Senin, 31 Agustus 2015

Puisi Dunia Teolibidosophy


PUISI
Dunia Teolibidosophy
M’r


Di dunia Teosophy
Kau buatkanku dunia.
Kau berikanku makan.
Kau berikanku minum.

di dunia Technosophy
 aku merusak.
dan aku menghancurkan.
dan aku membuang.

di dunia Libidosphy.
malah aku bergerak sendiri.
membunuhMu. Menuhankan hasrat.
melupakanMu. MalawanMu.
dan dunia tak bisa terlipat lagi.
kecuali mengulang dari lipatan awal.
aku menuju dunia baru.

Dunia Teolibidosophy.
Dimana Kau membuat, aku membuat. dan kita merawat.
Dimana Kau berikanku makan, aku memakan. Dan kita kenyang sama-sama.
Dimana Kau berikanku minum, aku meminum, Dan kita segar lama-lama.
Dunia Teolibidosophy. Penuh sarat.
dunia akhir. dunia pra judgment day.
Dunia wayout.
Read More

Teori Tentang Cinta, Sebuah Filsafat Cinta

Filsafat Cinta.Cinta, Apa itu cinta? pertanyaan mendasar, adakah di antara kita yang dapat menjawab apa itu cinta? Ok sebelum menjawab apa itu cinta, mari kita membahas efektifitas Cinta dalam kehidupan sehari-hari.

Efektifitas Cinta


Ketika anda lapar, haus ataupun anda membutuhkan sesuatu lalu anda putuskan untuk mencari hal itu, namun di suatu tempat anda menemukan hal itu, dan hanya ada di tempat itu, dan lagi ternyata Harganya sangat mahal dan tentunya di atas standar, ketika anda perhitungkan dengan uang yang ada di dompet anda dan ternya pas tidak kurang dan lebih dan di lain sisi ada kebutuhan untuk esok hari, Apa yang akan anda Putuskan? membelinya atau menahan Rasa Lapar anda, Haus anda atau apapun yang sangat anda butuhkan saat itu?

Yakin dan percaya tanpa banyak berfikir anda akan membeli hal tersebut, Mengapa??? karena ada Hasrat.
Sudah dapat kata kunci yang penulis selipkan dalam analogi cerita di atas tentang efektifitas Cinta? kalu belum baca kembali, kalau belum juga silakan berkomentar, kalau belum juga, berproses lah.

Saya kira sudah bisa menangkap makna yang penulis selipkan di atas, ok kita lanjut ke komponen-komponen untuk menjadi cinta

Atribut Cinta


Apakah yang penulis maksud disini adalah Cinta terhadap Lawan jenis? Sungguh sayang anda salah kamar, karna istilah cinta di tulisan ini bukan cinta sebatas Lawan jenis namun Cinta Universal. Ok, jadi atribut yang di butuhkan agar menjadi Cinta apa? mengerti istilah saya? jika tidak saya perjelas di paragraf di bawah ini, dan jika sudah jelas silakan lewati paragraf di bawah ini

Atribut cinta atau sesuatu yang di butuhkan cinta agar dirinya di katakan cinta, atau istilah penulis adalah Eksistensi, sebenarnya kata eksistensi itu sendiri penulis kurang tau definisinya secara formal, namun selama perjalanan penulis di filsafat, paham saya tentang Eksistensi itu adalah Sesuatu yang membuat Eksis dari hal itu (Tensinya). Contoh kecil seperti DNA yang terdiri dari kode-kode yang membentuk sebuah program bagaikan perintah CMD di Windows Dekstop, namun tentu saja ada Penulis dan ada Pembaca. "Tulisan akan eksis jika ada pembaca" mengerti? lanjut

Jadi apa yang dibutuhkan Cinta untuk menjadi cinta? saya akan memberikan sebuah pertanyaan yang akan menerangi anda...
Bedanya Hati dan Akal apa? Jawab yang jujur.

....
.
....

....

Anda sudah menjawab? Jika jawaban anda mempunyai perbedaan, entah apa jawaban anda jika masih membedakan kedua hal ini maka itu bukan cinta, Jika masih berpendapat bahwa ada yang mencintai dan di cintai, ada aku dan kamu, maka itu bukan cinta.

