BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.
Sejak zaman Yunani kuno
bahkan zaman Mitologi, manusia-manusia dahulu sudah memulai sebuah mega proyek.
di dalam mega proyek itu ada dua kubuh atau dua kekuatan yang membangun mega
proyek tersebut. Agama dan Filsafat. dua kekuatan yang mewarnai kebudayaan.
Akal dan hati, rasio dan iman. Karena sama-sama memiliki kekuatan yang
berimbang, terjadilah pergulatan. Ini sudah mulai kelihatan di zaman Yunani
Kuno. Dimulai dari Thales dan di teruskan oleh kawan-kawannya yang menonjolkan
peran akal. Namun mereka tidak sepenuhnya meninggalkan kepercayaan-kepercayaan
pada mitos Yunani.[1]
Pada Zaman Shopis keadaan
lalu berubah. Akal benar-benar menang mutlak, Manusia menjadi ukuran kebenaran,
semua ukuran kebenaran relative. Iman lalu terlupakan. Dan yang terjadi adalah kekacauan. Terjadi kekacauan
kebenaran. Di mana kebenaran bersifat partikular dan relatif dan tak ada kebenaran
yang bersifat umum. Akhirnya manusia yang hidup di zaman ini meragukan segala hal kecuali kebenaran bagi dirinya
sendiri. Agama dan sains di curigai.
Lalu datanglah Socrates
dengan misi mengakhiri kekacauan kebenaran itu. Ia menghentikan pemikiran Shopis dengan datang kepasar Athena dan meyakinkan
mereka, bahwa tidak semua
kebenaran bersifat relatif, ada kebenaran yang bersifat umum yang di akui secara universal, inilah yang
di sebut pengertian umum.
Socrates berhasil meyakinkan orang-orang Athena,
meski nyawa adalah bayarannya. Socrates harus membawa mati pemikirannya dengan
racun, hasil penuntutan hakim-hakim orang Shopis. Namun ketika Socrates mati,
hidup manusia yang lebih hebat dari dirinya. Dia lah Plato yang membawa teori
idea yang mendukung pendapat Socrates. Lalu datang lagi Aristoteles yang
membela guru-gurunya dengan menyalahkan logika yang di bawa oleh orang Shopis.
Namun keadaan itu tidak bertahan lama. Kurang
lebih 300 tahun kemudian hegemoni terganggu lagi. Sejak berakhirnya zaman Socrates,
filsafat seolah merosot, hingga benar-benar sampai ke kedalaman yang gelap di
abad pertengahan. Filsafat, akal atau rasio kalah secara mutlak dan agama, hati
atau iman melaju dengan sangat kencang meninggalkan pesaingnya. Namun seperti
apakah fase “pemanasan” yang melatar belakangi kemengan agama di abad
pertengahan.?
1.2 Rumusan masalah
1.2.1
Apakah pengertian dan latar belakang munculnya
abad pertengahan.?
1.3.
TUJUAN DAN MANFAAT
1.3.1. TUJUAN
Penulisan makalah ini bertujuan
sebagai berikut :
1.
Mahasiswa dapat mengetahui pengertian dan latar belakang munculnya
abad Pertengahan.
2.
Mahasiswa dapat mengetahui pemikiran-pemikiran yang membentuk abad
pertengahan.
1.3.2 Manfaat
Penulisan makalah ini
dapat menghasilkan manfaat sebagai berikut:
1. Makalah ini dapat menambah pengetahuan mahasiswa mengenai faktor yang melatar belakangi munculnya
Abad Pertengahan.
2. Makalah ini juga bisa menjadi bahan bacaan yang berguna bagi
mahasiswa.
BAB II
Pembahasan.
2.1.
