Engkau di balik
Tubuh Perempuan
Aku pandang estetika bunga emas.
Bibir senyuman yang merekahkan lautan.
Seperti ombak yang menubruk pantai.
Tarian-tarian seorang perempuan.
Dengarkan suaranya.
Seperti Sayup angin di sela bambu.
Seperti ada tanda dan jejak Voxdea.
Jika kupandang tubuh perempuan.
Kulihat Yupiter,merkurius, mars,venus,
Pemandangan Bintang-bintang yang bertubrukan.
Supernova, dan bigbang.
Jika kulihat lebih dalam lagi.
Kudapati semayam kemisteriusan.
Kesucian sang Dei.
Aku bertajalli, menyingkap selubung Engkau yang
sempurna.
Pada tubuh perempuan.
Puisi di atas diberi judul, Engkau di balik tubuh
Perempuan. Jika Heidegger pernah mengatakan sesuatu yang Irasional tak dapat
dijelaskan secara Sistematis. Lewat puisilah gambaran yang transendental itu
dapat tercakapkan. Perempuanku yang transendental lewat puisi inilah pujian
bunga Emas bagi Tubuh perempuan.
Tak sebagaimana yang di pandang oleh
manusia-manusia Oriental. Plato yang mengatakan keindahan tubuh hanyalah
imitasi dari imitasi yang memenjarakan jiwa yang ingin terbang keatas. Atau
manusia yang lebih dangkal dan banal menandai tubuh sebagai The Foul, alat yang menjadi sarang
dosa. Dan dari sudut Wahyu yang beku. Agama monoteist menertibkan Tubuh
perempuan memilliki Defenisi yang terberi sebagai manusia Sekunder dan menjadikan
Engkau hanya Maskulin. Menjadikan Lelaki batu menjadi lebih cerewet, menjadikan
Tubuh Perempuan sebagai yang Warning.
tapi lihatlah ketika tubuh perempuan tersenyum, ada
estetika bunga emas yang merekah laksana matahari yang merekahkan langit. Dan
lihatlah ketika perempuan bergerak seperti ombak yang menubruk
pantai. Terlihatlah tanda dan jejak Engkau di alam mikrokosmos perempuan. Terbayang
pula bagai mana Supernova dan Bigbang
membentuk alam semesta yang bersinar di langit-langit Tuhan. Atau ketika ia
bersuara seperti angin yang menyapa rumpun bambu, terdengarlah Voxdei disana. Dangkal sekali jika Tubuh
perempuan itu adalah sebuah yang terlarang. Tapi dengarlah nyanyian Upanisad
yang menghadirkan Kama, siapa saja yang mahfum bahwa tubuh perempuan adalah
altar suci maka ia mengetahui segalanya.
Ada isyarat Sakral yang coba menjaring Engkau pada
tubuh perempuan. Di balik rongga-rongga tubuh perempuan yang Profan. Tubuh
Profannya yang terdefenisi sebagai ratu Geisha dan kupu-kupu malam dapat
berubah menjadi Tubuh yang sakral dan menjelmakan Postur Spritual Estetika.
Dengan bersatu dengan Tubuh Perempuan, aku bersatu dengan Tuhan.
Lihat lebih dalam lagi Alam Mikrokosmos milik
perempuan. Kudapati semayam kemisteriusan ,kesucian sang Dei. Jika yang banal,
dangkal dan beku mengatakan tubuh perempuan hanya sekedar alat untuk
mempertahankan Spesies. Tapi coba hadirkan Kama pada rasa. Maka Tubuh perempuan
akan termengerti bukan hanya sekedar alat untuk tujuan Profan semata, lebih
substansial Tubuh Perempuan adalah Tujuan
eksistensi. Tujuan untuk mencapai kenikmatan dan kepuasan
spiritual.
Ada nada-nada hasrat terdengar membelah kebisuan.
Memang sudah Faucoult katakan, Manusia bukan hanya The tingking think atau
hewan yang berpikir. Tetapi manusia pula adalah makhluk yang berhasrat. Tetapi
hasrat memandangi tubuh perempuan adalah hasrat –hasrat yang tidak dapat terjaring timbangan Rasional yang tidak dapat
tercakapkan, hasrat itu hanya terasa irasional. Hanya Puisi yang mendesah kecil
saja yang mampu memberi tanda, hanya isyarat enigma bersuara di alam kenikmatan misterius yang begitu
hening.
