Saat ini di hadapan kita terbentang sebuah peta
yang memberikan anda gambaran isi Hutan Filsafat. Setelah kita mendapatkan
pencerahan mengenai perjalanan asyik dan seru kedalam hutan filsafat,
pelan-pelan kita akan sedikit lagi melangkahkan kaki kegerbang hutan Filsafat.
Namun tak usah takut, Hutan Filsafat akan selalu membuat kita bahagia. Nah
sekarang sebelum kita benar-benar melangkah kedalam hutan filsafat, lalu
memulai petualangan filsafat, ada baiknya anda mengikuti penjelasan pamungkas
mengenai gambaran besar mengenai hutan Filsafat.
Telah kita ketahui bahwa secara tersistematis,
Filsafat tersusun kedalam tiga cabang besar filsafat, yakni teori Epistimologi,
Ontologi dan Aksiologi. Nah kita akan membahasnya satu persatu agar semakin
jelas filsafat itu.
Epistimologi.
Epistimologi adalah teori yang membahas
pertanyaan “ dari mana sumber pengetahuan anda?, Atau bagaimana cara anda
memperoleh pengetahuan.?”.
Manusia adalah binatang yang unik, dari lahir
hingga mati, manusia akan melewati fase pertumbuhan. Semua manusia mutlak harus
melewati fase-fase tersebut. Ketika manusia baru saja lahir, ia ibarat kertas
yang masih kosong, tak ada coretan disana, manusia tidak memiliki pengetahuan
sedikitpun meski ada pula yang mengatakan manusia sebelum lahir sudah memiliki
pengetahuan dan ada pula yang mengatakan nanti pada saat manusia telah lahir
saat itulah ia memperoleh pengetahuan lewat meniru apa yang di indranya. Nah
perdebatan mengenai pengetahuan manusia
yang baru lahir inilah yang akan menjadi pembahasan Epistimologi.
Lalu kemudian manusia mencapai kedewasaannya,
misalnya pada umur 40 tahun. manusia pada umur ini sudah pasti memiliki
pengetahuan. Ada manusia yang menjadi ahli pengetahuan, ada yang banyak sekali
pengetahuaannya, dan kawannya yang lain bahkan memiliki pengetahuan yang lebih
banyak pada bidang yang sama ataupun berbeda. Lalu kita bertanya bagaimana bisa
seperti itu, apakah memang pengetahuan itu memang sudah di peroleh sebelum
lahir atau baru setelah lahir pengetahuan itu di peroleh.?
Nah untuk menjawab pertanyaan ini, kita akan
hadirkan beberapa aliran atau sekelompok orang yang berkecimpung di pemebahasan
Epistomologi ini.
Platonisme.
Teori ini bisa di bilang sudah sangat tua, ia
muncul seiring mistikus-mistikus tua Yunani kuno bergelut pada ke metafisika.
Socrates misalnya mengatakan bahwa Pengetahuan manusia berasal dari
jiwanya. Plato lalu mengembangkan bahwa Sebelum manusia lahir, manusia
telah di karuniai pengetahuan. Dan mereka mengatakan saat jiwa yang
memiliki pengetahuan bergabung dengan tubuh maka hilanglah pengetahuan itu.
Plato menjelaskan pengetahuan itu bersifat idea jika yang idea ini bergabung
dengan sesuatu yang fisik. Maka yang idea itu akan hilang. Maka dengan jelas
teori ini mengatakan bahwa manusia yang lahir sebenarnya sudah memiliki banyak
pengetahuan namun ia hanya dalam keadaan lupa. Maka tugas manusia hidup
di dunia ini untuk mengumpulkan kembali ingatannya atau menyusun kembali
pengetahuan yang telah di dapatkannya. Jika anda memberi pertanyaan
kepada teori ini dengan sebuah pertanyaan “ Dari manakah anda mendapat
pengetahuan mengenai meja ini?” maka teori ini akan menjawab “ saya sudah
pernah mendapatkannya di alam jiwa, maka saya dengan mudahnya mengetahui bahwa
itu adalah meja”.