Pengertian dan
latar belakang munculnya Abad Pertengahan
Abad pertengahan adalah abad yang juga di sebut sebagai abad
“kegelapan” di mana otoritas Gereja mencapai kediktatoran yang membelenggu
manusia dari kebebasan untuk mengembangkan potensinya. Namun
sebelum memasuki fase gelap itu, ada fase transisi di mana cahaya filsafat
mulai meredup. Zaman Hellenistis adalah fase
transisi itu. Hellenistis tersendiri
adalah istilah modern yang di ambil dari bahasa Yunani kuno Hellenizein, yang
berarti berbicara atau berkelakuan seperti orang Yunani. Zaman Hellenistis
klasik adalah zaman yang berkembang pada abad ke 5 dan ke 4 SM. Dalam
pengertian yang lebih luas , Hellenisme adalah istilah yang menunjukkan
kebudayaan yang merupakan gabungan antara budaya Yunani dan budaya Asia kecil,
Siria, Mesopotamia, dan Mesir tua, Gabungan ini terjadi selama tiga abad
setelah meninggalnya Alexsander yang agung[2]
pada tahun 323 SM. Seseorang dikatakan Hellena bila ia berbicara dan
menggunakan budaya Yunani di manapun ia berada.[3]
Zaman hellanistik adalah zaman di mana
bidang ilmu pengetahuan, filsafat, matematika dan karya-karya lainnya merupakan
karya terbaik yang pernah di capai bangsa Yunani.
Zaman hellanistik diawali oleh penaklukan
hebat yang di lakukan oleh Aleksander dalam jangka sepuluh tahun, dari tahun
334 hingga 324 SM, ia menaklukkan Asia kecil, Siria , Mesir, Babilonia, Persia,
Samarkand, Bactria, dan Punjab. Imperium Persia yang merupakan rajanya dunia,
di remukkkannya lewat tiga
pertempuran.
Setelah kematian Aleksander. Peradaban
Yunani terus berkembang, di Babilonia pengaruh Hellenisme jauh lebih mendalam.
Di Mesopotamia, Hellenisme menyebabkan bahasa Yunani menjadi bahasa Sastra dan
kebudayaan. Begitupun pula di daerah Siria. Sedangkan di Makedonia pengaruh
Hellenisme mendapat tentangan dari bangsa Yahudi.
Zaman Hellanistik lalu mencapai
kegemilangannya pada abad ke 3 SM di kota Aleksandria[4].
Di bawah Dinasti Ptolomeus ilmu pengetahuan mendapat kenyamanan sehingga
menarik banyak tokoh terbaik zaman itu untuk datang ke ibu kota mereka
mempelajari berbagai ilmu pengetahuan. Misalnya tokoh kesohor bernama
Archimedes adalah alumni Aleksandria yang menjadi salah satu anak didik
Aleksandria.
Namun kejayaan Aleksander pada kota Aleksandria
di zaman Hellanistis terpuruk dalam kekacauan yang di bawa oleh bangsa barbar
Romawi yang bodoh dan brutal, namun tetap dapat menciptakan ketertiban.
Istilah “periode Hellenistik” mulai di
gunakan pada abad ke 19 oleh sejarawan Jerman, Droysen, untuk menunjukkan periode
sebagaimana disebut diatas itu. Periode Hellanistik , menurut Droysen, di mulai
dari meninggalnya Aleksander yang agung sampai kira-kira pada tahun 30 SM. Atau
“periode Hellanistik” adalah periode yang berlangsung dari sejak meninggalnya
Aristoteles sampai mulai berkembangnya Agama Kristen. Lama periode ini
berlangsung selama 300 tahun. selama periode tersebut muncullah aliran-aliran
besar seperti Sinisme, Skeptisisme, Epicureanisme, dan stoisisisme.
Aliran Sinisme
Pendirinya adalah Diogenes murid dari
Anthistenes. Diogenes[5]
adalah seorang yang berpaham Sinis yang menganggap bahwa barang-barang Duniawi
tak ada nilainya. Ia berusaha mencapai keutamaan dan kebebasan moral dengan jalan melepaskan diri dari
hasrat. Baginya segala apa yang ada di dunia adalah buruk kecuali dirinya. Maka
Aliran sinisme adalah aliran yang menganggap segala sesuatunya tidak memiliki
nilai apa-apa.
Aliran Skeptisisme.
Pendiri aliran ini adalah Pyrrho yang
merupakan serdadu Aleksander. Aliran Skeptisisme mendapat sambutan yang baik di
tengah masyarakat yang malas dan cemas. Alih-alih memikirkan masa depan yang
belum pasti, masa sekarang saja belum tentu pasti. Alasan inilah yang menjadi
alasan Skeptisisme mengalami kesuksesan yang luar biasa pada masyarakat pada
umumnya.
