Sabtu, 03 Oktober 2015

Biografi Empedokles. Manusia Setengah Dewa dari Acragas

Biografi Empedokles ( Manusia setengah Dewa dari Acragas )


Jika perpaduan nabi, filosof, pemikir, dan tabib ada pada diri Phytagoras. Maka Phytagoras telah memantulkan dirinya kepada diri Empedokles. Dia hidup sezaman dengan Parmenides. Sedikit lebih muda dan telah dewasa pada tahun 440 SM. Empedokles adalah penduduk Acragas (sekarang Agrigento) di sebelah selatan pesisir Sisilia.
Di masa mudanya Empedokles adalah seorang agamais yang menganut agama Orphis. Lalu beranjak lebih dewasa ia lalu terjun kedunia politik dengan beraliran demokrat. Di sisa- sisa akhir hidupnya ia mengaku dirinya sebagai nabi setengah dewa.
Menurut legenda Empedokles banyak melakukan hal-hal yang ajaib. Konon ia mampu mengendalikan angin. Ia juga dapat menghidupkan perempuan yang tampaknya telah mati selama tiga puluh hari. Dan kisah ajaib itu di tuntaskannya dengan melemparkan diri ke gunung Etna untuk membuktikan dirinya bahwa ia adalah semi dewa. Dan itulah akhir dari hidupnya.
Empedokles menuangkan pikirannya lewat syair-syair, karena ia memang juga berfashion sebagai seorang penyair. Lewat syairnya ini dapat di ketahui jika Empedokles berpangaruh pada bidang ilmu pengetahuan, filsafat dan Agama.
Pengaruhnya pada bidang ilmu pengetahuan dapat di lihat dari pendapatnya bahwa udara memiliki substansi tersendiri dengan pembuktian observasi lewat sebuah ember. Lihatlah syairnya.
“Ketika seorang anak gadis bermain dengan jam air yang terbuat dari pipa kuningan yang cemerlang, lalu menutup lubang pipa dengan tangannya yang menawan, dan membenamkan alat itu ke dalam sekubang air jernih yang berkilauan, maka aliran itu tak akan masuk kedalam bejana, karena udara didalam bejana yang menekan lubang pipa yang tertutup rapat itu manhan air tetp di luar sebelum si gadis melepas arus udara yang tertekan itu, dan ketika udara keluar dari pipa . air pun masuk kedalam dengan takaran yang sama.”
Selain itu Empedokles juga telah menemukan jika tumbuhan itu memiliki jenis kelamin. Dan nampaknya telah mendahului Darwin untuk menemukan teori mengenai Evolusi dengan anggapannya bahwa makhluk yang paling unggullah yang mampu bertahan hidup.
Taka hanya di bidang biologi. Di bidang Astronomi Empedokles juga memilik pengaruh dengan berhasil mengajukan pendapatnya bahwa bulan bersinar dengan memantulkan cahaya, dan menurutnya matahari pun demikian, ia juga menyatakan bahwa cahaya memerlukan waktu untuk mencapai suatu tempat tetapi itu terjadi dengan sangat cepat sehingga tak dapat di amati, lewat Anaxagoras pun dia akhirnya mendapatkan fakta bahwa gerhana matahari di sebabkan oleh bulan yang menghalangi cahaya matahari.
Di bidang kosmologi sendiri ia nampaknya berposisi sebagai seorang moderat. Dengan menyatakan bahwa tanah, air, udara dan api adalah empat unsur yang bercampur dan berpisah lewat dua kekuatan yang mengendalikannya yakni cinta (tarikan) dan permusuhan (tolakan).
Empedokles berpendapat bahwa perubahan-perubahan di dunia ini tidaklah di kendalikan oleh tujuan apapun, namun hanya terjadi karena Kebetulan dan Keniscayaan. Suatu siklus berlangsung, dimana unsur-unsur tadi ditarik oleh cinta lalu mengalai ketolakan dari perselisihan yang membuat unsur-unsur itu tercerai. Lalu cinta kembali mempertemukannya.
Empedokles di dalam bidang agama terpangaruh oleh corak Phytagorean. Yang ia anggap sebagai orang palik bijaksana dan memiliki pengetahuan paling luar biasa. Empedokles dalam hal agama memilih jalan liberal, dia dengan yakinnya berkata.
“ Para sahabat yang menghuni kota megah yang di bawahnya terpampang cadas kuning Acragas, terlindung oleh benteng-benteng di atas perbukitan, sibuk dalam berbagai macam kerja, sumber kehormatan bagi para pendatang, orang-orang yang tak menyukai kejahatan, semuanya mengelu-elukan. Ketahuilah aku berada di antara kalian sebagai dewa yang baka yang luput dari kematian.”
Namun di sisi lain Empedokles juga menganggap dirinya sebgaai pendosa besar yang terusir dan menggelandang, hidup jauh dari para dewa. Ia sering mengutuk dirinya yang berbuat durhaka dengan menggelincirkan lidahnya sedikit saja. meski dalam kaca mata kita, itu bukan lah dosa yang terlalu memprihatinkan. Empedokles memang sejalan dengan Pyhtagorean yang menganggap bahwa jiwa di kutuk memasuki siklus kelahiran yang di awali oleh pembuangan dari kehidupan nikmat surgawi.
Lewat empat unsur yang merupakan substansi dari prinsip Cinta dan Perselisihan yang menjelaskan tentang perubahan yang membuat filsafatnya tampak lebih ilmiah di banding Parmenides. Meski namanya banyak tercatat dalam sebuah legenda takhayul tetapi ia tak kalah dengan para manusia ilmiah yang mutakhir.


Sumber : Bertrand Russel. Sejarah Filsafat Barat. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. 2007

                 Simon Blackburn. Kamus Filsafat. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. 2013.

Facebook Komentar
0 Blogger Komentar


EmoticonEmoticon