Lalu apa yang dibutuhkan untuk menjadikan cinta itu cinta? Tidak ada. anda hanya di permainkan dengan tulisan-tulisan di atas, sama halnya anda hanya di persulit oleh konsep-konsep, anda hanya tidak percaya kepada diri sendiri. Andaikan anda percaya kepada diri anda, saya yakin anda tidak akan pusing dengan tulisan saya.

Cinta tidak untuk di katakan, di tuliskan, di banggakan atau di publikasikan. Cukup hayati prosesnya dan tunjukan dengan langkah anda.

Bagaimana cara menghayti proses cinta itu sendiri? jawabannya sudah cukup jelas di dua paragraf di atas paragraf ini. Lalu kita kembali ke pertanyaan sebelumnya, Apa itu cinta? lalu kita hadirkan lagi suatu pertanyaan "Masihkah kita akan menjawab pertanyaan tersebut?" atau mungkin anda berharap penulis akan membuat teori-teori ataupun konsep-konsep yang akan menjelaskan tentang Cinta itu sendiri? Jika anda belum mengerti baca paragraf 3 dari atas.

Lalu apakah maksud penulis disini adalah tak ada definisi untuk cinta atau sekiranya teks yang dapat mewakili kata cinta tersebut? Yang anda harus pahami adalah keterbatasan manusia yang ingin mentransmisikan alam mentalnya ke dalam alam lahiria. itulah keterbatasan alamiah manusia, terkadang penulis suatu tulisan berbeda dengan apa yang ada di alam mentalnya, karena sebelum menulis sudah terjadi konflik dalam sebuah alam idea.

Jadi apa itu cinta? Kita hidup dan kita sadar bahwa kita berada di alam material dan cinta itu adalah inmaterial, mungkinkah kita melihat inmaterial dari alam material? atau kita ubah pertanyaannya mungkinkah sesuatu yang tak hidup membentuk sebuah kehidupan secara kebetulan? (Sindir teori Evolusi)

Jika jawabannya Mungkin, maka kurang tepat, jika tidak maka kurang benar. Jadi apakah tidak ada kebenaran absolut tentang sebuah penjelasan mengenai cinta? untuk lebih jelas, coba perhatikan gambar di bawah ini.

Cinta


Jika di perhatikan Gambar di atas maka kita akan mendapatkan Dualitas dari Manusia, dimana indrawi terletak pada huruf A, dan yang metafisika adalah C, B adalah Pertemuan di antara kedua tersebut. Itu artinya bahwa Jiwa ataupun Raga saling berpengaruh atau satu kesatuan. Raga berada pada warna hitam, hitam disini kita anggap saja sebagai dunia yang nampak, dan putih adalah dunia yang tidak tampak.

Mengerti maksud saya? semoga mengerti, kita lanjut.
Tidak semua dari yang A mampu di tangkap oleh yang C, dan tidak semua yang C bisa di tangkap oleh yang A, namun B adalah penghubung antara dua hal ini, kita sebut saja B adalah Akal Budi, akal budi yang saya maksud disini adalah akal dan rasa, Hati dan Pikiran jadi tidak ada pembeda di antara kedua ini yang saya tempatkan pada huruf B, jadi mampuka bagian A menjelaskan bagian C? atau kita maknakan mampuka kita menjelaskan cinta (C) saat kita berada di alam A?

Pusing dengan penjelasan saya dengan metode ilmiah para saintis? Jika anda pusing ok saya akan menjelaskannya dengan sudut pandang yang berbeda. Bagaimana kita tau bahwa dunia ini berasal mula? sedangkan kita tentunya tidak berada ataupun tidak berkesadaran saat penciptaan itu terjadi? lalu bagaiaman cara manusia sebagaian berpikir demikian? atau kita sederhanakan apakah Tuhan itu obyek? kita kembalikan lagi apakah cinta itu obyek?

Jadi apakah kesimpulan saya disini bahwa Cinta itu tak terdefinisikan? tidak juga, coba perhatikan gambar di atas sekali lagi.atau coba perhatikan gambar di atas tanpa warna selain hitam dan putih. Biarkan Putih mengisi hitam dan hitam mengisi putih.adanya Putih karena adanya hitam, dan begitu pula sebaliknya. Anda adalah Cinta itu sendiri. Jika anda merasa tercerahkan tentang cinta setelah membaca tulisan ini, Anda salah besar, masih jauh dari hakikatnya karena tulisan ini hanya sebuah Teori yang sangat terbatas.