Aliran
Epicurianisme
Sebuah
aliran yang mengajarkan pencarian jalan hidup yang di dasarkan pada kesenangan
indrawi, meski uniknya, prespektif ini bukanlah rekomendasi dari Epicurus[6],
nama yang dapat di kontrol,
dan yang bisa di nikmati secara moderat, lalu memuncak pada persahabatan,
kedamaian dan kontemplasi estetik. Epikurianisme lebih tepatnya adalah jenis
Filsafat apapun yang
memadukan dalam dirinya sejumlah
doktrin sentral Epicurus namun di serap tidak sepenuhnya.[7]
Aliran
Stoisisme
Sebuah
aliran yang pertama kali di perkenalkan oleh Zeno, filsafat ini mengajarkan
akan etika kenyamanan dari pengidentifikasian diri dengan tatanan moral semesta
sepenuhnya dan tidak terelakkan, puncak ini merupakan etika tentang kecukupan
diri, ketenangan yang penuh dengan kemurahan hati dengan kedamaian bijak yang
membuatnya tidak takut akan kemiskinan, penderitaan, dan kematian.[8]
Itulah
macam-macam pemikiran yang menonjol pada zaman Hellenistik, cirri-ciri filsafat
Hellenisme dapat di simpulkan sebagai berikut.[9]
1.
Pada Zaman ini filsafat dan
sains mengalami pemisahan , para murid belajar dengan lebih terspesialisasi
2.
Sifat spekluatif mulai
dijauhi, perhatian lebih terkonstrasi pada masalah aplikasi.
3.
Athena kehialangan monopoli
dalam pengajaran. Pusat-pusat keilmuan berpindah kedarah-daerah taklukan
Aleksander utamanya Aleksandria.
4.
Filsafat mulai di
populerkan kemasyarakat umum. Metafisika sudah kehilangan peminat. Dan mereka
lari ke masalah-masalah sosial.
5.
Etika di jadikan sebagai
perhatian utama.
6.
Jiwa filsafat Helenisme
ialah eklektik.
7.
Muncul filosof yang lebih
menyukai riset dari pada memunculkan teori sendiri.
8.
Watak ekstrim muncul. baik
dalam etika maupun takhayul.
9.
Pada zaman ini filsafat
lebih lengket dengan agama.
10.
Perspektif filsafat dan
sastra semakin pendek.
Seperti yang di ketahui
Filsafat Hellenistik maju di daerah bernama Aleksandria. Inilah tempat yang
kemudian di kuasai oleh imperium Romawi yang mengakhiri zaman Hellenistik.
Caesar Agustus datang menaklukkan dataran Eropa, bekas penaklukan Aleksander. Sehingga
Filsafat Yunani juga ikut terbawa. Ada jangka waktu yang cukup lama untuk
mengawinkan budaya beradab orang Yunani dengan budaya barbar orang-orang
Romawi. Dalam buku Bertrand Russel, Sejarah Filsafat barat di jelaskan, ada
empat pengaruh Yunani terhadap Romawi dan Romawi terhadap Yunani, yang menyusun
kebudayaan bagi dunia beradab yang baru.[10]
Yaitu :
1.
Terjadi pengaruh langsung
dari Romawi terhadap pemikiran Hellenistis.
2.
Ada kedamaian di Romawi
yang mendukung terjadinya pembauran kebudayaan.
3.
Pengaruh Yunani dan Timur atas
separuh wilayah Imperium bagian barat.
4.
Beralihnya peradaban
Hellenistis kepada orang-orang Islam.
Sehingga jelas kemudian
sebelum Abad pertengahan muncul. Zaman Hellanistis menjadi zaman yang sangat
mempengaruhi jalannya waktu di abad pertengahan. Dimana sentrum pemikiran
filosof-filosof abad pertengahan adalah Teosentris yang di sadur dari pemikiran
Plotinus. Ahmad Tafsir dalam buku Filsafat umum tidak memasukkan Plotinus
sebagai anggota Zaman Hellanistik[11].
Maka itu berarti Plotinus (Neo platonisme) lah yang lalu mengawali Abad
Pertengahan. Yang nantinya di abad pertengahan kita dapat menyaksikan filosof
membicarakan Tuhan.
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Abad pertengahan adalah
abad yang dimulai dari tahun 204 – 1492 M. abad ini juga di sebut sebagai abad
“Kegelapan”. Dimana dalam Sejarah Gereja. Otoritas Gereja terlalu mendominasi
kegiatan berpikir bebas hingga terjadi kebelengguan berpikir. Para ahli
berpikir tidak lagi memiliki kebebasan dalam mengembangkan potensinya. Semuanya
harus bergerak di bawah pengawasan Gereja. Sebelum masuk abad kegelapan itu.
