sumber gambar:idnaruto.com |
“Shikamaru,
tadi itu perjalanan yang menyenangkan ya!”
“Yah
tentu,naruto”.” baiklah naruto. kita berpisah disini. Sampai jumpa” sambung
shikamaru sembari melambaikna jari-jari lentiknya ke arah naruto.
“Sampai jumpa
naruto”. sambung Choji yang masih sibuk
saja dengan keripik singkongnya.
Shikamaru dan
choji beranjak meninggalkan naruto di persimpangan jalan. Seusai mengikuti
ceramah yang dibawakan oleh Ustadz Jiraiya. Mereka berkeliling desa menikmati
ramainya suasana malam Konoha.
Naruto akhirnya tiba di apartemen tempat
tinggalnya. Apartement yang telah menjadi tempat tinggalnya sejak 16 tahun
lalu. Sebagai bentuk perhatian dan terimakasih atas jasa ayah dan ibunya. Kedua orang tuanya menjadi korban keganasan
dari mahluk legenda Kyubi. Demi melidungi dirinya dan Desa Konoha.
Suasana
sunyi tak pernah luput menyapa kepulanganya. Gelas ramen dan bungkus makanan
ringan juga pakaian yang berserakan bak lukisan gagal. Berantakan lebih tepatnya di sebut begitu. Namun keadaan
yang demikian bukanlah masalah bagi naruto. sudah belasan tahun ia hidup
bersama sampah dan ketidak teraturan. sadis amat..!
Foto tua di
sudut meja samping ranjang tak pernah melepas kehangatan senyumnya. Sosok ayah,
pria berambut kuning dengan senyum lepasnya. Gigi putih berbaris rapi dan sudut
bibir yang jauh meninggalkan nest-nya. Dan seorang wanita cantik
keturunan uzumaki tengah menggendong sosok bayi berambut serupa dengan ayahnya.
Dialah si kecil naruto. Sebuah kenangan kecil yang di tinggalkan sebelum ia
mengerti apa itu tangis dan tawa.
Malam
berlanjut beriring suara lantunan tasbih jankrik malam. Selepas shalat isya.
Naruto langsung menghempaskan tubuh di kasur tuanya. Mengistirahkan otot dan
fikiran yang lelah seharian beraktivitas. Malam semakin larut membawa lelah
hingga ke ujung timbuktu. Membungkus mimpi dalam kubangan rindu.
Tirai langit
berganti kembali. Suara merdu sang pemanggil subuh mengugah raga tuk segera
terjaga. Dalam kemalasan yang hebat. Hati kian memberontak melawan nafsu dan
godaan setan. “Lekas lah bangun!” suara ibu di alam mimpinya. “ayo lekaslah
bangun, apa kau ingin di bangunkan oleh mentari.” Nada suara itu kian merdu
dalam ketakterjagaanya. Hingga suara alarm jam kecilnya menampar gendang
telinganya. Naruto tersadar. Dan lekas menunaikan kewajiban dua rakaatnya.
“Hari minggu
memang hari yang tepat untuk joging hi hi hi, pasti banyak gadis seksi di sportfield”.
Fikiran cabul yang semalaman tertidur telah bangun. Namun sebelum itu, Seusai
shalat subuh naruto segera membuat puluhan Bunshin dan masing-masing bunshin
membaca 5 lembar Al-Qur’an. Dalam sekejap 30 juz selesai terbaca tak lebih dari
sepuluh menit.
Naruto segera
mempersiapkan diri.
Langit timur
semakin merekahkan bayangan tubuhnya. Matahari dengan malu mencuatkan cahaya
hangat. Enggan menyengat kulit yang baru terjaga. Jalanan semakin ramai. Tampak
beberapa gadis dengan pakaian cukup seksi terkadang menyita pandanganya.
Di persimpangan
jalan ada sesuatu yang lebih menyita perhatianya. Tiba tiba jiwa
keprimanusiaanya mengalahkan fikiran joroknya. Sosok gadis muda berumur 5 tahunan berjalan dengan tuntunan tongkatnya.
