Objek Penelitian Filsafat.
Untuk membuat
sebuah masakan yang nikmat, maknyus dan special. Semua itu tergantung dari bahan
apa yang di pakai, jika semuanya seimbang maka masakan itu akan sesuai dengan
tujuan kita. Begitu pula dengan penjelajahan kedalam hutan. Kita akan merasakan
kenikmatan dalam menjelajahi Hutan Filsafat jika kita tahu apa objek yang kita
pikirkan. Jika kita sudah tahu objek penelitian filsafat kita akan mudah
mencapai tujuan berfilsafat yang tak lain adalah untuk menemukan kebenaran yang
sesungguhnya.
Isi Filsafat itu
di tentukan oleh objek apa yang di pikirkan. Seorang filosof memikirkan segala
yang ada dan segala yang mungkin ada atau yang ada di belakang ada itu. Objek ini
di sebut sebagai objek materia. Kalau dalam pengetahuan Sains objek material
juga di jadikan objek penelitiannya, namun bedanya dengan filsafat. Objek material
Sains adalah objek yang bisa di empiriskan, sedangkan filsafat juga meneliti
itu, tetapi filsafat memiliki objek material yang lebih dalam, objek materia
yang abstrak, yang ada di balik empiris tadi. Seperti Tuhan, hari akhir,cinta
dll semuanya sulit untuk diteliti oleh sains.
Kedua objek
penelitian Filsafat adalah objekforma, yaitu objek yang bersifat
penyelidikan yang mendalam. Kata mendalam ini artinya kita ingin tahu tentang
objek yang tidak empiris yang diluar material.
Hampir semua
pengetahuan sama objek materinya, namun nanti yang akan membedakan satu sama
lainnya adalah objekformanya. Objek forma yang selain filsafat, mereka
membatasi dirinya, sedangkan objek forma filsafat hampir-hampir tak terbatas
bahkan bisa tak terbatas karena tuntutan menyelidiki sampai kedalaman itu.
Maka di
simpulkan bahwa Objek penelitian Filsafat itu ada dua.
a.
Objek material.
b.
Objek forma.
Agar kita mudah
membedakan lagi mana pengetahuan sain dan mana pengetahuan Filsafat. Penulis kembali
menghadirkan sebuah contoh. Yang juga akan menjelaskan objek penelitian sains
dan filsafat.
Contoh ini di
ambil dari buku Ahmad Tafsir, Filsafat umum tentang Hujan.
“ Apa itu Hujan?, sebuah pertanyaan
yang hadir dibenak anda yang mengawali penyelidikan. Anda lalu membuka mata. Melihat
hujan adalah air yang turun dari langit. Anda kembali bertanya, mengapa air itu
turun? Anda lalu mengadakan riset. Anda lalu menemukan bahwa hujan turun
dikarenakan air yang menguap dari air laut, danau, dan sumur karena panas
matahari, lalu berkumpul menjadi awan dan terjadilah hujan. Pengetahuan yang
anda dapatkan ini masih pengetahuan sains. Kemudian pertanyaan kembali muncul
di benak anda. Mengapa di Indonesia banyak hujan sedangkan di padang pasir itu
sedikit. Anda lalu menjawab karena di Indonesia adalah daerah tropis yang
banyak gunung sedangkan padang pasir tidak. Pengetahuan yang anda dapatkan ini masih
pengetahuam sains. Akan tetapi pertanyaan kembali muncul di benak anda. Mengapa
di Indonesia banyak gunung yang berpohon sedangkan di padang pasir tidak?. Pada
ukuran pertanyaan ini. Anda sudah berfilsafat. Sains tidak bisa lagi meneliti
secara empiris. Namun anda terus meneliti dengan ukuran logis. Dan menjawab
semua itu di karenakan hukum alam. Jawaban yang anda dapatkan adalah jawaban
Filsafat. Jawaban itu masih logis namun susah untuk di buktikan secara empiris.
Berpikir tanpa dukungan data seperti ini sering juga di sebut berpikir
spekulatif.”
Contoh di atas
sudah bisa membantu anda untuk membedakan pengetahuan sains dan filsafat,
begitupun pula anda bisa dengan mudah membedakan mana objek materia sains
dengan objek material filsafat. Lalu kta beralih kepertanyaan, bagaimana kita
menyusun objek yang telah di teliti tadi?.