dianggap tidak beretika sehingga dia dikeluarkan dari surga. Jadi sudah sepatutnya bagi manusia-manusia yang tidak beretika harus di genosidakan karena sudah menjadi potensi yang terwariskan secara turun-temurun dari Adam. Peranan etika didalam putaran roda kehidupan merupakan suatu pembimbing menuju kebahagiaan hakiki. Etika didalam aturan agama akan mebimbing manusia dalam membumikan sifat-sifat ketuhanan. Karena pada dasarnya manusia memiliki sifat ketuhanan dan merupakan cerminan dari eksistensi tuhan, etika merupakan sarana menuju puncak spritualitas dan melepaskan jiwa dari alam jasadiah yang majemuk. Karena sesungguhnya kebahagiaan hakiki menurut Mulla Shadra adalah terlepasnya jiwa dari alam jasad (mati).

Mengenai masalah etika yang merupakan pembimbing menuju kebahagiaan. Betapa perlunya (wajib) peranan etika menjadi cover dalam kehidupan  bangsa Indonesia, sehingga bangsa ini tidak lagi dikatakan sebagai bangsa yang sangat filosofis. Sebuah fenomena alam yang sangat mengherangkan, bangsa yang besar dan kekayaan alam yang melimpah, namun hanya sebagai korban dunia modern.  Gambaran betapa butanya bangsa ini akan pentinnya etika dalam mengarungi kehidupan.
Itulah yang menjadi  ironi diatas ironi, serba teknologi namun menafikan perilaku yang membimbing menuju kebahagian. . . . . . .



Facebook Komentar
0 Blogger Komentar


EmoticonEmoticon