”Ooiyy yura,
kau mau kemana?” sapa naruto dari kejauhan dan segera menghampiri.
“Naruto
ni-chan, kau kah itu?” balas gadis muda itu dengan senyum yang terus melebar
“iya ini aku, kenapa
kau sendirian. Bagaimana kau bisa berada di sini?”
“aku dan ibu
berkunjung ke rumah bibi. Jadi aku akan di sini selama dua atau tiga hari”
Yura adalah
nama pemberian naruto kepada gadis yang lahir sekitar lima Tahun lalu. Yang
berlokasi cukup jauh di pinggiran desa konoha. Orang tua yura sendiri berhutang
budi kepada naruto. Karena yang membantu proses persalinan ibu Yura adalah
naruto. yang saat itu secara tak sengaja bertemu saat menjalankan misi. Meski
jauh sesekali naruto datang untuk berkunjung ke rumah Yura.
Yura terlahir
dalam kondisi Buta. Sehingga tak ada
satu pun yang pernah ia saksikan. Kecuali kegelapan ta berkesudahan.
“Oh ya Yura.
Kebetulan sekali kau ada di sini. Apa kau sudah mendengar kalau sakura sudah
mengembangkan ilmu medis baru. Kau akan bisa melihat”. Kata naruto
“Seperti apa
itu bisa melihat itu, naruto ni-chan?” tanya yura dari balik wajah polosnya.
“itu.. emm melihat
itu kau bisa membedakan warna putih dan hitam, bisa mengetahui orang-orang di
sekitar kita. Dan kau bisa membedakan yang satu dan yang lainya”
Dengan
penjelasan itu yura tak juga bisa merasakan maksud dari “melihat”. Yang menjadi
jawaban dari setiap penjelasan naruto ”apa itu warna hijau”;”apa yang di maksud
cahaya bintang di cakrawala”. Dan jawaban jawaban serupa yang malah berbalik
membingungkan.
Dengan wajah
sedikit kecewa. Naruto memaklumi jawaban yura dengan mata agak berkaca-kaca.
Tak sedikitpun naruto bisa menjelaskan apa itu melihat dengan baik. Yang pasti
yang ada didalam benaknya adalah Yura kan segera bisa melihat.
Demikian pula
Yura terus memikirkan penjelasan-penjelasan naruto. namun sekeras apapun ia
memahami apa itu melihat. Ia tak juga mengerti apa yang di maksud dengan
melihat.
Mereka sama-sama
terdiam beberapa saat. Suara-suara riuh dari kejauhan menjadi soundtrack
kebisuan.
“naruto
ni-chan..?” tiba tiba Yura memecah keheningan.”apakah aku masih bisa
menggunakan tongkat ini ketika aku bisa melihat nanti?” Yura bertanya dengan
tatapan kosong.
Naruto terdiam
dan tenggelam dalam perasaan takjub yang terliputi iba.
“Yah tentu,
jika kau masih memerlukanya”. Jawab naruto dengan senyuman khasnya. Walau Yura
tak dapat melihat indah senyuman itu.
Yura tersenyum
gembira mendengar jawaban Naruto. Dan tak lama lagi ia kan bisa mengerti apa
itu melihat. Seminggu setelah kejaidan itu, dengan bantuan dr. Sakura akhirnya
Yura bisa melihat dan menikmati indah dunia dengan penuh rasa ketakjuban.
End.
Philosophis Quote: ketika
manusia terjebak ‘Samsara Izanami’ (Zona nyaman). Bak ‘Edo Tensei’. Hidup terikat
‘Mantra’. Terjebak dalam rantai kehidupan. Namun ketika kau mulai menyadari
siapa dirimu dan menyelam lebih dalam. Disitulah kau kan temukan arti ‘Shopos’.
Note: tinggalkan jejak penafsiran folosofis anda dikolom komentar!