Theory Of A-Filsafatisme Filsafat Cinta
Read More

Minggu, 30 Agustus 2015

Puisi Manusia Magnum Opus


Puisi
Manusia magnum opus
M’R

Kalau kau bilang aku.
Anjing gila.
maka biarkan aku terus mengonggong.

kalau kau bilang.
aku sinting.
maka biarkan aku sinting dalam kewarasanku.

kalau kau bilang
Aku sakit
maka biarkanlah aku sakit untuk sembuh.

kalau kau bilang aku.
Orang aneh.
maka biarkan aku aneh demi keautentikanku.

kalau kau bilang.
Aku tersesat.
maka biarkan aku tersesat dijalan yang benar.

kalau kau bilang.
Aku kafir.
maka biarkan aku kafir dalam keislamanku.

kalau kau bilang.
Aku kesetanan.
maka bairkan aku kesetanan dalam kemalaikatanku.

kalau kau bilang.
Aku Kesurupan.
maka biarkan aku kesurupan oleh Jin Philein.

kalau kau ingin
Mencaciku.
cacilah aku karena pedulimu.

Kalau kau ingin.
memukulku.
pukullah aku dengan tangan tuhanmu.

kalau kau ingin.
meracuniku.
racunilah aku demi kesucianku.

kalau kau ingin
membunuhku.
Bunuhlah aku demi kesempurnaanku.

kalau kau ingin.
mematikanku.
matikanlah aku demi capaian klimaks kehidupanku.


Tapi jika
kau menyenangiku.
maka biarkan kita berpelukan dalam dekapan cinta.

Tapi jika
kau memujiku.
maka marilah kita memuji sang kebenaran.

Tapi jika.
kau ingin berciuman denganku.
maka marilah kita berciuman untuk pra orgasme Shopien.


Tapi jika.
kau ingin bersex denganku.
maka marilah kita bersex plural untuk aku dan kamu menjadi kita.


Tapi jika
kau hanya ingin berguru.
bergurulah kepada kehidupan.


Tapi jika.
kau hanya ingin mendengarkanku.
maka dengarkanlah ayat-ayat cintaku.


Tapi jika.
kau ingin sepertiku.
maka bunuhlah dirimu.
maka bunuhlah tuhanmu.
miliki diri baru.
miliki tuhan baru.

Read More

Sabtu, 29 Agustus 2015

Puisi Manusia Autentik



MANUSIA AUTENTIK

aku adalah aku
 kamu adalah kamu
aku berjalan dengan kaki aku.
bukan dengan kaki kamu.
biarkanlah aku menjadi aku.
dan jangan kamu memintaku menjadi kamu.
biarkan aku bebas.
dan kamu terkurung.
aku ada untuk aku.
bukan untuk kamu.
jika kamu ingin menjadi aku.
kamu tetaplah kamu.
tapi jika aku ingin menjadi kamu.
maka aku bukanlah aku.
Dia hanyalah aku.
aku untuk Dia bukan untuk kamu.
karena aku autentik
dan kamu inautentik. 
Read More

Jumat, 28 Agustus 2015

Puisi Dia Ada, Omong Kosong


Tidak, Bukan Dia.
Dia tidak lah Dia.
Dia tak pernah Dia.


 Aku adalah  Aku.
Aku bukanlah Mereka.

Tapi
Adakah Dia Ada.
Dan Adakah Ada mengada

jadi dimanakah kemana.
lalu apa menjadi bagaimana.

tidak untuk siapa.
tapi siapakah siapa.?

Lalu Adakah Tanya ditanya.
pasti tak jawab.
 Sebab Jawab akibat Tanya.

Sudahlah.
membingungkan. omong kosong.
karena omong kosong adalah Dia.
Dan Bingung adalah aku.



Read More

Kamis, 27 Agustus 2015

Puisi Negeri Para Kaum Bedebah, Bukan Indonesia



Negeriku yang usang.
Jaring laba-laba berkelambu disudut pengadilan.
Dan para politkus bertopeng
berbicara diruang sidang.
dan Paripurna sudah menjadi Kandang kambing.

Apatah lagi. Ah.
Negeri para kaum bedebah.
Semuanya hanya Sampah.
kekacauan aaaah. sudah Bertambah-tambah.
menjadi duri didalam tubuh garuda yang sakit parah.
dan Sayapnya yang gagah.
sudah lama patah.
Pancasila hanya sekedar Sumpah.
Dan hukum tak lagi memandang yang salah.
Yang Kaya berpoyah-Poyah.
dan Simiskin hanya bisa pasrah.

