Sabtu, 17 Oktober 2015

Filsafat Hellenistik. Pemanasan menuju pertarungan Akal dan Hati di Abad Pertengahan.

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.

Sejak zaman Yunani kuno bahkan zaman Mitologi, manusia-manusia dahulu sudah memulai sebuah mega proyek. di dalam mega proyek itu ada dua kubuh atau dua kekuatan yang membangun mega proyek tersebut. Agama dan Filsafat. dua kekuatan yang mewarnai kebudayaan. Akal dan hati, rasio dan iman. Karena sama-sama memiliki kekuatan yang berimbang, terjadilah pergulatan. Ini sudah mulai kelihatan di zaman Yunani Kuno. Dimulai dari Thales dan di teruskan oleh kawan-kawannya yang menonjolkan peran akal. Namun mereka tidak sepenuhnya meninggalkan kepercayaan-kepercayaan pada mitos Yunani.[1]
Pada Zaman Shopis keadaan lalu berubah. Akal benar-benar menang mutlak, Manusia menjadi ukuran kebenaran, semua ukuran kebenaran relative. Iman lalu terlupakan. Dan yang terjadi adalah kekacauan. Terjadi kekacauan kebenaran. Di mana kebenaran bersifat partikular dan relatif dan tak ada kebenaran yang bersifat umum. Akhirnya manusia yang hidup di zaman ini meragukan segala hal kecuali kebenaran bagi dirinya sendiri. Agama dan sains di curigai.
Lalu datanglah Socrates dengan misi mengakhiri kekacauan kebenaran itu. Ia menghentikan pemikiran Shopis dengan datang kepasar Athena dan meyakinkan mereka, bahwa tidak semua kebenaran bersifat relatif, ada kebenaran yang bersifat umum yang di akui secara universal, inilah yang di sebut pengertian umum.
Socrates berhasil meyakinkan orang-orang Athena, meski nyawa adalah bayarannya. Socrates harus membawa mati pemikirannya dengan racun, hasil penuntutan hakim-hakim orang Shopis. Namun ketika Socrates mati, hidup manusia yang lebih hebat dari dirinya. Dia lah Plato yang membawa teori idea yang mendukung pendapat Socrates. Lalu datang lagi Aristoteles yang membela guru-gurunya dengan menyalahkan logika yang di bawa oleh orang Shopis.
Namun keadaan itu tidak bertahan lama. Kurang lebih 300 tahun kemudian hegemoni terganggu lagi. Sejak berakhirnya zaman Socrates, filsafat seolah merosot, hingga benar-benar sampai ke kedalaman yang gelap di abad pertengahan. Filsafat, akal atau rasio kalah secara mutlak dan agama, hati atau iman melaju dengan sangat kencang meninggalkan pesaingnya. Namun seperti apakah fase “pemanasan” yang melatar belakangi kemengan agama di abad pertengahan.?

1.2  Rumusan masalah
1.2.1     Apakah pengertian dan latar belakang munculnya abad pertengahan.?

1.3.               TUJUAN DAN MANFAAT
             1.3.1. TUJUAN
Penulisan makalah ini bertujuan sebagai berikut :
1.       Mahasiswa dapat mengetahui pengertian dan latar belakang munculnya abad Pertengahan.
2.       Mahasiswa dapat mengetahui pemikiran-pemikiran yang membentuk abad pertengahan.

   1.3.2  Manfaat
Penulisan makalah ini dapat menghasilkan manfaat sebagai berikut:
1.       Makalah ini dapat menambah pengetahuan mahasiswa mengenai faktor yang melatar belakangi munculnya Abad Pertengahan.
2.       Makalah ini juga bisa menjadi bahan bacaan yang berguna bagi mahasiswa.