Empirisme
Teori menjadi lawan dari teori platonisme, mereka
mengatakan bahwa manusia yang lahir tak memiliki pengetahuan sediktpun, barulah
ketika bayi itu dapat mengindra objek di sekitarnya barulah ia mendapatkan
pengetahuan. Maka teori mengatakan bahwa
sumber pengetahuan yang benar itu adalah dari pengalaman indra. Karena
itu metode eksperimen menjadi sangat penting untuk ilmu pengetahuan ini.
Teori ini memiliki banyak kelemahan, bukan di
akibatkan oleh objek, tetapi alat untuk mengindra objek itulah yang memiliki
kekurangan, misalnya mata, mata hanya bisa melihat apa yang bisa di lihatnya,
ketika ia melihat bintang, mata mengatakan bintang itu kecil. Namun setelah di
buktikan bintang sesungguhnya sangatlah besar. maka pengetahuan yang di indra
oleh mata yang sampai kepada kita adalah pengetahuan yang salah. Ini adalah
hasil yang sangat fatal.
Rasionalisme
Lalu muncullah aliran yang memberi jalan lain,
kata teori ini, pengetahuan itu di dapatkan dari akal, akal lah
yang dapat memastikan pengetahuan. Mengenai benar salahnya pengetahuan yang di
indra itu di proses oleh akal. Maka kelemahan Empirisme dapat diselesaikan
dengan benar oleh akal. Kasus mengenai kesalahan mata dalam menangkap objek
bintang akan di benarkan kemudian oleh akal. Akal lah kemudian yang memproses
hasil yang kacau dari mata. Akal lah yang akan mengatakan bahwa bintang itu
besar.
Sampai di sini kelihatannya pembahasan
Epistimologi sudah semakin jelas. Namun kebenaran yang di peroleh ketiga teori
sebelumnya bukanlah kebenaran yang utuh, kebenaran itu masih belum sempurna.
Akal dan objek itu masih terbatas, manusia hanya bisa menangkap bagian –bagian
tertentu saja dari objek, akal pun hanya tergantung dari objek yang di indra.
Maka dari keterbatasan ini memunculkan dua aliran selanjutnya, positivisme yang
menjadi pembela Aliran Empirisme dan rasionalisme. Dan intuisi yang menjadi
lawan empirisme dan rasionalisme, di sisi lain ia mendukung aliran platonisme.
Positivisme
Aliran ini di cetuskan oleh august Compte, ia
berpendapat bahwa kelemahan empirisme atau kelemahan indra itu dapat di
tutupi oleh alat bantu dan eksperimen. Cara inilah yang kemudian
mengawali kemajuan pesat perkembangan alat-alat sains yang membuktikan ini
benar ini salah. Misalnya dalam menentukan api itu panas. kita jangan
sesederhana itu mengatakan api tiu panas, api itu sangat panas, namun kita
memerlukan ukuran panas yang sebenarnya dengan menggunakan alat ukur derajat
panas. Rasionalisme memproses empirisme dan kemudian Positivisme yang
membuktikan. Atau akal memproses objek yang di indra lalu Positivisme mengukur.
Nah Terukur inilah yang menjadi sumbangan terbesar Positivisme
dalam menentukan sebuah kebenaran. Namun kelemahan aliran ini adalah mereka
hanya bisa mengukur sesuatu yang dapat terukur, di luar dari pada itu mereka
mati. Maka kebenaran yang mereka dapatkan dalam hal ini masih terbatas.
Intuisisme.
Kelihatannya aliran ini mendukung aliran tua
Platonisme, mereka mengatakan bahwa akal dan indra itu terbatas. Keduanya tidak
dapat mengetahui keseluruhan. Misalnya akal dan indra masih terbatas dalam
memahami keseluruhan meja, apa itu meja, meja itu berkaki empat, meja itu
terbuat dari kayu, meja itu juga terbuat dai besi, meja itu adalah sebuah benda
yang berbetuk, baru kemudian akal menyimpulkan ini meja. Dalam hal ini berarti
secara keseluruhan rasio dan empirisme tidak dapat menjelaskan secara
keseluruhan apa itu meja. Dalam keterbatasan inilah intuisisme muncul.