Dimanakah Negeri Kita.?
Negeri yang harum namanya itu.
Negeri para kaum Bedebah. Bukan Indonesia.
Tapi itu hanya negeri syaitan yang berakar didalam negeri para malaikat.
Masih Ragu. Kuyakin masih ada kaum yang bermata jernih.
Siap melawan para kaum bedebah yang sedang tertawa.

Aku dan Kamu
dan dia.
dan Kita
dan mereka.
dan semuanya.
kitalah para malaikat itu.
Sipenerus bangsa.
Tongkat pemukul syaitan.
sudah ada ditangan kita.
Read More

Rabu, 26 Agustus 2015

Tuhan itu maha KEPO





Selalu seperti ini. Pagi hari yang menyebalkan. Aku terlalu membiasakan diri untuk bermalas malasan dihari minggu. Ibuku selalu bekerja keras untuk membangunkanku. Kadang ia harus bersuara agak keras. Padahal aku tahu ibuku berwatak seperti kapas begitu lembut. Tapi ibuku sadar juga. Aku harus dibangunkan demi kepatuhan terhadap peraturan Tuhan. Yaitu mendirikan sholat Subuh.

Aku terbangun setelah ibuku, katanya,menggoyangkan tubuhku tiga kali dan meniup telingaku dengan sebuah mantra. Entahlah. Tapi nampaknya mantra itu tak terlalu manjur. Atau telingaku yang mungkin terlalu sempit lubangnya. Hingga mantra ibuku yang masuk kedalam telingaku hanya sebagian selebihnya tak tahu jalan dan akhirnya tersesat menuju perutku. Ah dasar.

Mataku masih berat. Aku masih betah dengan mimpiku yang menghadirkan seorang gadis yang selama ini menjadi primadona disekolahku. Tapi suara lenting adzan yang khas membuatku terbangun dan gadis itu menghilang. aku terbangun bukan karena adzan itu terdengar merdu. Sebaliknya, sangat fals dan terlalu banyak cengkoknya. Mungkin kalau aku adalah mas Anang maka akan kukatakan “ kalau aku sih no”. Tapi aku tidak ingin terlalu banyak mengejeknya karena yang adzan itu adalah kakekku sendiri.

Aku berhasil melawan godaan iblis. Aku berhasil mendirikan sholat subuh berjamaah dimasjid. Meski aku tadi goyah sebanyak satu rakaat. Gadis yang kuimpikan tadi kembali hadir. Yah aku tertidur lagi pas ketika aku sholat subuh pada rakaat pertama. Tapi aku untungnya terbangun lagi setelah hampir terjatuh. Untung saja mataku terbuka pada saat imam akan rukuk. Kalau tidak aku pasti akan menanggung malu ketahuan tertidur ketika sholat.

Aneh, aku merasa sholat subuh ini sangat singkat. Rasanya sholat subuh yang kujalankan ini cuman sebanyak satu rakaat padahal yang aku dengar dari ibuku dan memang seperti biasanya sholat subuh itu dilaksanakan sebanyak dua rakaat. Tapi ia, aku tidak salah. Sholat subuh dihari minggu ini cuman satu rakaat saja. Dan aku yakin pak imam pasti keliru.

Aku sudah tahu jawabannya. Siapa yang keliru dan sholat subuh tetap berjumlah dua rakaat dan pak imam sebagaimana biasanya mengikuti aturan itu. Ibuku menahan marahnya dan mungkin bercampur rasa malu terlihat dari wajahnya yang memerah. Dia ingin berucap tapi ditahan. Karena tak kuat untuk menahannya ibuku berpaling dariku dan berjalan menuju dapur. Aku sekarang sudah tahu apa salahku.



Pintu rumah terbuka. Kakekku mengucapkan salam. Ibuku kembali duduk dihadapanku. Dan sekarang dengan wajah yang kembali memutih. ibuku sudah bisa mengendalikan amarahnya. Dan dia mulai memberikan nasihat. Sebelumya kakekku juga ikut duduk disampingku.

