Minggu, 26 Juli 2015

Fundamentun Memandang Antroposentris


Fundamentum memandang Antroposentris.
sebuah radikal dilema.
sebuah Esai hasil baca dari buku Sesudah Filsafat
.Ignatius loyola ( 1491-1156). pendiri serikat Yesus .mengeluarkan Azaz Fundamentum yang terdapat pada latihan Rohani nomor 23. beginilah bunyinya: Manusia diciptakan untuk memuji , menghormati serta mengabdi Allah Tuhan kita, dan dengan demikian menyelamatkan jiwanya. barang lain  diatas permukaan bumi diciptakan bagi manusia, untuk menolongnya dengan mengejar tujuan ia diciptakan. maka manusia harus mempergunakan, sejauh itu menolongnya mencapai tujuan tadi, dan melepaskan diri dari padanya, sejauh itu merintanginya. Sebab itu kita perlu mengambil sikap lepas bebas terhadap segala barang ciptaan, asal itu terserah pada kemerdekaan kehendak bebas kita, lagi pula bukan hal terlarang. begitulah Hingga dari pihak kita tidak menghendaki kesehatan melebihi sakit, kekayaan melebihi kemiskinan, kehormatan melebihi penghinaan, hidup panjang melebihi hidup pendek, dan begitu seterusnya mengenai hal lain. kita melulu akan menginginkan dan memilih apa yang lebih membimbing kearah tujuan kita diciptakan. 




Teori Fundamentum lebih jauh mengatakan " manusia itu bukan untuk dunia. tetapi dunialah untuk manusia." dikutip dari buku ( sesudah Filsafat ). teori ini menunjukkan. bahwa tujuan hidup Manusia hanyalah fokus untuk memuji dan menyembah Tuhannya. sementara posisi dunia hanya menjadi sebuah alat untuk membantu eksistensi manusia dalam memuji Tuhannya. jika alat itu ternyata tidak membantu manusia dalam eksistensinya memuji Tuhannya maka dia berhak bahkan harus meninggalkan alat itu.
Teori Fundamentum lebih lanjut mengatakan. dunia dan manusia adalah sama sama ciptaan. tetapi manusia dalam hal ini berbeda dari hal-hal lain yang ada di dunia. manusia diciptakan untuk memuji Penciptanya. sedangkan ciptaan yang lain diciptakan untuk membantu manusia memuji penciptanya. lalu siapakah manusia yang disebut oleh Fundamentum itu?. seorang Karl Rahner menjawabnya dalam bukunya Einubung priesterlicher Existence ( dikutip dari buku Sesudah filsafat, essai G.P Sindhunata). Rahner mengatakan, manusia yang dimaksud oleh Fundamentum itu bukanlah manusia pada umumnya, tetapi "aku" atau "pribadiku" ini. Memang ada manusia lain seperti aku. tetapi Fundamentum tidak berbicara sola manusia yang lain seperti aku, melainkan tentang aku. Kalau tidak demikian, jika yang dimaksud adalah manusia pada umumnya, maka pengertian "hal hal lain diatas dunia" tidak mempunyai tempat dalam Fundamentum. Dengan kata lain, jika manusia itu adalah aku. maka manusia-manusia selain aku mesti "diundurkan atau dimasukkan" dalam daftar "hal-hal lain" yang perlu diacuhkan. sebab sama dengan "hal-hal lain" manusia yang selain aku bisa membantu tetapi juga bisa menghambat aku dalam menjapai tujuanku diciptakan

Seperti itulah pandangan Antropsentris yang radikal dari Fundamentum. Manusia itu justru karena ia adalah aku, maka ia adalah einmalig ( suci ), satu satunya dan tiada duanya. Manusia lain bisa menjadi penghalang bagi aku untuk menjadi einmalig. artinya selain aku dapat membuat aku menyimpang dari tujunku diciptakan. kalaupun ia membantu, ia juga tidak boleh meniadakan ke einmalig-anku. Artinya, ia harus membantu aku untuk meraih tujuanku diciptakan. Maka akhirnya, satu-satunya pasanganku hanyalah Tuhan, karena hanya pada Dia akhirnya aku harus mempertanggungjawabkan ke eimaliganku. hanya dalam dialog dengan Dia, aku menjadi tahu, mengapa aku ini harus diciptakan. karena itulah aku harus menerima kesepianku dengan Dia. karena hanya dengan Dialah ke einmaliganku tercapai. Tetapi juga dalam Dia, yang menciptkan aku dalam keinmalganku itu, maka aku bisa menanggung kesepian itu. dikala kesepian itu menjadi sebuah beban yang sedemikian berat buat aku. Dialah yang "menyudutkan" aku dalam kesepian dan kesendirianku. tetapi Dia pula yang menjadi pengungsian bagi kesendirian dan kesepianku itu.Dan itulah radikalitas dari sebuah Fundamentum bukan manusia lain tetapi akulah yang harus bertanggung jawab terhadap ciptaan ini.selanjutnya, aku adalah ciptaan itu berarti, bahwa aku terbatas, dan tahu akan keterbatasanku. aku tidak mungkin melampaui keterbatasan itu. Kendati demikian, aku ini ada, dan adaku bukan sekedar maya atau kesemuan belaka . juga yang ada pada aku bukanlah kesia-sia an belaka. Tetapi aku ini terbatas. Dan karena keterbatasan itulah mau tidak mau akau harus pergi dari diriku. ini artinya jalan yang lurus itu adalah dalam diriku.  dan jalan itu menuju kepada Tuhan yang sesuai dengan pengalamanku. Aku memiliki ketidakterbatasan atau sebuah kebebasan yang Absolut. maka aku harus menuju dan menyerahkan diri pada-Nya yang memiliki ketidakterbatasan dan kebebasan yang Absolut itu.

Facebook Komentar
0 Blogger Komentar


EmoticonEmoticon