Sabtu, 05 Desember 2015

Al-Kindi: Maha Guru Roger Bacon

Al-Kindi lahir di Kufah –salah satu kota di Iraq- pada tahun 796 M dan wafat pada tahun 873 M. Meskipun ia lahir di Iraq, sesungguhnya ia berasal dari suku kindah, suatu masyarakat yang hidup di daerah Kindah, Yaman.[1]Tampaknya istilah al-Kindi yang disandangkan di belakang nama lengkapnya –Ya’kub ibn Ishaq al-Kindi- merupakan identitasnya yang berasal dari suku Kindah. Al-Kindi berasal dari keluarga berada dan terpelajar. Orang tuanya merupakan gubernur dari Basrah pada masa Khalifah Abbasiyah al-Mahdi (775-785 M) dan Harun al-Rasyid (785-807 M).[2]

Meskipun ia berasal dari keluarga pejabat, tetapi keadaan itu tidak menjadikan ia malas dan terlena oleh keadaan kecukupan dari orang tuanya. Justru karena keluarganya merupakan orang kaya itulah ia memanfaatkannya untuk menuntut ilmu setinggi mungkin. Sehingga setelah lulus dari sekolah dasar, ia meminta ayah tercinta untuk menyekolahkannya di Bashrah, kota pusat ilmu pengetahuan dunia pada waktu itu.[3]Karena merupakan putera gubernur, sesampainya di Baghdad ia mendapatkan perlindungan dari Khalifah al-Ma’mun (813-833 M) dan Khalifah al-Mu’tasim (833-842 M). Perlindungan itu semakin memuluskan jalan al-Kindi untuk mengabdikan diri demi kecintaannya kepada ilmu pengetahuan yang agung.

Di kota pusat ilmu pengetahuan sekaligus kota termegah dunia itulah al-Kindi mendapatkan kesempatan untuk belajar ilmu-ilmu keagamaan, matematika dan filsafat. Pada saat itu ia mulai tertarik pada filsafat.

Zaman itu merupakan zaman penerjemahan buku-buku Yunani dan al-Kindi yang merupakan penganut Mu’tazilah juga terlibat dalam penerjemahan-penerjemahan tersebut. Meskipun aktif sebagai penerjemah, tetapi usahanya lebih banyak pada memberikan kesimpulan daripada menerjemahkan.[4]Dari aktivitasnya itu, ia telah menciptakan beberapa kata baru dalam bahasa Arab, seperti jirm untuk tubuh, thinah untuk materi, al-tawahumuntuk imajinasi dan lain-lain.[5]

Al-Kindi merupakan penulis yang sangat produktif. Ia menulis banyak buku mengenai banyak hal. Menurut Ibn Nadim, tulisannya berjumlah 241 buku tentang filsafat, logika, ilmu hitung, astronomi, kedokteran, ilmu jiwa, politik, optik, musik, matermatika dan sebagainya. Buku mengenai optik diterjemahkan ke dalam bahasa latin dan banyak memengaruhi Roger Bacon, sebagaimana tertuang dalam The Legacy of Islam.[6]

Tetapi menurut Prof. Mulyadi Kartanegara dalam “Mozaik Khazanah Islam”, al-Kindi menulis sekitar 270 karya tentang hampir seluruh bidang yang sedang berkembang pada waktu itu. Perbedaan jumlah buku yang ditulis al-Kindi antara hasil penelitian Prof. Harun Nasution dan Prof. Mulyadi Kartanegara sebanyak 41 buku. Tetapi perbedaan itu tidak mengurangi gelarnya sebagai ilmuan yang sangat produktif.

Al-Kindi tidak hanya aktif menulis tanpa mengimplementasikan keilmuannya pada kehidupan nyata. Bahwa tulisan-tulisan tersebut merupakan hasil penelitiannya baik penelitian pustaka maupun lapangan karena pada waktu itu sudah berdiri observatorium yang sangat canggih dan bahkan tercanggih sedunia yang memungkinkan para ilmuan untuk mengadakan eksperimen. Sebagai ilmuan yang hebat, ia menerapkan keahliannya untuk membantu para penguasa dalam merancang dan membangun terowongan-terowongan, jembatan-jembatan, mesin perang dan alat-alat ukur ilmiah. Tampaknya kecanggihan pada zaman itu, 12 abad dari serakang, tidak jauh berbeda dengan kecanggihan negaran Indonesia pada saat ini.

Oleh : Hairus Saleh


[1]Harun Nasution, Mistisisme dalam Islam (Jakarta: Bulan Bintang, cet. xii, 2010), h. 6
[2] Mulyadi Kartanegara, Mozaik Khazanah Islam: Bunga Rampai dari Chicago (Jakarta: Paramadina, 2000), h. 27
[3]ibid
[4]Harun Nasution, 6
[5]Mulyadi Kartanegara, 27
[6]Harun Nasution, 6

Facebook Komentar
0 Blogger Komentar


EmoticonEmoticon