Tak sepantasnya
streotipe pada tubuh perempuan melekat sebagai pencetus potensial dosa bagi si
Maskulin. Tubuh perempuan yang dipandang dengan tertib sebagai tubuh yang kotor
dan najis jauh berbeda dengan si Maskulin yang mudah suci. Meski memang telah
di maklumkan, tubuh memang bukan hanya sekedar individual, tapi ia adalah tubuh
sosial yang harus tunduk terhadap norma agama dan pandangan moral yang di
tentukan oleh lingkungan norma.
Maka pada saat
itu jurus-jurus feminisme menantang. Tapi teks Upanisad bernyanyi dengan suara
yang indah. Bahwa Tubuh perempuan berhak mendapatkan kesetaraan. Secara sosial
dan individu. Ada angin segar dari timur yang membelai hati Kartini
Menurut teks
Upanisad, Secara Individual. Tubuh perempuan berhak mendapatkan kenikmatan yang
di pandang sebagai sesuatu yang sakral. Bila selama ini tubuh perempuan hanya
dipandang sebagai profan kupu-kupu malam, sebagai alat pemuas nafsu belaka maka
itu harus di kelirukan. Tubuh perempuan adalah sesuatu yang sakral. Tubuh perempuan
adalah Altar suci. Dimana Martin Buber mendaku. Saat aku berelasi dengan Tubuh
perempuan. Maka pada saat itu aku menghadirkan Engkau di sana.
Dari sudut
semesta Hindu. Tubuh perempuan menempati kedudukan yang di agungkan. Brahman
yang berarti menyebar,mengisi dan ada di mana bersatu dengan Atman(jiwa,soul).
Pada tubuh perempuan ada penyatuan antara Brahman dan Atman menjadi Engkau.
Jika terjadi relasi dengan tubuh perempuan ada kemenjelmaan dewata di sana.
Atau liberal menikung, siapa yang bersatu dengan tubuh perempuan maka ia
bersatu dengan Tuhan.
Maka berhentilah
memandang Tubuh perempuan secara Profan hanya untuk memuaskan nafsu, atau tetap
beku menjadikan Tubuh perempuan sebagai penyebab dosa. Hingga terkurunglah
tubuh perempuan dalam pemahaman agama. Tapi menyelamlah dalam-dalam ke alam
mikrokosmos adi spiritual yang sakral di balik ke estetikaan tubuh perempuan.
Tapi bijak pula di nilai. Jika Tubuh perempuan secara ekstensi terlalu indah
untuk di umbar-umbar. Lebih baik ia terlindung sampai ada yang tersadar membuka
pelindung itu dan menyaksikan Engkau di balik tubuh perempuan.
Engkau juga
harus di masukkan di horizon mafhum yang hampir menyentuh ketidak terbatasan.
Bahwa engkau tidak hanya yang “ maha Maskulin” tapi tubuh-MU juga bersemayam “
tubuh perempuan”. Engkau juga punya sifat yang “ maha Feminim” ada yang “rahim”
dan “rahman”, yang maha pengasih dan maha penyayang. Di balik tubuh perempuan
itu, tertanam dengan subur sifatmu yang maha pengasih dan maha penyayang. Tak
ada selain tubuh perempuan yang bisa mengerti dengan baik bagaimana menyayangi
dan mengasihi sesuatu.
Untuk menuju
moksha, untuk dapat merasakan angin dao, atau menyingkap selubung hijab dengan
Engkau. Nafas –nafas maha kasih dan maha sayang lah yang menjadi tujuan
penyelaman kelautan Ontologi yang dalam. Sentuhan sentuhan Feminitas Engkau
adalah Arche bagi tumbuhnya akar Kama, pem-baqa-an kebencian, penyatuan
Ying-dan Yang dan mahabbah yang memenuhi relung rasa. Tuhan yang maha perempuan
itu bersemayam di balik Tubuh perempuan.
Maka siapa yang
melihat tubuh perempuan dengan indranya yang bathin. Maka ia akan tercelup pada
semesta Arsy yang hening. Siapa yang tersingkap pahamnya mengenai tubuh
perempuan yang sacral maka ia akan tahu segalanya. Terpujilah paras perempuan,
termuliakanlah tubuh perempuan. Selama ia pun tetap melindungi keperempuanannya
maka ia pun melindungi Engkau yang maha Indah.
Kunyatakan
cintaku terhadap perempuanku. Karena ada Engkau di balik Tubuh perempuan.