BAB II
Pembahasan.
2.1.            Pengertian dan latar belakang munculnya Abad Pertengahan
Abad pertengahan adalah abad yang juga di sebut sebagai abad “kegelapan” di mana otoritas Gereja mencapai kediktatoran yang membelenggu manusia dari kebebasan untuk mengembangkan potensinya. Namun sebelum memasuki fase gelap itu, ada fase transisi di mana cahaya filsafat mulai meredup.   Zaman Hellenistis adalah fase transisi itu. Hellenistis tersendiri adalah istilah modern yang di ambil dari bahasa Yunani kuno Hellenizein, yang berarti berbicara atau berkelakuan seperti orang Yunani. Zaman Hellenistis klasik adalah zaman yang berkembang pada abad ke 5 dan ke 4 SM. Dalam pengertian yang lebih luas , Hellenisme adalah istilah yang menunjukkan kebudayaan yang merupakan gabungan antara budaya Yunani dan budaya Asia kecil, Siria, Mesopotamia, dan Mesir tua, Gabungan ini terjadi selama tiga abad setelah meninggalnya Alexsander yang agung[2] pada tahun 323 SM. Seseorang dikatakan Hellena bila ia berbicara dan menggunakan budaya Yunani di manapun ia berada.[3]
Zaman hellanistik adalah zaman di mana bidang ilmu pengetahuan, filsafat, matematika dan karya-karya lainnya merupakan karya terbaik yang pernah di capai bangsa Yunani.
Zaman hellanistik diawali oleh penaklukan hebat yang di lakukan oleh Aleksander dalam jangka sepuluh tahun, dari tahun 334 hingga 324 SM, ia menaklukkan Asia kecil, Siria , Mesir, Babilonia, Persia, Samarkand, Bactria, dan Punjab. Imperium Persia yang merupakan rajanya dunia, di remukkkannya lewat tiga pertempuran.
Setelah kematian Aleksander. Peradaban Yunani terus berkembang, di Babilonia pengaruh Hellenisme jauh lebih mendalam. Di Mesopotamia, Hellenisme menyebabkan bahasa Yunani menjadi bahasa Sastra dan kebudayaan. Begitupun pula di daerah Siria. Sedangkan di Makedonia pengaruh Hellenisme mendapat tentangan dari bangsa Yahudi.
Zaman Hellanistik lalu mencapai kegemilangannya pada abad ke 3 SM di kota Aleksandria[4]. Di bawah Dinasti Ptolomeus ilmu pengetahuan mendapat kenyamanan sehingga menarik banyak tokoh terbaik zaman itu untuk datang ke ibu kota mereka mempelajari berbagai ilmu pengetahuan. Misalnya tokoh kesohor bernama Archimedes adalah alumni Aleksandria yang menjadi salah satu anak didik Aleksandria.
Namun kejayaan Aleksander pada kota Aleksandria di zaman Hellanistis terpuruk dalam kekacauan yang di bawa oleh bangsa barbar Romawi yang bodoh dan brutal, namun tetap dapat menciptakan ketertiban.
Istilah “periode Hellenistik” mulai di gunakan pada abad ke 19 oleh sejarawan Jerman, Droysen, untuk menunjukkan periode sebagaimana disebut diatas itu. Periode Hellanistik , menurut Droysen, di mulai dari meninggalnya Aleksander yang agung sampai kira-kira pada tahun 30 SM. Atau “periode Hellanistik” adalah periode yang berlangsung dari sejak meninggalnya Aristoteles sampai mulai berkembangnya Agama Kristen. Lama periode ini berlangsung selama 300 tahun. selama periode tersebut muncullah aliran-aliran besar seperti Sinisme, Skeptisisme, Epicureanisme, dan stoisisisme.
Aliran Sinisme
Pendirinya adalah Diogenes murid dari Anthistenes. Diogenes[5] adalah seorang yang berpaham Sinis yang menganggap bahwa barang-barang Duniawi tak ada nilainya. Ia berusaha mencapai keutamaan dan kebebasan moral dengan jalan melepaskan diri dari hasrat. Baginya segala apa yang ada di dunia adalah buruk kecuali dirinya. Maka Aliran sinisme adalah aliran yang menganggap segala sesuatunya tidak memiliki nilai apa-apa.
Aliran Skeptisisme.
Pendiri aliran ini adalah Pyrrho yang merupakan serdadu Aleksander. Aliran Skeptisisme mendapat sambutan yang baik di tengah masyarakat yang malas dan cemas. Alih-alih memikirkan masa depan yang belum pasti, masa sekarang saja belum tentu pasti. Alasan inilah yang menjadi alasan Skeptisisme mengalami kesuksesan yang luar biasa pada masyarakat pada umumnya.
Aliran Epicurianisme
Sebuah aliran yang mengajarkan pencarian jalan hidup yang di dasarkan pada kesenangan indrawi, meski uniknya, prespektif ini bukanlah rekomendasi dari Epicurus[6], nama yang dapat di kontrol, dan yang bisa di nikmati secara moderat, lalu memuncak pada persahabatan, kedamaian dan kontemplasi estetik. Epikurianisme lebih tepatnya adalah jenis Filsafat apapun yang memadukan dalam dirinya sejumlah doktrin sentral Epicurus namun di serap tidak sepenuhnya.[7]
Aliran Stoisisme
Sebuah aliran yang pertama kali di perkenalkan oleh Zeno, filsafat ini mengajarkan akan etika kenyamanan dari pengidentifikasian diri dengan tatanan moral semesta sepenuhnya dan tidak terelakkan, puncak ini merupakan etika tentang kecukupan diri, ketenangan yang penuh dengan kemurahan hati dengan kedamaian bijak yang membuatnya tidak takut akan kemiskinan, penderitaan, dan kematian.[8]
Itulah macam-macam pemikiran yang menonjol pada zaman Hellenistik, cirri-ciri filsafat Hellenisme dapat di simpulkan sebagai berikut.[9]
1.       Pada Zaman ini filsafat dan sains mengalami pemisahan , para murid belajar dengan lebih terspesialisasi
2.       Sifat spekluatif mulai dijauhi, perhatian lebih terkonstrasi pada masalah aplikasi.
3.       Athena kehialangan monopoli dalam pengajaran. Pusat-pusat keilmuan berpindah kedarah-daerah taklukan Aleksander utamanya Aleksandria.
4.       Filsafat mulai di populerkan kemasyarakat umum. Metafisika sudah kehilangan peminat. Dan mereka lari ke masalah-masalah sosial.
5.       Etika di jadikan sebagai perhatian utama.
6.       Jiwa filsafat Helenisme ialah eklektik.
7.       Muncul filosof yang lebih menyukai riset dari pada memunculkan teori sendiri.
8.       Watak ekstrim muncul. baik dalam etika maupun takhayul.
9.       Pada zaman ini filsafat lebih lengket dengan agama.
10.   Perspektif filsafat dan sastra semakin pendek.