Mereka lalu mengatakan bahwa manusia
sebenarnya memiliki kemampuan luar biasa dalam menentukan kebenaran. Bergson menamai kemampuan itu dengan
kemampuan tingkat tinggi yang disebutnya intuisi. Kemampuan ini dapat
diperoleh dengan suatu usaha yang keras. Kebenaran objek yang di tangkap adalah
kebenaran yang utuh, sedangkan akal dan indra juga postivisme hanyalah
memperoleh pengetahuan kebenaran yang tidak utuh.
Intuisisme ini sangat mirip dengan teori Kasyaf
dalam islam, dimana manusia akan memperoleh sebuah kebenaran sejati jika dirinya
berhasil menyingkapkan penghalang yang ada di dirinya, penghalang ini sering di
katakannya sebagai nafsu dan hijab. Jika manusia mampu menghilangkan kedua
penghalang ini, maka kekuatan rasa intuisi itu dapat bekerja dan menangkap
segala sesuatu yang tidak dapat di tangkap oleh akal,indra dan alat-alat sains.
Nah secara garis besar itulah penjelasan mengenai
apa itu epistimologi atau teori pengetahuan. Kelihatannya rumit bukan, jika
anda mengalaminya berarti anda masih waras, kebenaran memang adalah sesuatu yang
terlalu mahal untuk di beli.
Ada sedikit cerita yang mungkin dapat membantu
anda untuk mengerti akan epistimologi ini. Berikut ceritanya.
Cerpen Debat Epistimologi
“ mahasiswa Filsafat agama berkumpul di bawah
pohon mangga yang selalu di sebutnya sebagai pohon filsafat. Di sana mereka
bersantai setelah mengikuti kuliah tentang Epistimologi. Ada yang tertidur, ada
yang menyanyikan lagu dangdut, ada pula yang bermain dengan asap, dan ada pula
yang memberaki telinga temannya. Namun ada satu orang manusia yang duduk
menyendiri, menghayalkan kuliah yang baru saja di terimanya, ia memandangi
sekitar dengan matanya yang awas, lalu dia mendengar suara teman-temannya
dengan telinga yang lebar, mencium bau yang bisa di ciumnya. Dan ia mengosokkan
tangannya ke pasir merasakan apa yang bisa di rasakannya. Lalu timbullah
pertanyaan di benaknya. Dari mana aku bisa memahami semua ini?. Ia berpikir
dengan keras namun ia tidak bisa mendapatkannnya, ia lalu berteriak kearah
teman-temannya.
“hey kalian para binatang jalang, kalian yang
adalah mantan sperma dengar kan lah laraku.” Perkataannya itu membuat
teman-temannya kaget dan semuanya menoleh ke arahnya.
“kalian lihat mangga di tanganku ini, aku bertanya
kepada kalian, bagaimana aku bisa tahu kalau ini adalah mangga?” ucapnya dengan
jelas. Dan mereka semua melongo, antara memikirkan jawabannya dan menjudge
temannya ini sudah gila.
“ memang sudah dari dulu itu mangga?” Sahut Ruslan
yang tadi sedang menari balet dengan musik dangdut.
“ bagaimana kau bisa tahu ini mangga?” ucapnya
lagi dan ruslan terdiam.
“ karena kau melihat itu adalah mangga.” Ucap Aziz
yang mulai tahu arah pertanyaan temannya.
“ lalu bagaimana jika aku tak melihat?” dia
kembali bertanya, Aziz juga terdiam.
“ kau tahu itu mangga setelah kau merasakannya”.
Kamal memberi jawaban yang cerdas.
“ bagaimana jika aku mati rasa?” tanyanya.
“berarti kau tak akan bisa tahu bahwa itu adalah
mangga.” Kamal menjawab lagi.
“ itu berarti kebenaran segala sesuatu itu berasal
dari indra.”
“yah seperti itu” kamal menjawab dengan yakin.
“ itu berarti kebenaran yang di tangkap manusia
itu terbatas karena indra sendiri dapat terbatas”. Kamal lalu terdiam.