“lain kali kamu harus tidur cepat biar kamu bisa bangun cepat. Agar kamu semangat melaksanakan sholat subuh. Jangan seperti tadi. Ibu harus mengatakan ini. Karena kamu sekarang sudah remaja. Dan kamu harus tahu. Allah selalu mengawasi kita. Lain kali jangan kamu ulangi”

Setelah itu ibuku kembali berdiri dan menuju dapur kembali untuk menggoreng sangagara. Sedangkan aku melihat kakekku sedang memikirkan sesuatu. Mungkin dia bingung dengan kesalahan yang aku perbuat hingga membuat ibuku marah.

“Uak. Apakah benar bahwa Allah mengawasi semua pergerakan kita?” Aku mengajukan pertanyaan yang membuat kakekku membelalakkan matanya. Aku tahu dia terkaget tapi sesaat kemudian dia tersenyum.

“ Memangnya apa salahmu anak. Sampai-sampai kau buat ibumu marah. Ceritakanlah?” kakekku malah balik tanya.

“ aku tadi tidur uak. Waktu Subuh berjamaah dimasjid. Aku ternyata tertidur selama penuh satu rakaat. Dan baru terbangun ketika pak imam sudah rukuk pada rakaat kedua.”

“hahahahaa” kakekku dengan sangat senangnya dia tertawa memperlihatkan giginya yang masih lengkap.

“ sekarang kamu ulangi sholatmu anak. Ambil air wudhu dan sholat dikamarmu. Kali ini jangan sampai tertidur lagi?”

“tapi uak. Matahari sudah terbit.”

“tidak apa-apa kamu sholat saja. Allah pasti akan mengerti. Sekarang kamu pergi sholat setelah itu uak akan menjawab pertanyaanmu”

“iya kah uak. Kalau begitu aku sholat dulu?” entah dari kitab Fiqih manakah Kakekku mengambil pegangan. Bahwa sholat subuh masih bisa dilaksanakan pada saat matahari terbit. Tapi terserah saja. Katanya Allah pasti mengerti.

Dan kali ini aku sudah sepenuhnya memberikan kekalahan telak untuk iblis yang selalu hampir berhasil menggodaku. Tapi aku selalu berhasil menahan dan berusaha memberontak. Dan akhirnya sohal subuhku atau kali ini mungkin bisa dikatakan sholat SUDAH(subuh diwaktu Dhuha).

Aku mendapati kakekku masih duduk ditempatnya. Namun kali ini secangkir kopi dan sepiring sanggara sudah terhidang dihadapannya. Dan aku dengan cepat meraih satu potong sanggara dan duduk dihadapan kakekku.

“ Sekarang jawablah pertanyaanku uak. Sekaligus pertanyaan tadi malam.”

“sabar dulu. Satu-satu. Tapi sekarang habiskan dulu sanggara’mu. Dan setelah itu.”

“ apa? Uak akan menjawab pertanyaanku?”

“ nanti. Temani uak kepasar anak. Kita pergi menjual durian. Setelah itu.”

“uak akan menjawab pertanyaanku?”

“ sabar. Setelah itu ya kita pulang. Lalu.”

“ah uak. Lalu apa? Kapan uak akan menjawab pertanyaanku?”

“ lalu kita mandi dan makan siang. Setelah itu”

“ah sudahlah uak.”

“ hahahaha. Kamu ikut uak saja. Nanti uak akan memberikan jawabannya.”

Dibawah matahari yang sejuk. Dengan sapeda singking tua milik kakekku. Kami berjalan menuju pasar sejauh satu kilo. Melewati jalan beraspal yang masih lowong. Lalu dengan kaki yang sudah panas akhirnya kami sampai di pasar Daya. Sebuah lapak milik kakekku disanalah aku duduk beristirahat sambil meminum segelas air putih. Sedangkan kakekku mulai menyusun duriannya dari yang terbesar keyang paling terbesar. Semuanya pasti terasa manis dan baunya yang khas mengundang hidung yang tak sedang influensa datang mendekat. Sebentar saja durian milik kakek hampir habis. Cuman tersisa satu.

“ Uak. Bagaimana kalau yang satu ini kita makan saja” aku tadi sudah lama menahan nafsu untuk memakan durian itu. Bak menhan nafsu ibis ketika sholat subuh tadi. Tapi nafsu untuk memakan durian ini terasal lebih berat.