Seperti yang di ketahui Filsafat Hellenistik maju di daerah bernama Aleksandria. Inilah tempat yang kemudian di kuasai oleh imperium Romawi yang mengakhiri zaman Hellenistik. Caesar Agustus datang menaklukkan dataran Eropa, bekas penaklukan Aleksander. Sehingga Filsafat Yunani juga ikut terbawa. Ada jangka waktu yang cukup lama untuk mengawinkan budaya beradab orang Yunani dengan budaya barbar orang-orang Romawi. Dalam buku Bertrand Russel, Sejarah Filsafat barat di jelaskan, ada empat pengaruh Yunani terhadap Romawi dan Romawi terhadap Yunani, yang menyusun kebudayaan bagi dunia beradab yang baru.[10] Yaitu :

1.       Terjadi pengaruh langsung dari Romawi terhadap pemikiran Hellenistis.
2.       Ada kedamaian di Romawi yang mendukung terjadinya pembauran kebudayaan.
3.       Pengaruh Yunani dan Timur atas separuh wilayah Imperium bagian barat.
4.       Beralihnya peradaban Hellenistis kepada orang-orang Islam.

Sehingga jelas kemudian sebelum Abad pertengahan muncul. Zaman Hellanistis menjadi zaman yang sangat mempengaruhi jalannya waktu di abad pertengahan. Dimana sentrum pemikiran filosof-filosof abad pertengahan adalah Teosentris yang di sadur dari pemikiran Plotinus. Ahmad Tafsir dalam buku Filsafat umum tidak memasukkan Plotinus sebagai anggota Zaman Hellanistik[11]. Maka itu berarti Plotinus (Neo platonisme) lah yang lalu mengawali Abad Pertengahan. Yang nantinya di abad pertengahan kita dapat menyaksikan filosof membicarakan Tuhan.



