Kita akan berbicara mengenai atom. Ada dua sejoli
yang menjadi pelopor atomisme, mereka adalah Demokritus dan Leukippus. Dalam
membahas pemikiran atomisme. Dua sejoli ini amat sulit untuk bisa di pisahkan.
Jika Demokritus adalah Daging maka Leukippus adalah tulangnya. Mereka selalu
bersama, artinya ketika kita membahas Atomisme kita harus menyebut mereka
berdua. Entah siapakah yang lebih berpengaruh cara berpikirnya. Keduanya
memiliki pengaruh yang saling berkaitan.
Namun untuk mempermudah membahas Atomisme mereka.
Lebih dahulu kita sekiranya memisahkan mereka sekejap. Untuk menengok jalan
singkat kehidupan mereka.
Leukippus memiliki riwayat hidup yang tidak
terlalu ter ekspos. Sedikit sekali kita dapat menemukan kutipan tekstual
mengenai dirinya. Namun di ketahui ia adalah generasi penerus filsafat
rasionalis ilmiah di Miletus pada tahun 440 SM. Pemikirannya banyak di
pengaruhi oleh Parmenides dan Zeno. Ia banyak di sebut dari kutipan-kutipan
Aristoteles yang membuktikan bahwa dia pernah Ada dan menjadi pendiri Atomisme.
Ada dua karya yang di atributkan padanya yakni On Mind dan Great World System,
namun isi dari buku itu juga tak dapat di ketahui dengan banyak. Oleh karenanya
ia di sebut saja sejoli dengan Demokritus, karena jika kita ingin menempatkan Leukippus
sebagai kontradiksi dari Demokritus atau hanya sekedar membedakan arah
pemikiran mereka berdua, itu amat sulit. Karena alasan bahwa Leukippus memiliki
bukti riwayat hidup yang sangat sedikit. Bahkan Epikurus yang menjadi pengikut
Atomisme ini pernah menganggap bahwa Leukippus ini hanyalah tokoh legenda.
Namun kesedikitan yang kita dapati dari Leukippus
tidak terjadi pada diri Demokritus. Ia bisa lebih di pastikan riwayat hidupnya.
Ia adalah seorang manusia yang lahir di Abdera sebuah kota di Thrace. Dirinya
masih muda saat ia memandang Anaxagoras yang telah tua pada tahun 432 SM. Maka
bisa di simpulkan ia sudah memasuki fase dewasa sekitaran tahun 420 SM. Pada
tahun ini pun kita dapat menyimpulkan bahwa ia pernah saling bertatapan muka
dengan Socrates dan kaum Sofis.
Demokritus
memiliki rasa haus yang sangat tinggi untuk meminum segarnya sebuah ilmu. Ia
banyak berjalan kaki ke daerah timur dan selatan, menghabiskan banyak waktu di
padang pasir Mesir, dan pernah pula bertandang di negeri Persia untuk mencari
kesegaran sebuah ilmu. Lalu kemudian ia kembali ke garis startnya di Abdera. Di
sanalah ia mulai mengalirkan kembali apa yang telah di minumnya.
Ada sebuah pendapat yang mengalir dari mulut
Zeller bahwa “ Demokritus lebih ulung di bandingkan semua filsuf pendahulunya
dan filsuf yang hidup se zaman dengannya dalam hal keluasan wawasan dan cara
berpikir yang logis.”
Meski kita mendapati kekurangan yang sangat banyak
mengenai Leukippus dan mendapat kepastian yang cukup untuk mengenal Demokritus,
namun keduanya tidak dapat di pisahkan sebagai tukang yang membangun jembatan
antara daratan monismenya Parmenides dan daratan Pluralismenya Empedokles
Mereka berpendapat bahwa segala sesuatunya
tersusun dari atom-atom yang tak dapat di bagi-bagi secara fisik dan geometris.
Diantara atom-atom itu tidak memiliki ruang yang kosong dan juga tidak dapat di
musnahkan. Atom-atom itu akan selalu bergerak dengan jumlah yang tak terbatas.
Aritoteles mengatakan bahwa menurut kaum Atomis,
atom-atom itu memiliki perbedaan suhu panas. atom yang memiliki suhu terpanas
adalah atom yang menyusun api. Mengenai berat atom itu. Demokritus berkata
“jika sesuatu semakin tak bisa di bagi-bagi, maka akan semakin berat bobotnya.”