“kalau begitu ambil saja anak. Kita makan sama-sama”

Dibawah lapak yang mengahalang teriknya matahari aku dan kakekku menyantap raja dari semua buah-buahan yang sangat manis. Ditengah-tengah kenikmatan menyantap durian itu. Kakekku berucap.

“ anak kau lihat orang orang yang berlalu lalang dihadapan kita” aku lalu melihat orang orang itu.

Dan kakekku sambil memakan sebeji durian melanjutkan perkataannya.

“ Kau liat semua kesibukan mereka” aku kemudian lebih memperhatikan dengan seksama.

“ kau pikir mereka bergerak dengan sendirinya. Siapakah yang memberikan mereka kesibukan itu. Masing masing orang memiliki kesibukan tersendiri dan kesibukan-kesibukan mereka saling terhubung. Mereka bergerak dibawah sebuah pengawasan yang sangat canggih anakku. Sebuah pengawasan yang merekam setiap detik yang mereka lewati. Karena jika tak ada pengawasan, maka tak ada keteraturan. Mungkin kesibukan mereka akan saling bertabrakan. Dalam satu waktu.  Mungkin kegiatan mereka akan berfokus pada satu tempat. Mungkin tanpa pengawasan. Hanya akan ada yang jahat. Dan hanya akan ada orang kaya. Dan mungkin tanpa pengawasan, kita akan berbuat sesuka akal.” Aku menyimak baik baik perkataan kakekku. Dan aku semakin bertambah penasaran.

“ lalu dengan apakah Tuhan itu mengawasi?” pertanyaanku yang keluar tiba tiba.

“ Dengan WahyuNya dan kemaha Pengawasaannya?”

“ benarkah Tuhan mengawasi kita, setiap detik, bahkan ketika aku bertelanjang dikamar mandi uak?”

“ Ia betul anak. bahkan Tuhan mengawasi semua yang akan kau pikirkan, yang kau pikirkan dan sesudah kau pikirkan. Maka dari itu jangan memikirkan sesuatu yang tidak kau harus pikirkan.”

“ saya masih bingung kek” sambil aku garuk-garuk kepala

“ dan kebingunganmu itu sedang diawasi oleh Tuhan.”

“ wah.?”

“Sekarang bereskan perlengkapanmu kita pulang”

Dengan beban pikiran yang agak sedikit berat aku dan kakekku pulang dengan berjalan lagi. Selama perjalanan aku bertanya-tanya lagi.

“kalau memang tuhan itu maha mengawasi. Kenapa Dia membiarkan kejahtan itu terjadi?”




Read More

Selasa, 25 Agustus 2015

Siapakah Dibalik semua ini?


Siapakah dibalik semua ini?