“ kau bisa tahu mangga itu karena kau mengolahnya
dengan akalmu”. Aziz setelah terdiam mendapatkan jawaban baru”.
“ apa yang di olah oleh akal?” tanyanya.
“mangga itu.” Singkat azis.
“ dari manakah mangga ini dapat masuk kedalam
akalku?” tanyanya kembali.
“dari indramu?”
“ tadi sudah kukatakan indra itu terbatas, jika
indra dijadikan perantara kepada akal, maka akalpun akan mengolah sesuatu yang
terbatas.” Jawabnya, Azis kembali terdiam lagi.
“ mangga itu dapat kau ketahui jika kau
bereksperimen.” Rhamly yang tadi hanya menyimak kini menyuarakan pendapatnya.
“yayayayaaya.” Azis,kamal dan ruslan
mengangguk-ngangguk.
Dia diam sejenak, nampaknya ia sudah mendapatkan
jawabannya, namun ia lalu kembali bertanya.
“ yah dengan metode eksperimen itu kita kan bisa
tahu bahwa ini adalah mangga, namun jika yang kita bahas adalah sesuatu yang
lebih rumit dari pada mangga, yakni sesuatu yang tak bisa di eksperimenkan,
bagaimana kita bisa mengetahui kebenarannya.?”
“yah bagaimana yah?” Rhamly lalu terdiam lagi,
begitupun dengan yang lainnya.
“ saya rasa untuk mengetahui kebenaran kita mesti
harus mendekatkan diri kepada Tuhan?” Ruslan memberi jalan.
“sholat maksudmu?”
“yah,yah sholat adalah cara lain yang bisa
memberikanmu penjelasan mengenai kebenaran.”
“tapi bagaimana dengan orang yang tidak sholat,
mereka tentunya akan mendapatkan kebenaran yang salah”.
“ biarkan mereka, kalau mereka ingin tahu
kebenaran mereka mesti dekat dengan sumber kebenaran.”
“itu berarti Tuhanlah sumber kebenaran itu.”
“yah saya yakin itu.”
“bagaimana kau bisa seyakin itu?”
“manusia adalah hasil cipta dari yang esa, segala
yang menyusunnya berasal dari yang esa itu, maka kesimpulannya yang esa itulah
yang memberi manusia pengetahuan. Indra, objek , dan alat-alat eksperimen itu
hanyalah alat yang memberi anda bantuan, namun kebenaran yang sesungguhnya
berasal dari dirinya.”
“bagaimana aku memperolehnya?”
“kasyaf, buang semua nafsumu, bersihkan hatimu,
lepas penghalangmu?”
“tasawwuf maksudmu.”
“yah seperti itu.”
“namun itu bisa menjadi berbahaya, kebenaran bisa
dikapling oleh intuisi subyektif yang tidak dapat dibuktikan, jika oknum merasa
telah merasa dekat, ia akan memeluk kebenaran itu. Ini bisa membuat kebenaran
hanya di miliki oleh segelintir orang saja.”
“kalau begitu semuanya harus berintuisi”
“hahaha itu mimpi yang lucu kawan.”
“kebenaran itu memang lucu kawan, namun
sesungguhnya kitalah yang di tertawakan oleh kebenaran, kebenaran itu simpel,
selama anda tidak salah maka itulah kebenaran. Namun kebenaran sejati itu
seperti apa?”
“hahaha, ada baiknya kita mendengar perkataan
Derrida, jika anda merasa telah mendapatkan kebenaran, anda harus hati hati
dengan kebenaran. Karena kebenaran itu seperti perempuan terhormat yang tak
akan mudah memperlihat pantatnya. Kebenaran tidak akan mudah memperlihatkan
dirinya.”
“ya, ya ,ya”
Seperti itulah mungkin kurang lebihnya perdebatan
yang mewarnai jalan Epistimologi ini. Namun apapun yang anda pilih, segalanya
adalah sesuatu yang tepat, karena semua aliran menuju pada satu titik yang
kebenaran.
Sekarang kita akan melanjutkan pembahasan ke teori
hakikat, atau Ontologi.