Kamis, 29 Oktober 2015

Agama dan Moralitas

Agama dan moralitas
seumber gambar coffin3.wordpress.com
                Dalam sebuah diskusi mingguan yang di adakan hmj akidah filsafat uin alauddin Makassar, agama seakan tak memiliki lubang lagi untuk bersembunyi. Agama seakan kehilangan alasan akan keberadaanya. Ironis dan sadis mungkin terlalu naïf jika saya tak mengakuinya demikian. Agama ditelanjangi dan diperkosa serta ternodai kesucianya. Tanpa belas kasihan pakaian agama dirobek dan dibakar.
Kata pemateri waktu itu, adalah sebuah kewajaran masa masa kami melakukan itu. Karena masa masa seperti sekarang inilah kita senantiasa mencari jati diri keberagamaan kita. Berikut apa yang sedikit penulis dapatkan dari diskusi tersebut.
Agama, selalu menjadi perdebatan tematik, dilematik dan krusial. Mengapa? Karena memang demikian adanya. Sebagai mahluk yang mengakui adanya Tuhan dan beragama, maka kita tak akan bbisa menghindar dari permasalahan keagamaan.
Misalnya ketika kita mencoba menelusuri asal usul agama, kita menemukan bahwa agama lahir dari sebuah kekecewaan. Ketika kita mendekati agama secara definitive, a berarti tidak, gama berarti kacau, jadi agama adalah tidak kacau. Namun dalam realita banyak kekacaun kekacauan yang berkedok pada kepentingan agama. Justru jangan sampai konsep agama berbalik menajadi  gama-gama yang merusak.
Agama hadir memberikan sebuah ajaran cinta kasih atas sesama dan menyembah Tuhan yang satu. Tuhan semesta alam yang hanya Dia yang layak untuk disembah. Agama  kemudian memberikan sebuah imbalan unik untuk perbuatan manusia, hukum terhadap perilaku. Misalnya yang baik mendapat pahala dengan tropinya, surga. Dan ketika melakukan perbuatan jahat dicap buruk berdosa dengan ganjaran tur dineraka. Demikian setiap tindak tanduk manusia diatur dengan sangat rapih dan tak terbantahkan. Apalagi jika itu sudah masuk ke dalam tatanan moral, baik dan buruk.
Agama juga datang dengan wahyu untuk menjelaskan apa yang belum terjelaskan, mendahului kemampuan rasio manusia dalam mengeksplorasi alam, memberikan gambaran garis besar semesta. semakin ke depan, wahyu semakin relevan dengan kehidupan modern. dengan berbagai bukti yang telah diungkapkan oleh para pakar dibidangnya, utamanya sains.
Agama kemudian terlihat sangat sempurna memberikan dorongan kepada manusia untuk berbuat baik dan menghindari  yang buruk. Ada sebuah aforisme begini, perilaku seseorang ditentukan oleh penjiwaan keagamaan. Sehingga ada implikasi bahwa agama mengotoriter perilaku manusia. dengan demikian perilaku manusia hanya merupakan refleksi tuntutan agama. Jika penghayatan terhadap agama tidak baik-tidak memperhatikan tuntutan agama dengan baik- maka perilaku manusia tidak akan baik. Jadi, manusia melakukan semua itu semata mata karena ganjaran, baik karena surga dan buruk menghindari neraka, dengan jaminan bahwa keduanya nyata diakhirat kelak.
moralitas. moral
Namun bagaimana jika penulis mencoba menawarkan sebauh solusi yakni dengan menerapkan kaidah emas ala kant. Agama kita gantikan dengan moralitas. Lepaskan agama. Dikatakan bahwa tanpa agama pun manusia sebenarnya bisa hidup bahagia, tanpa perlu diimingi-imingi pahala dan takut surga untuk berbuat baik dan menghindari yang jahat. Dan itu benar adanya. Bahkan terkadang penganut agama justru menjadi  radikal dan fundamentalisme. Bukan kah perbuatan tanpa pamrih itu lebih luhur.
Bagaimana caranya, berikut penjelasanya. Ketika berbuat sesuatu, kita harus membuat kaidah sendiri, misalnya ketika saya mencuri, saya kembalikan lebih dahulu kepada diri saya. Ketika saya kecurian apakah saya rela. Tanpa melihat secara umum terlebih dahulu, jika kecurian pasti sangat tidak menyenangkan, menyakitkan dan menjengkelkan. Dengan demikian dapat kita lihat bahwa saya tidak suka, maka jangan lakukan.
Dengan menetapkan suatu perbuatan demikian kita sudah menetapkan sebuah kaidah bahwa, mencuri itu tidak baik. Dan secara universal kaidah itu akan bisa diterima. Dengan demikian kita melakukan hal itu atas dasar keinginan nurani terdalam tanpa pengaruh dari dogmatisme agama. Tanpa agama kita dapat mengetahui mana yang baik dan mana yang buruk dengan menggunakan kaidah diatas.
Silahkan anda memilih. Jika agama mengatakan. Penjiwaan terhadap agama berimbas perilaku. Maka moralitas tak membutuhkan itu. Dengan menciptakan kaidah universal, kita sudah mampu hidup dengan baik.


Facebook Komentar
0 Blogger Komentar


EmoticonEmoticon