Saat Rammanga(awan komulunimbus) berbaris membentuk the giant wall diatas awan. Tiada seorang ibu yang tak khawatir dengan anaknya. Awan itu pertanda hujan paku nan turun membentur daratan. Dan sangat berisik ketika menghujam diatap seng rumah panggung penduduk desa Katambila.
Aku sedang asyik mempecundangi kawan-kawanku. Mereka telah kehabisan banyak baguli. Aku pitappa kalau soal bermain baguli. Dan setiap aku mengalahkan mereka. Ammah mereka selalu datang mencubit telingaku. Karena anak mereka mengadu soal kekalahan yang baru saja mereka alami.
Aku tertawa dengan wajah mereka yang sudah penuh dengan air mata. Kuejek mereka dengan membunyikan sekantong baju baguli. Dari pelukan ibu mereka. mereka berlima bermusyawarah dengan berbisik tidak jelas dan akhirnya mereka angkat bicara dengan kesepakatan untuk tidak mengikut sertakan diriku dalam permainan selanjutnya. Tentu itu tak bisa kuterima. Dengan retorika anggota DPR yang sering kusaksikan di TV. aku berhasil membujuk mereka untuk selalu mengikut sertakan diriku dalam setiap permainan baguli dengan catatan diriku mengalah ketika beguli yang kudapatkan sudah segenggam tangan orang dewasa. Sebuah politik yang cerdas.
Rammanga itu terdengar mual dan bergemuruh. Mengeluarkan pedang kilatnya. Dan aku tahu sebentar lagi ibundaku tersayang akan meninggikan suaranya, kuhitung satu sampai tiga.
Satu. Anak-anak cengeng itu mulai berjalan bersama ibunya tersayang. Lapangan belakang masjid mulai sepi. Dan para ibu secepat kilat meraih pakaian mereka yang sudah setengah kering.
Dua. Aku mendengar suara ban berdecit dari arah jalan tanah liat dipinggir lapangan. Itu suara sapeda singking milik kakekku yang baru saja pulang bersama rombongan kerbau bule dan hitamnya.
Tiga. “ Ammank” suara ibuku terdengar juga dari arah depan masjid. “pulangki nak. Hujanki” dari arah depan mesjid ibuku melambai kearahku. Dan aku tahu aku harus secepatnya berjalan kearah lambaian tangan itu. Kuperhatikan lapangan yang tadinya ramai dengan banyak suara, sudah mulai lapang. yang terdengar ramai kini suara Guntur yang menakutkan. Dan aku tahu kini saatnya untuk berlari kearah ibuku.
Dan seketika. Rammanga itu mengeluarkan pelurunya dan menembaki dataran desa katambila. Ammahku berhasil menggendongku hingga mencapai beranda rumah tanpa basah kuyup. Hujan begitu deras disertai angin yang bertiup kencang. Hanya sekelebat aku melihat ada pohon tumbang diseberang jalan. Karena ammahku sudah mengamankan tubuh kecilku didalam rumah. Hujan disertai guntur itu bergemuruh dan suaranya begitu keras sangking kerasnya aku tak bisa mendengar perkatan ammahku tetapi bisa kutebak. Ammahku berkata jangan kau keluar rumah. Petir bisa saja menyambarmu.
Dari balik jendela rumahku. Aku memperhatikan hujan deras yang jatuh membasahi pohon yang sudah tak bergoyang lagi. Angin kencang itu sudah kehabisan nafas. Dari arah belakang tubuhku kudengar suara langkah kaki kecil. Aku membalikkan badan. Tersaksikanlah seorang lelaki tua memakai sarung kotak-kotak. baju muslim putih dengan sebuah emblem tanda penghargaan kepahlawanan disangkutkan dibagian dada kirinya. dan sebuah kopiah bugisi lusuh menutup rambut putihnya. sambil membawa secangkir kopi hitam pekat. Berjalan mendekat kearahku. Itu adalah kakekku yang baru saja pulang dari sawahnya.
“ apa antu mae nuciniki anakku?” ucapnya dengan bahasa Makassarnya ketika duduk disampingku.
“Tenaja nenek?” jawabku tak bisa menjelaskan.
“ mae-maeko rinni mempo ri rampikku. nia ero kucaritakangko anak.” Ucapnya sambil memukul kursi yang ada disampingnya. Itu pertanda bahwa aku disuruhnya duduk disitu.
“ carita apa nenek” ucapku ketika aku sudah duduk disampingnya.
“ kau lihat hujan diluar. Dan apa kau juga mendengar Guntur itu bersuara. Dan kau lihat awan hitam itu. Siapakah yang membuat semua itu terjadi? Apakah mereka terjadi begitu saja. Tanpa ada sebab.” Ucapnya lalu meminum secangkir kopi.
Aku berpikir dengan keras. Pertanyaan itu begitu sulit. Dikelas tiga SD sambil mengantuk aku pernah mendengar guruku menjelaskan siklus hujan. Mulai dari penguapan dilaut, awan yang menampung semuanya. Dan kemudian terbawa oleh angin dan akhirnya turun hujan. Kurang lebih seperti itu. Tapi siapa yang mengatur semua itu. Tentu semua itu tak terjadi begitu saja. Pasti ada sebabnya.
“ bagaimana anak. Kau sudah tahu apa jawabannya?” ucap kakekku membuyarkan diriku dari pikiran yang begitu membingungkanku.

