Kamis, 01 Oktober 2015

Permanides ( Bapak Logika yang Abadi )

BIOGRAFI PARMENIDES ( Bapak logika yang abadi )


Jika Heraklitus berangapan bahwa segala sesuatunya berubah. Maka muncullah Parmenides sebagai anti tesa yang lalu menganggap tak sesuatupun berubah.
Parmanides adalah warga pribumi Elea di Italia selatan yang telah menginjak usia dewasa pada paruh pertama abad ke-5 SM. Parmanides menurut Plato adalah guru dari Sokrtes yang pada saat itu masih sangat muda sedangkan Parmenides sudah berusia lanjut. Dari sinilah mengapa pemikiran Parmenides banyak mempengaruhi Plato.
ada seorang bijak dari Italia selatan yang juga memiliki pengaruh yang besar terhadap Filsafat. Phytagoras yang di maksud. Dia telah menanamkan filsafat yang  lebih condong kepada mistisisme dan agama. Phytagoras sendiri banyak mempengaruhi Parmenides baik dari Mistisime maupun matematika.
Nama Parmenides tercatat dalam sejarah sebagai seorang yang memiliki pengaruh karena argumen metafisisnya bertahan sangat lama dan mempengaruhi banyak penerusnya hingga mencapai Friedrich Hegel. Ia pun di anggap sebagai tokoh relativisme yang penting, dia pula di sebut sebagai logikawan pertama dalam sejarah filsafat, bahkan juga di sebut sebagai filosof pertama dalam kaca modern. Sistemnya secara keseluruhan di sandarkan pada deduksi logis yang berlawan dengan Heraklitus yang menggunakan metode intuisi.
Parmenides banyak menuangkan doktrinnya lewat syair-syair yang berjudul On Nature. Ia menganggap bahwa indera bersifat menipu, pelbagai benda yang indrawi hanyalah sebuah ilusi. Satu-satunya pengada yang sejati adalah “yang Tunggal” yang tak terbatas dan tak terbagi-bagi. “yang Tunggal” ini bukan berasal dari unsur-unsur yang berlawanan sebagai mana dalam pandangan Heraklitus. “yang Tunggal” ini bukan Tuhan. Parmenides menganggapnya sebagai materi yang bersifat meluas yang tidak dapat di bagi-bagi dan hadir di mana- mana. Artinya “yang tunggal” ini bersifat tetap dan berlaku umum.
Untuk memperoleh kebenaran Parmenides mengungkapkan sebagai berikut.
“ Engkau tak dapat bahkan mustahil mengetahui sesuatu yang tak ada, dan tak juga tak dapat mengutarakan sesuatu yang tdak ada itu. Sebab sesuatu yang dipikirkan dan sesuatu yang ada adalah sama.”
Lalu bagaimanakah yang ada sekarang bisa menjadi ada? jika ia memang manjadi ada maka dahulunya ia tak ada.
Ada dalam pengertian Parmenides adalah sesuatu yang tetap dan tidak mengalami perubahan. Karena yang mengalami perbuahan hanyalah sesuatu yang menjadi ada atau menjadi tidak ada. maka yang ada (being) mustahil menjadi tidak ada. dan yang tidak ada juga mustahil menjadi ada. yang ada tetaplah ada. begitupun juga dengan tidak ada tetaplah tidak ada. maka kebenaran atau yang di pikirkan hanyalah sesuatu yang ada. yang tidak ada tidak dapat di pikirkan.

Yang ada ini mestilah sesuatu yang bersifat umum dan tetap, yang tidak dapat di bagi-bagi. Karena jika di bagi maka yang ada ini mengalami perubahan dan itu tidak mungkin. Tidak ada kekuatan yang mampu membagi yang ada ini. Jika pun ada ini di bagi. Maka yang ada itu adalah sesuatu di luar yang ada.
Jika kita memasukkan pengertian Parmanides mengenai yang ada ini terhadap cara berpikir tentang Tuhan. Maka ukurannya ada tiga.
1.       Ada
2.       Tidak ada
3.       Ada dan tidak ada
Yang benar adalah nomor satu. Tuhan itu ada karena telah kita sepakati yang tidak ada adalah sesuatu yang tidak mungkin. Nomor 2 adalah jawaban yang salah karena yang tidak ada tetaplah tidak ada. dan jawaban nomor 3 lebih tidak memungkinkan karena yang ada dan tidak ada tidak mungkin berjalan bersamaan, Tuhan tidak mungkin ada dan tidak ada.
Mengenai logika ada ini mendapat tantangan dengan sebuah pertanyaan, bagaimana jika si Fulan dulunya ada secara fisik dan sekarang sudah tidak ada (mati). Apakah dia tetap ada padahal secara fisik ia telah berubah menjadi tidak ada secara kasat mata.?
Untuk mengupas pertanyaan ini kita mengambil sebuah contoh dari alam makna. Bahwa si fulan itu dulunya sedang berada disamping kita berbicara dengan bahasa yang jelas. Namun sekarang ia telah tiada di samping kita. Namun yang manakah yang sebenarnya si Fulan. Si fulan yang berbicara atau si fulan yang menyampaikan bahasanya. Apakah si fulan yang sebenarnya adalah yang ada di dunia fisik atau yang ada di alam makna. Si fulan memang berubah di alam fisik. Tapi si fulan yang sebenarnya akan selalu ada dan tidak berubah di alam makna. Maka kesimpulannya si fulan tidak mengalami perubahan dan ada untuk selamanya.
Entahlah jika benar kupasan jawaban itu. Mungkin saja jika Parmenides melihat jawaban itu, ia akan mencela jawaban penulis. Dan bertanya anda tahu apa mengenai Ada di alam makna. Tapi setidaknya jawaban tersebut telah menyampaikan maksud dari Parmenides yang berpendapat bahwa “karena kita saat ini dapat mengetahui apa yang umumnya di anggap telah berlalu, maka sesuatu itu tak mungkin benar-benar berlalu, melainkan dalam pengertian tertentu sesuatu itu tetap eksis saat ini.”
Jadi benar tidaknya suatu pendapat itu menurut Parmenides di ukur dengan logika, dan yang berlogika hanyalah manusia. maka kebenaran itu hanyalah manusia. maka benar atau tidaknya sesuatu di luar manusia di nilai oleh manusia itu. Dapatkah anda menangkap rumusan itu? Jika anda mengerti maka ada masalah di balik rumusan itu.
Pengertian mengenai substansi yang tidak berubah ini  yang menjadi subjek tetap dari pelbagai predikat yang menempelinya. Ini kemudian menjadi konsep mendasar dalam filsafat , Psikologi, fisika dan teologi yang bertahan selama lebih dari dua ribu tahun.


Sumber. Bertrand Russel. Sejarah filsafat barat. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. 2007.
                Asmoro Achmadi. Filsafat umum. Jakarta : Raja Wali pers. 2013.
               Ahmad Tafsir. Filsafat umum. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. 2013.


Facebook Komentar
0 Blogger Komentar


EmoticonEmoticon