Atom sendiri ini juga menarik perhatian Epikurus
yang bisa di bilang penafsir Demokritus. Yang dimana ia mengatakan bahwa Atom
yang memiliki berat jatuh dengan kecepatan yang melebihi yang ringan, di mana
yang berat ini akan bertemu dengan yang ringan dan akan terjadi tubrukan yang
mengakibatkan pemantulan di antara mereka, seperti yang terlihat di permainan
bola billiard. Namun ini hanya sebuah pendapat dari Epikurus. Demokritus
sendiri menggambarkan gerakan-gerakan atom pada ruang yang kosong yang mutlak
tidaka ada atas dan bawah, seperti gerakan debu-debu yang terkena sinar
matahari di saat angin tak bertiup. Atom yang bertubrukan akan menghasilkan
pusaran.
Dua sejoli ini menolak mentah-mentah anggapan yang
menuduh mereka membela pendapat bahwa yang terjadi di segala sesuatu adalah
faktor kebetulan. Leukippus sendiri membela dirinya dengan mengatakan “ tidak
ada sesuatu yang terjadi tanpa tujuan, tujuan itu pun berangkat dari suatu
sebab dan keniscayaan.” Walaupun jika memang alam ini terbentuk karena
kebetulan, maka setelah alam ini tercipta ia lalu masuk pada sebuah mekanisme
yang sudah ada sebab dan akibat. Tapi jika kita terus beradikal. Maka ujung
dari kebetulan itu adalah sang Pencipta. Jika sang pencipta pun tak luput dari
radikal maka tidak ada lagi yang menjelaskan sumber dari segala sumber. Jadi
ketika kita mempertanyakan atom itu adalah apa?. Jawabannya adalah elektron dan
proton. Tapi jika terus di pertanyakan, maka kembali berujung pada Sang
Pencipta. Maka dua sejoli Atomisme ini membiarkan begitu saja atom ini ada,
tanpa menjelaskan dari mana atom itu. Inilah mungkin jawaban dari ketidak
puasan seorang Aristoteles, Plato dan Socrates akan kedua sejoli ini yang tidak
menjelaskan sebab atom itu.
Selanjutnya
Leukippus pula sependapat dengan para kaum Monis yang yakin bahwa mustahil
terjadi gerak tanpa adanya ke kosongan. Dan itu membuat orang banyak sepakat
bahwa tidak ada gerak dalam suatu kepadatan. Sesuatu hanya dapat bergerak
menuju ruang yang kosong, dan di dalam kepadatan tidak ada ruang yang kosong.
Demokritus
menyusun teorinya dengan amat rinci, dan penjelasannya cukup menarik. Setiap
Atom menurutnya, tak dapat di tembus dan tak dapat di bagi-bagi karena tak
mengandung kekosongan. Ketika kita memotong aple dengan pisau, pisau tidak akan
bisa membelah buah apel jika tak ada kekosongan. Secara mendalam atom itu tidak
dapat berubah sebagai mana adanya Parmenedian. Manusia dan alam terbentuk dari
tubrukan-tubrukan atom. Maka jiwa
manusia terdiri dari atom-atom.
Perihal etika
demokritus memandang bahwa tujuan hidup adalah kegembiraan, dan berpendapat bahwa
kesederhanaan dan beradab adalah sarana terbaik untuk mencapai kegembiraan. Ia
tak suka dengan kekerasan dan nafsu, ia terang-terangan menolak seks, karena
seks menurutnya menyebabkan tenggelamnya kesadaran . pendepat kontroversialnya
adalah ia menolak menikah dan tidak ingin memiliki anak, karena menurutnya
mendidik anak akan menghambat kegiatan berfilsafat.
Beginilah
kegiatan berfilsafat kedua sejoli yang memunculkan anggapan orang modern akan
cangihnya pemikiran mereka. Atom hingga sekarang terus menjadi kegiatan kerja
keras para ilmuwan untuk menemukan dari mana atom itu. Dari sinilah kita bisa
memasukkan pentingnya dua sejoli ini masuk pada jajaran pemikir pemikir elit
yang membentuk peradaban dunia.