Biografi Zeno.
Bapak Dialektika.
***
“Jika kau merasa dirimu bergerak sebenarnya kau tetap diam.”
Ketika Parmenides tercatat dalam sejarah karena
sebuah perkataannya bahwa tidak ada perubahan pada sesuatu yang “Ada” maka
muncullah Zeno sebagai pembela utamanya. Kehidupan awal Zeno tidak dapat di
ketahui dengan pasti, para bijak Yunani kuno memiliki kebiasaan untuk
menghiraukan autobiografinya dan lebih mementingkan karyanya. Dan inilah
sebenarnya jati diri seorang filosof. Zeno sendiri diperkirakan telah ada di
500 SM. Dan yang jelasnya ada setelah datangnya Parmenides. Dan kira- kira
hidup se zaman dengan Socrates.
Sebagai murid dari Parmenides, ia dengan gigih
mempertahankan tesis dari gurunya dengan memberikan argumentasi yang menawan
yang kemudian mengantarkannya menjadi peletak dasar dialektika.
Menurut Aristoteles, Zeno adalah peletak dasar
dialektika, suatu argumentasi yang bertitik tolak dari suatu hipotesis,
berangkat dari hipotesis ini di tariklah suatu kesimpulan. Meski kemudian
hipotesis Zeno dianggap telah gugur dan terbukti sebagai suatu hipotesis yang
salah. Meski sebagian lainnya masih menganggap pendapat Zeno tetap memiliki
nilai kebenaran.
Di ketahui Zeno hanya memiliki satu buku yang
pernah di tulisnya, dan sekarang buku itu hanya tinggal pragmentnya, namun
pragment itu telah cukup menjelaskan pendapatnya bahwa dunia plural yang kita
tinggali memiliki ketidak riil an. Namun dari sekian argumentnya ada satu
argument yang menjadi pembahasan para filosof kemudian. Dia memiliki 4 argument
yang menentang adanya gerak. Semuanya selalu ada pada tetap. Keempat argumen
itu adalah demikian.
1.
Lintasan lari atau paradoks dikotomi.
2.
Archiles dan kura-kura
3.
Anak panah
4.
Balok atau stadium yang bergerak
Berikut penjelasan mengenai argument paradoks
Zeno.
1.
Seorang pelari harus menjalani lintasan dari garis
(S) kegaris finish (F). Untuk bisa mencapai garis finis. Ia harus mencapai
titik median atau tengah (M) antara (S) dan (F). Dan sebelumnya harus mencapai
(N) yakni titik antara (S) dan (M), dan begitulah seterusnya. Namuan demikian
menurut Zeno. Mustahil si pelari menyelesaikan sesuatu yang tak terhingga
jumlahnya ini dengan waktu yang terhingga. Oleh karena itulah si pelari tidak
akan pernah menyelasaikan sampai ke garis Finis , begitupun juga ia tidak
pernah memulai di garis Start.
2.
Archiles akan beradu lari dengan kura-kura. Dimana
kura-kura itu diletakkan 10 m di depan garis start Archiles. Saat pertandigan
di mulai. Archiles mencapai garis start Kura-kura yang ternyata sudah ada 10 m
di depan Archiles. Ketika Archiles berlari kedepan lagi 10 m kura-kura sudah
berada lagi 10 m di depan Archiles dan begitu seterusnya ad inifinitum. Jadi
kesimpulannya Archiles tidak dapat menyusul kura-kura.
3.
Anak panah ketika dil lepaskan dari busurnya
menurut Zeno tidaklah meluncur atau bergerak tetapi ia diam. Diam kerana anak
panah itu selalu berada pada tempatnya. Ketika anak panah itu terlihat meluncur
dari busurnya anak panah itu tetap menempati tempat. Ia diam disana selama ia
menempati tempat.
4.
Tiga balok yang sama, A,B,C memiliki ukuran yaang
berbeda . titik A harus mengarungi titik B dengan suatu waktu (t) namun jika
titik A ingin ke titik C maka ia hanya membutuhkan separuh waktu (t). Jika di
hitung jarak A,B,C maka lebarnya adalah 1. Jadi A membutuhkan t/2 untuk memengarungi
jarak 1 balok.
Jika anda merasa kebingungan dengan argument
paradoks Zeno. Maka anda masih dalam ke normalan. Sejak dulu empat argument ini
memang sudah membingungkan, dan sudah banyak kajian untuk membahas bagaimana
sebenarnya jalam pemikiran Zeno. Pendapatnya ini jika di masukkan dalam
matematika modern yang menghitung jumlah tidak terhingga berasal dari jumlah
yang terhingga membuat argument nomor (1) dan (2) Zeno menjadi gugur. Kemudian
pula matematika mengatakan tidak ada yang disebut Velositas di satu titik atau
keinstanan, karena velositas di defenisikan hanya menurut interval waktu dan
jarak, ini membuat argument (3) juga menjadi gugur. Argument ke (4) juga di
anggap sebagai argumen komedi dari Zeno di mata matematika modern. Kecuali itu
dianggap sebuah keseriusan ketika Zeno membayangkan panjang 1 adalah unit
terkecil di jumlah waktu yang paling sedikit. Lalu dari asumsi ini muncul
kontradiksi, karena A disebut mengarungi C hanya dalam waktu separuh saja dari
waktu terkecil yang di usulkannya sendiri.
Bagi yang pro dengan pendapat Zeno tentu tidak
menerima keguguran argument tersebut, jika di luar penalaran matematika.
Sesuatu yang bergerak berasal dari sesuatu yang diam. Pergerakan dalam
sepersekian detik adalah diam. Jika kita memperhatikan lampu yang terus
menyala. Padahal secara lahirianya lampu tersebut dalam sepersekian detik padam.
Jadi nyalanya lampu di sebabkan oleh padamnya yang sepersekian detik.
Lalu manakah pendapat yang benar. Tentu saja tidak
ada yang salah semuanya benar, karena kebenaran itu bersifat relatif. Semuanya
kembali lagi pada pembuktian kebenarannya.
Zeno pun dia anggap sebagai filosof antik yang
berharga lewat argumentnya yang unik. Yang kemudian merangsang otak manusia
abad ke 20 untuk menemukan hitungan matematika limit tak terbatas.