Saat aku berusaha untuk ada dan kian mendekati ada, mereka menilai bahwa aku mengada-ada. Selanjutnya, aku pun semakin hilang dari ke'ada'an mereka.
Siang ini, saat beragam kekalahan dan kekecewaan telah meremukkan hati, dan walau demikian aku sangat bersyukur karena aku masih bisa menuliskan ini. Entah bagaimana esok atau lusa..
Tiba-tiba saja seseorang datang. Ia tidak berwujud, hanya suara saja yang terdengar. Suara yang tidak kudengar melalui telinga.
"Hey, mari bicara tentang keyakinan," katanya.
Aku diam bersila dalam hening, dan ia melanjutkan pembicaraan.
"Keyakinan itu bisa dimisalkan dengan sebuah keadaan dimana engkau sedang mengikuti sebuah perlombaan. Di sana engkau harus yakin bahwa karya atau apa yang engkau ikut sertakan dalam lomba tersebut akan mendapatkan tempat sebagai juara. Harus yakin! Yakin bahwa engkau akan memenanginya. Bagaimana sudah?"
"Lalu?" tanyaku.
"Jika sudah, keyakinan akan menumbuhkan sebuah harapan. Engkau yakin dan serta merta akan ada sebuah harapan bahwa engkaulah pemenang lomba."
"Ya.. Lalu?"
"Semakin lama harapan itu kian kuat."
"Ya benar. Lalu?"
"Engkaupun mulai berkhayal tentang sebuah masa ketika juara itu telah berhasil kau raih. Bagaimana bahagianya ketika juara, apa saja yang akan kau terima ketika juara, dan setidaknya juga akan banyak manusia yang memujamu ketika engkau juara, iya kan?? Tetapi ternyata, kau kalah."
"Hah? Lalu?"
"Ya, kau kalah."
"Lalu buat apa aku meyakinkan bahwa karyaku akan berhasil mencapai posisi juara?"
"Nak, di satu sisi, keyakinan itu telah menumbuhkan semangatmu untuk mengikuti perlombaan. Karena engkau yakin, makanya engkau ikut serta. Di saat itu pula engkau akan menunggu-nunggu pengumuman pemenang. Saat-saat menunggu adalah masa dimana engkau menjadi sosok yang bertahan dari segala tekanan dan kemuakan yang terus saja mengiringi langkah hidupmu. Banyak mereka yang memilih mundur dan menyerah karena tidak lagi menunggu pengumuman siapa yang akan menjadi juara. Engkau dengan keyakinan untuk bisa menang telah mampu untuk bertahan, walau di kenyataannya engkau tidak mendapatkan posisi juara tersebut."
"Lalu bukankah kenyataan pahit hanya akan terus melumpuhkan semangat dan membuat kita terus terpuruk?"
"Ya, itu akan terjadi bagi mereka yang tidak punya keyakinan. Apakah engkau tahu siapa yang menciptakan istilah 'kalah' dan 'menang' itu?"
"Siapa?"
"Manusia. Mereka mengotakkan sisi akhir perlombaan dengan istilah kalah dan menang. Padahal itu hanyalah ilusi. Apa yang kau ikut sertakan dalam perlombaanlah, betapa kau menghargai karya yang kau hasilkan, seberapa kuat kau bertahan, dan hal tersebutlah yang lebih penting. Bukan hasil."
"Lalu apa maksudnya keyakinan itu?" tanyaku.
"Renungkanlah, karena kau diciptakan untuk itu.."
Suara itu seketika menghilang.
Siang ini, saat beragam kekalahan dan kekecewaan telah meremukkan hati, dan walau demikian aku sangat bersyukur karena aku masih bisa menuliskan ini. Entah bagaimana esok atau lusa..
Tiba-tiba saja seseorang datang. Ia tidak berwujud, hanya suara saja yang terdengar. Suara yang tidak kudengar melalui telinga.
"Hey, mari bicara tentang keyakinan," katanya.
Aku diam bersila dalam hening, dan ia melanjutkan pembicaraan.
"Keyakinan itu bisa dimisalkan dengan sebuah keadaan dimana engkau sedang mengikuti sebuah perlombaan. Di sana engkau harus yakin bahwa karya atau apa yang engkau ikut sertakan dalam lomba tersebut akan mendapatkan tempat sebagai juara. Harus yakin! Yakin bahwa engkau akan memenanginya. Bagaimana sudah?"
"Lalu?" tanyaku.
"Jika sudah, keyakinan akan menumbuhkan sebuah harapan. Engkau yakin dan serta merta akan ada sebuah harapan bahwa engkaulah pemenang lomba."
"Ya.. Lalu?"
"Semakin lama harapan itu kian kuat."
"Ya benar. Lalu?"
"Engkaupun mulai berkhayal tentang sebuah masa ketika juara itu telah berhasil kau raih. Bagaimana bahagianya ketika juara, apa saja yang akan kau terima ketika juara, dan setidaknya juga akan banyak manusia yang memujamu ketika engkau juara, iya kan?? Tetapi ternyata, kau kalah."
"Hah? Lalu?"
"Ya, kau kalah."
"Lalu buat apa aku meyakinkan bahwa karyaku akan berhasil mencapai posisi juara?"
"Nak, di satu sisi, keyakinan itu telah menumbuhkan semangatmu untuk mengikuti perlombaan. Karena engkau yakin, makanya engkau ikut serta. Di saat itu pula engkau akan menunggu-nunggu pengumuman pemenang. Saat-saat menunggu adalah masa dimana engkau menjadi sosok yang bertahan dari segala tekanan dan kemuakan yang terus saja mengiringi langkah hidupmu. Banyak mereka yang memilih mundur dan menyerah karena tidak lagi menunggu pengumuman siapa yang akan menjadi juara. Engkau dengan keyakinan untuk bisa menang telah mampu untuk bertahan, walau di kenyataannya engkau tidak mendapatkan posisi juara tersebut."
"Lalu bukankah kenyataan pahit hanya akan terus melumpuhkan semangat dan membuat kita terus terpuruk?"
"Ya, itu akan terjadi bagi mereka yang tidak punya keyakinan. Apakah engkau tahu siapa yang menciptakan istilah 'kalah' dan 'menang' itu?"
"Siapa?"
"Manusia. Mereka mengotakkan sisi akhir perlombaan dengan istilah kalah dan menang. Padahal itu hanyalah ilusi. Apa yang kau ikut sertakan dalam perlombaanlah, betapa kau menghargai karya yang kau hasilkan, seberapa kuat kau bertahan, dan hal tersebutlah yang lebih penting. Bukan hasil."
"Lalu apa maksudnya keyakinan itu?" tanyaku.
"Renungkanlah, karena kau diciptakan untuk itu.."
Suara itu seketika menghilang.
Oleh : Wahyu Alhadi
Facebook : https://www.facebook.com/ awang.blackdog