Tentang Al hikmat al Masrikiyyah Ibnu
Sina.
Oleh Ma’ruf Nurhalis.
Buku
yang berjudul al hikmat al masrikiyyah adalah salah satu buku terbaik yang
pernah di buat oleh Ibnu Sina. Buku ini banyak di bicarakan karena ketidak
jelasan judul dan tema di dalamnya, apalagi masih ada naskah tambahan berisi
pelajaran logika yang di hubungkan dengan naskah sebelumnya . Ada pendapat yang
mengatakan jika buku ibnu sina ini berjudul al hikmah al masyrikiyyah, yakni
berisi filsafat ketimuran, pendapat ini di dukung oleh carlos Nillino. Ada juga
yang mengatakan buku ini berisi uraian tentang pemikiran mistik Ibnu sina.
Ibnu
Sina merupakan filosof yang beraliran peripatetik. Di dalam buku yang berjudul
Suhrawardi kritik falsafah peripatetik. Di dalam akhir hayatnya , Ibnu Sina
melawan dirinya sendiri, yakni filsafat peripatetiknya sendiri, ia beranggapan
bahwa pemikirannya dahulu hanyalah di tujukan bagi orang awwam. Lantas Ibnu
Sina lalu merumuskan pemikiran mistisnya yang di tujukan kepada golongan
Khawwash. Pemikiran mistisnya ini tertulis dalam buku The “logic of the
orientals, atau al mantiq al Masyriqiyyin atau logika orang-orang Timur. Sebuah
buku yang berisi kajian mistis pada akhir dari aktivitas penalaran Ibnu Sina.
Teori Tasawuf-mistis Ibnu sina pada buku al Mantiq al Masriqiyyin ini lalu
terangkum pada Trilogi karya mistisnya: Hayy bn Yaqsan, Risalah fi at Thair dan
Salaman wa Absal.
Pada
umumnya para peneliti, menganggap bahwa Trilogi ini merupakan pintu gerbang
yang luas bagi kemunculan filsafat Illluminasi Suhrawardi, meski ada pula yang
beranggapan bahwa buku al hikmah al Masyriqiyyah bukan sebagai buku mistis dan
tasawuf. Misalnya Carlos Nillino lebih melabeli karya ibnu Sina sebagai hasil
karya seorang filosof yang berfilsafat atau lebih lanjut ia mengatakan . al
hikmah al masriqiyyah adalah filsafat ketimuran.
Abed
al Jabiri pada buku berjudul Ibnu Tufail, Penamaan filsafat ketimuran pada al
hikmah al masriqiyyah di latar belakangi dari pembacaan Ibnu Sina atas filsafat
filosof-filosof dahulu dari guru kedua yakni Al Farabi. Dari pembacaan itu
kemudian lahir sebuah kekhasan pemikiran yang berbau ketimuran sehingga di
sebutlah hasil pembacaan Ibnu Sina sebagai filsafat ketimuran, ( al Hikmah al
Masyriqiyyah).
Isi
dari filsafat ketimuran itu sendiri adalah trilogy cerita filsosofi. Pada
cerita Hayy bin Yaqzan ibnu sina memposisikan diri sebagai jiwa rasional.
Sedangkan teman-temannya di posisikan sebagai gambaran indra-indra manusia.
Sedangkan “Akal Aktif” di wakili oleh tokoh tua bernama hay bin Yaqzan. Yang
juga di gambarkan sebagai manusia yang memiliki sprit manusia super. Dalam buku
ini Ibnu Sina mengisahkan dirinya melakukan sebuah perjalanan bersama
teman-temannya. Untuk berjalan kesebuah kota. Dalam perjalanan itu Ia berjumpa
dengan hay bin Yaqzan. Lalu Ibnu Sina berkata padanya. Bahwa ia meminta hay bin
Yaqzan untuk menemani dirinya melakukan perjalanan panjang. Tetapi Hay bin
Yaqzan mengatakan. “ Selama Anda tidak mampu meninggalkan teman-teman Anda.
Maka Anda akan mustahil untuk melakukan perjalanan panjang”.
Sementar
dalam kisah yang lain yakni dalam cerita Salaman wa Absal. Ibnu Sina
memposisikan Salaman sbagai ruh Rasional, Absal sebagai nalar teoritis
sedangkan istri alam sebagai bentuk jasad, sebagai bentuk keduniawian, dan
pemuja nafsu. Di kisahkan pada saat Absal ingin maju ke medan perang untuk
melawan hasrat jahat yang di sebabkan oleh istri kakaknya. Absal mengumpulkan
pasukan namun di tengah peperangan itu. Absal kehilangan pasukan akibat dari
politik istri Salaman. Hingga Absal kalah tapi ia di selamatkan oleh seekor
Rusa menuju pedalaman hutan. Di sanalah Absal memulihkan diri. Hingga ia lalu
datang kembali menantang istri Salaman. Namun istri Salaman yang tahu akan
rencana Absal. Lalu memilih untuk meracuni Absal dan cara itu berhasil. Absal
mati dan hancur.
Kematian
Absal ini lalu tercium oleh Salaman. Dia amat sedih atas meninggalnya Absal. Ia
lalau memilih jalan pertapa untuk menghibur hatinya. Dalam pertapaan itu
Salaman bertemu dengan seorang mistikus. Yang memberi tahukan dirinya bahwa
istri salamanlah yang telah membunuh Absal. Lewat penjelasan mistikus itu.
Salaman lalu membunuh istrinya dan semua kaki tangannya.
Dalam
kisah yang lain yakni kisah Risalah at Thair. Di kisahkan bawa jiwa manusia itu
ibarat burung yang tertangkap oleh pemburu, yang di mana pemburu itu lalu
membawa hasil tangkapannya kedalam sangkar. Burung itu lalu terperangkap di
dalam sangkar itu. Karena lama di dalam sangkar, burung itu lalu lupa dengan
asalnya. Baru kesadarannya muncul kembali saat ia di datangi oleh
teman-temannya. Dia pun meminta teman-temannya untuk melepaskan dirinya dari
sangkar ini. Teman-temannya lalu memberi tahukan dirinya. Bahwa untuk
melepaskan diri dari sangkar adalah hal yang sangat sulit, di butuhkan niat
yang sangat kuat untuk melepasakan diri dari sangkar itu. Karena dalam upaya
untuk melepaskan diri dari sangkar itu ia akan menemui banyak cobaan dan ujian.
Dari
trilogy kisah inilah filsafat ketimuran Ibnu sina terbentuk dengan menghadirkan
kisah dalam bentuk metafora yang menerangkan perjalanan manusia dari menuju
dunia bayangan menuju dunia hakekat.
Bentuk
lanjut filsafat ketimuran Ibnu Sina sendiri di lanjutkan oleh Suhrawardi dalam bentuk
al hikmah al isyraqiyyah dan Suhrawardi sendiri lah yang mengakuinya.