Rabu, 01 Juli 2015

Rohingya. makna perdamaian.




ROHINGYA

Ketika agama cinta berubah menjadi cinta agama. Keharmonisan tergerus oleh hegemoni permusuhan. Selain Tuhan tunggal. Tuhan yang lain tak ingin di“Ika”. Manusia yang inlander terhadap Agama. Akan berubah menjadi Qabil Radikal lalu Anarkisme yang berujung pada Sadisme.
Terdengarlah dengan suara lantang. Pengungsi Rohingya menepi di Aceh setelah terombang ambing mengikuti arah angin selama beberapa bulan. Mereka adalah korban dari penyembahan agama yang di politisi. Mereka adalah korban dari genosida 969 bikhsu Ashin Wirathu. Sedih nadi jantung mendengar suara lantang itu. Adakah streotipe di Islam bisa diluruskan. Islam di streotipekan dengan sebutan Agama kekerasan atau agama teroris yang mesti di genosidakan. Dari setiap kelakuan dan kejadian kotor yang dialamatkan dari agama Islam.
Hampir disemua tempat. Hampir disemua budaya. Islam terkenal dengan streotipenya itu. Memang kejadian Faktual-faktual tidak bisa dipungkiri semakin menyudutkan Islam. Di Irak dan Syriah kita saksikan ada Isis dan Al qaeda. Di Nigeria ada Boko Haram. Di Somalia ada As shabab.
Namun Islam tak bisa di anak tirikan sebagai agama satu-satunya yang radikal. Kejadian Rohingya memfaktualkan bahwa semua agama memiliki radikal.  Di Myanmar ada kelompok Budha 969. Di Amerika ada kelompok fundamentalis radikal agama Kristen seperti David Fores dan Tim Veigh. Di Jepang juga kelompok radikal Aum Shinrikyo. Di Norwegia ada Andres Breivik. Maka kemudian kekerasan yang berdalih agama jangan hanya digulirkan kepada satu agama saja. Dalam hal ini Kristen ataupun Islam. Artinya Virus radikal yang sadisme menjangkit kesuluruh tubuh Agama.
Menyangkut masalah yang terjadi di Rohingya. Masalah yang mengatasnamakan Agama amat sulit untuk diselesaikan bila perlakuan itu didukung langsung oleh Negara. Pembiaran angkatan bersenjata terhadap genosida yang dilakukan oleh kelompok 969 itu tidak akan pernah berhenti jika Negara yang bersangkutan tidak turun tangan. Hal ini bisa menajdi sebuah tanda pelajaran agar mematikan niat sadistis yang beralasan radikalis sejak dini. Karena terorisme bukan hanya urusan agama tapi ini adalah urusan Negara.
Setelah mendengar suara lantang akan nasib manusia Rohingya. Kita sebagai manusia yang beradab jangan cepat berkesimpulan untuk membalas dendam kepada kelompok yang obskurantisme tertentu. Semua agama memiliki unsur Cinta. Hanya saja Cinta itu terkungkung saat Radikal Agama berteriak. Cintapun buta oleh permusuhan. Maka sebagai islam yang hanif. Kita jadikan peristiwa Rohingya sebagai pelajaran untuk tidak beradikal anarkisme yang sadisme. Tapi boleh Radikal  fundamentalis yang moderat. Marilah kita beragama cinta. Bukan cinta Agama.

Facebook Komentar
0 Blogger Komentar


EmoticonEmoticon