Dunia Filsafat terebih dahulu melewati fase pra abad pertengahan yang disebut
sebagai zaman hellanistik. Di zaman Hellanistik inilah, dapat di ketahui latar
belakang yang membentuk pemikiran di Abad pertengahan.
3.2. Saran
Makalah ini tersusun dari cipta akal manusia, maka
kekurangan adalah nilai yang paling layak untuk makalah ini. Namun kekuatan
terbesar seorang manusia adalah Kebiasaan. Maka kedepannya pemakalah akan
senantiasa memperbaiki dan meningkatkan metode menulis karya ilmiah yang baik
dan benar serta memperbanyak referensi bacaan agar makalah ini semakin dapat di
pertanggung jawabkan. Dan tentu saja Saran dari pembaca sangat kami tunggu.
Daftar
Pustaka
Tafsir, Ahmad, Filsafat Umum, Bandung, PT
Remaja Rosdakarya, 2013.
Blackburn, Simon, Kamus Filsafat,
Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2013.
Russel, Bertrand, Sejarah Filsafat Barat,
Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2007.
Achmadi, Asmoro, Filsafat Umum, Jakarta,
Rajawali Pers, 2013.
H Heart, Michael, Seratus Tokoh Yang
Paling Berpengaruh Dalam Sejarah, Jakarta, Pustaka Setia, 1983.
[1] Ahmad Tafsir, Filsafat umum, (
Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013), h.64.
[2]
Alexsander yang agung adalah seorang
penakluk dari dunia masa lalu yang kesohor. Di lahirkan di Pello tahun 356 SM,
ibu kota Macedonia. Ayahnya adalah seorang raja bernama Philip II yang
mengorganisir Angkatan Bersenjata Macedonia untuk memulai penyerangan terhadap
kekaisaran Persia di sebelah timur Yunani, namun ia menutup usia saat
penyerbuan sudah di mulai. Alexsander berumur dua puluh tahun saat ayahnya
meninggal dan otomatis naik takhta menggantikan kedudukan ayahnya. Alexsander
sebelum menjadi raja, ia adalah seorang murid dari Aristoteles. Maka ketika ia
menaklukkan berbagai wilayah. Alexsander seta merta juga menyebarkan Filsafat
Yunani yang diterimanya yang lalu bercampur baur dengan kebudayaan di luar
Yunani, yang kemudian mengangkat
kebudayaan taklukannya. Ia meninggal di tahun 323 SM pada usia muda karena
terserang demam. lihat Michael H.Hart, Seratus
Tokoh yang Paling Berpengaruh dalam Sejarah,( cet.4 Jakarta: Pustaka Jaya,
1983), h.186.
[3] Ahmad Tafsir, Filsafat umum,
( Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013),h. 62.
[4] Aleksandria dahulunya adalah kota yang aman di
mesir yang jauh dari peperangan jika di bandingkan dengan kawasan Eropa dan
Asia , dan ini menjadikan Aleksandria menjadi tempat menguntungkan bagi
perdagangan dan kemajuan ilmu pengetahuan. lihat Bertrand Russel, Sejarah
Filsafat Barat, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007),h. 303.
[5] Diogenes
adalahfilsuf pendiri Sinik, tinggal di Athena tetapi bisa juga tinggal di
Korintus. Dia mengajarkan bahwa cara yang benar untuk hidup adalah memiliki
kebutuhan sesederhana mungkin memenuhi selangsungnya mungkin.. Lihat Simon
Blackburn, Kamus Filsafat Barat , (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013) h.
246.
[6] Epicurus
adalah filsuf yang lahir di pulau Samos pada tahun 341-270 SM, baginya tujuan
semua filsafat memampukan kita hidup dengan baik tetapi tidak dengan cara
hedonistic. Lihat Simon Blackburn, Kamus Filsafat Barat ,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013) h. 283.
[7]
Simon Blackburn, Kamus Filsafat, ( Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2013), h.
283.
[8]
Simon Blackburn, Kamus Filsafat, ( Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2013), h.
836.
[9] Ahmad Tafsir, Filsafat umum, (
Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013),h. 62.
[10]
Bertrand Russel, Sejarah FIlsafat Barat, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2007), h. 369.