BAB III
  PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Abad pertengahan adalah abad yang dimulai dari tahun 204 – 1492 M. abad ini juga di sebut sebagai abad “Kegelapan”. Dimana dalam Sejarah Gereja. Otoritas Gereja terlalu mendominasi kegiatan berpikir bebas hingga terjadi kebelengguan berpikir. Para ahli berpikir tidak lagi memiliki kebebasan dalam mengembangkan potensinya. Semuanya harus bergerak di bawah pengawasan Gereja. Sebelum masuk abad kegelapan itu. Dunia Filsafat terebih dahulu melewati fase pra abad pertengahan yang disebut sebagai zaman hellanistik. Di zaman Hellanistik inilah, dapat di ketahui latar belakang yang membentuk pemikiran di Abad pertengahan.
3.2. Saran
Makalah ini tersusun dari cipta akal manusia, maka kekurangan adalah nilai yang paling layak untuk makalah ini. Namun kekuatan terbesar seorang manusia adalah Kebiasaan. Maka kedepannya pemakalah akan senantiasa memperbaiki dan meningkatkan metode menulis karya ilmiah yang baik dan benar serta memperbanyak referensi bacaan agar makalah ini semakin dapat di pertanggung jawabkan. Dan tentu saja Saran dari pembaca sangat kami tunggu.

Daftar Pustaka
Tafsir, Ahmad, Filsafat Umum, Bandung, PT Remaja Rosdakarya, 2013.
Blackburn, Simon, Kamus Filsafat, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2013.
Russel, Bertrand, Sejarah Filsafat Barat, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2007.
Achmadi, Asmoro, Filsafat Umum, Jakarta, Rajawali Pers, 2013.
H Heart, Michael, Seratus Tokoh Yang Paling Berpengaruh Dalam Sejarah, Jakarta, Pustaka Setia, 1983.




[1] Ahmad Tafsir, Filsafat umum, ( Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013), h.64.
[2] Alexsander yang agung adalah seorang penakluk dari dunia masa lalu yang kesohor. Di lahirkan di Pello tahun 356 SM, ibu kota Macedonia. Ayahnya adalah seorang raja bernama Philip II yang mengorganisir Angkatan Bersenjata Macedonia untuk memulai penyerangan terhadap kekaisaran Persia di sebelah timur Yunani, namun ia menutup usia saat penyerbuan sudah di mulai. Alexsander berumur dua puluh tahun saat ayahnya meninggal dan otomatis naik takhta menggantikan kedudukan ayahnya. Alexsander sebelum menjadi raja, ia adalah seorang murid dari Aristoteles. Maka ketika ia menaklukkan berbagai wilayah. Alexsander seta merta juga menyebarkan Filsafat Yunani yang diterimanya yang lalu bercampur baur dengan kebudayaan di luar Yunani, yang kemudian  mengangkat kebudayaan taklukannya. Ia meninggal di tahun 323 SM pada usia muda karena terserang demam.  lihat Michael H.Hart, Seratus Tokoh yang Paling Berpengaruh dalam Sejarah,( cet.4 Jakarta: Pustaka Jaya, 1983), h.186.
[3] Ahmad Tafsir, Filsafat umum, ( Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013),h. 62.
[4]  Aleksandria dahulunya adalah kota yang aman di mesir yang jauh dari peperangan jika di bandingkan dengan kawasan Eropa dan Asia , dan ini menjadikan Aleksandria menjadi tempat menguntungkan bagi perdagangan dan kemajuan ilmu pengetahuan. lihat Bertrand Russel, Sejarah Filsafat Barat, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007),h. 303.
[5] Diogenes adalahfilsuf pendiri Sinik, tinggal di Athena tetapi bisa juga tinggal di Korintus. Dia mengajarkan bahwa cara yang benar untuk hidup adalah memiliki kebutuhan sesederhana mungkin memenuhi selangsungnya mungkin.. Lihat Simon Blackburn, Kamus Filsafat Barat , (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013) h. 246.
[6] Epicurus adalah filsuf yang lahir di pulau Samos pada tahun 341-270 SM, baginya tujuan semua filsafat memampukan kita hidup dengan baik tetapi tidak dengan cara hedonistic. Lihat Simon Blackburn, Kamus Filsafat Barat , (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013) h. 283.
[7] Simon Blackburn, Kamus Filsafat, ( Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2013), h. 283.
[8] Simon Blackburn, Kamus Filsafat, ( Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2013), h. 836.
[9] Ahmad Tafsir, Filsafat umum, ( Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013),h. 62.
[10] Bertrand Russel, Sejarah FIlsafat Barat, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), h. 369.
[11] Ahmad Tafsir, Filsafat umum, ( Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013), h.62.

Facebook Komentar
0 Blogger Komentar


EmoticonEmoticon