“ tena kuissengi nenek. Apakah nenek tahu jawabannya?” aku balik bertanya. Kakekku setahuku tidak pernah mengenyam pendidikan yang begitu disiplin. Kakekku sendiri yang pernah mengatakan kepadaku bahwa dia tidak pernah mengenal satupun siapa gurunya. Karena memang dia tidak pernah diajari oleh seorang guru. Tapi dari semua pertanyaan yang diajukannya itu adalah pertanyaan yang tidak pernah sedikitpun disinggung oleh guruku disekolah. Pertanyaan macam apa itu? Dan apakah jawabannya?. Aku sedang menunggu jawabannya. Dan wajah kakekku yang keriput penuh dengan kebijaksanaan begitu terlihat meyakinkan. Dan ia mulai menjawab.
“ kau tahu nak dibalik semua sesuatu pasti ada penyebabnya. Hujan menurunkan air, itu terjadi karena ada yang menurunkannya. Kilat itu menyambar-nyambar. Karena ada yang membuatnya menyambar nyambar. Dan Guntur itu bersuara keras dan menakutkan bukan karena penghuni neraka sedang dihukum. Tapi Guntur itu bersuara karena ada yang membuatnya bersuara. Semua hal yang terjadi dialam bukan terjadi begitu saja. Dia terjadi karena ada yang menjadikan.” Kata kata kakekku begitu membingungkan. Dia berhenti sejenak. Mulutnya mulai kering dan ia meraih cangkir kopinya dan meneguk kopi satu kali tegukan dan menyimpan kembali cangkir kopi itu ketempatnya semula. Dan ia menatapku dengan tatapan yang begitu teduh. Dan melanjutkan penjelasannya.
 “ nenek tahu ini pelajaran yang begitu membingungkanmu. Tapi umurmu sudah sepuluh tahun. Kau sudah harus menggunakan otakmu berpikir sesuatu yang harus dipikir. Meski orang orang awam mengatakan bahwa pertanyaan kakek adalah pertanyaan yang membuang buang waktu untuk membahasnya. Tapi untuk lebih lanjutnya aku akan memberikanmu tugas malam ini. Pikirkan pertanyaan kakek tadi dan aku ingin tahu jawabannya esok.” Kakekku berdiri dari tempat duduknya karena adzan dimasjid yang tak jauh dari rumah memanggilnya. Dan ia meninggalkanku dengan pekerjaan otak yang aku tahu itu pertanyaan yang mudah dilontarkan tapi untuk menjawabnya butuh waktu yang agak sedikit lama.
Malam ini aku duduk didepan cermin. Dan aku dengan tololnya berbicara dengan bayanganku dibalik cermin itu. Aku bertanya kepadanya semua hal yang ditanyakan oleh kakekku.
“hey apa kau tahu siapa yang membuat hujan itu.?”
Dia tidak menjawab malah mengikuti diriku. Dan tak ada bedanya. Ketika aku bertanya. Diapun juga ikut bertanya. Dan itu bukan sesuatu yang membuatku senang. Malah menyebalkan dan aku berjalan kepinggir jendela kamarku lalu aku memandang bulan dan bintang yang bersinar dilangit. Lama aku menatap bulan itu sambil memikirkan pertanyaan kakekku. Tapi tak ada jawaban yang kudapatkan. Malah pertanyaan itu semakin bertambah.
“ bagaimana bisa bulan itu bersinar. Dan bintang itu terus berdiri ditempatnya. Kemanakah mereka ketika siang hari?”  ini sangat membingungkan dan aku sudah tidak kuat lagi menahan rasa penasaran yang ada dikepalaku. Aku akan menemui kakekku malam ini juga.
“ kakek” aku berteriak disetiap sudut rumah. Biasanya sekali berteriak sudah ada jawaban. Tapi untuk kedua kalinya tak ada jawaban juga. Dan ketiga kalinya aku memanggil kakekku dan yang menyahut adalah ibuku.
“ kakekmu sedang berada dikebun durian nak.” Ucap ibuku yang datang menghampiriku. Dari arah dapur.
“ hujan hujan begini kakek bermalam disana?” ucapku yang merasa salut dengan keberanian kakek.
“ kakekmu akan pulang sebentar malam.”
“ouh kalau begitu aku akan menunggunya ibu?” ucapku lalu kembali kedalam kamar.
“kenapa begitu penting. Ada urusan apa kamu dengan kakekmu.” Tanya ibuku yang merasa penasaran.
“ ada deh ibu?” jawabku dengan nada menggoda.
Lama aku menunggu kehadiran kakekku diruang tamu tapi pintu rumah belum juga ada yang membukanya. Jam dinding sudah menunjukkan pukul 10 malam. Suara katak diluar rumah begitu berisik. Tapi suaranya itu malah membuatku mengantuk. Dan aku tak tahan lagi. Tanpa aku tahu. Aku merasa ada yang mengangkat tubuhku dan aku tahu itu adalah ibuku yang akan membawaku kedalam kamar. Dan akupun tertidur pulas disana dengan pertanyaan yang belum juga terjawab
Read More