Jumat, 23 Oktober 2015

Ontologi, apa itu hakikat ?

Ontologi, apa itu Hakikat ?

Setelah kita membaca perdebatan epistimologi yang bergelut pada satu pertanyaan epistimologi yakni “ bagaimana dan dimana cara memperoleh pengetahuan ?” sekarang kita beralih pada pertanyaan mendalam mengenai “ apa hakikat dari obyek pengetahuan?”. Ketika manusia melihat sebuah obyek. Manusia yang berfilsafat akan bertanya secara mendalam bahwa apa hakikat dari obyek itu?. Pertanyaan ini akan menjadi pembahasan yang di namakan teori hakikat atau ada yang menamakannya Ontologi.



Ontologi adalah hakekat. Apa itu hakikat ?. hakikat adalah sesuatu yang real. Real adalah kenyataan yang sebenarnya. Maka hakikat itu adalah kenyataan yang sebenarnya. Bukan kenyataan yang palsu dan sementara. Apakah Fatamorgana itu hakikat? Jawabannya tidak, karena Fatamorgana itu adalah kenyataan yang palsu. Apakah manusia itu hakikat ? yah manusia itu hakikat. Yang hakiki dari manusia itu memiliki banyak pandangan, pandangan yang paling kuno adalah Jiwa.

Kalau kita berbicara masalah hakikat. Maka pembicaraan kita akan sangat luas. Mengapa luas? Karena ontologi membicarakan segala yang ada dan mungkin yang ada, yang mencakup pengetahuan dan nilai.

Misalnya ketika kita berbicara mengenai kosmos (alam), maka pembahasan hakikatnya adalah kosmologi yang membicarakan hakikat asal, hakikat susunan, hakikat berada, juga hakikat tujuan kosmos itu.

Lalu ketika kita berbicara mengenai manusia. maka kita akan menuju ke pembahasan Antropologi yang berbicara mengenai hakikat manusia. jika Tuhan yang di bicarakan, maka kita menuju pada Theodica atau Teologi pada filsafat agama. Ketika kita berbicara mengenai hukum maka hakikatnya ada pada filsafat hukum, politik ada pada filsafat politik. Dan lain-lain. Masih banyak cbang filsafat yang di sentuh oleh Ontologi.

Pertanyaan selanjutnya yang di sentuh oleh Ontologi adalah “ apa realitas benda-benda, apa kah itu yang tampak, atau di balik yang tampak itu ?”

Ada 5 aliran besar yang akan menjawab pertanyaan diatas.

Materialisme.

Paham ini menjawab bahwa realitas benda-benda adalah materi. Hakikat benda itu ya benda itu sendiri. Ketika anda bertanya “ apa hakikat dari meja?” maka materialisme menjawab bahwa hakikat meja itu adalah meja itu sendiri. Roh, jiwa, dan kekuatan itu muncul dari benda, bahkan kaum naturalisme ( saudara dari materialisme ) beranggapan bahwa hakikat dari benda-benda adalah benda itu sendiri, di luar benda-benda yang tak bermateri adalah sesuatu yang tidak ada. maka kesimpulan mereka Tuhan itu tak ada karena tak bermateri, kalaupun Tuhan ada, itu karena adanya yang bermateri. Immateri muncul dari materi.

Idealisme.

Kaum yang berpendapat terbalik dari kaum materialisme. Mereka berpendapat bahwa roh, jiwa dan spirit lah yang menjadi hakikat dari benda. Benda yang bermateri itu ada. namun manusia secara subyektif tentu dapat mengenali dirinya yang didalam dari pada luarnya. Ruh yang ada pada materi lebih tinggi dari badan. Badan tidak memiliki daya apapun tanpa ruh dan jiwa.

Dualisme.

Mereka datang mendamaikan paham materialisme dan idealisme. Alih-alih mendamaikan. Aliran ini malah datang menwarkan dirinya untuk di lempari kotoran. Paham ini beranggapan bahwa hakikat benda itu ada dua, materi dan immateri, ruh dan badan. Ruh bukan berasal dari badan dan badan bukan berasal dari ruh. Keduanya sama-sama adalah hakikat. Bagaimana mereka bisa bersesuaian? Paham ini menjawab keduanya telah di atur dengan sangat sempurna seperti jarum pada jam. Siapa yang menyetelnya, dan bagaimana cara menyetelnya?. Pada pertanyaan inilah kelihatannya paham ini mesti siap untuk dilempari kotoran.

Skeptisisme

Karena lelah mencari hakikat, paham ini beranggapan bahwa hakikat tidak akan pernah bisa di mengerti dan ditangkap oleh manusia kalau pun bisa hakikat yang di dapatkan manusia tetap meragukan.

Agnostisisme

Kalau sebelumnya skeptisisme lelah, paham ini malah berhenti sepenuhnya untuk mencari hakikat benda-benda. Mereka berpendapat bahwa manusia sama-sekali tidak dapat mengerti hakikat benda-benda. Manusia bernilai nol(A) pada mengetahui (gno,know,) hakikat.

Sekarang kita bawa paham-paham ini kedalam pembahasan Kosmologi, ilmu yang mempelajari hakikat dari alam.

Ontologi Kosmo

Menurut paham materialisme, hakikat alam itu adalah alam itu sendiri. Alam itu tersusun dari empat element dasar yaitu air,api,tanah dan udara. Ke empat element inilah hakikat dari alam ini. Lalu idealisme berlawanan dengan materialisme, mereka beranggapan bahwa hakikat dari alam ini adalah dari the unmoved mover nya Aristoteles. Sang penggerak yang tidak di gerakkan, idealisme mengatakan itulah Tuhan.

Ontologi antro.

Dalam pembahasan manusia, materialisme dan idealisme lagi-lgi mendominasi pembahasan. Materialisme sekali lagi menuhankan materi sebagai hakikat manusia. mereka  menafikan adanya ruh, tetapi ruh bukanlah hakikat dari manusia. hakikat dari manusia itu adalah badannya. Ketika badan hancur maka ruh itupun akan hancur, mengeni surga dan neraka jangan berbicara dengan mereka. Mereka tidak percaya dengan semua itu.

Idealisme tentunya hadir lagi sebagai kontra dari materialisme. Mereka beranggapan bahwa hakikat dari manusia itu adalah ruhnya. Kesehatan badan itu tergantung dari ketentraman ruhnya. Ketika ruh itu sakit maka akan sakit pula badannya. Ruh itu berasal dari yang Hidup. Maka ruh itu akan kembali ke yang Hidup itu, bukan berakhir pada materi seperti pendapat kaum materialisme. Maka idealisme mengamini adanya surga dan neraka.

Ontologi Teo

Pertanyaan ontologinya adalah apakah Tuhan itu ada? apakah Dia? Dan siapakah Dia ?.

Pada pertanyaan Apakah Tuhan itu Ada, ada beberapa aliran yang muncul setelah membahasa pertanyaan itu. Teisme beranggapan bahwa Tuhan itu Ada, Deisme beranggapan bahwa Tuha itu ada dan menjadi awal dari permulaan Alam. Atheisme beranggapan bahwa Tuhan itu tidak ada. alirn ini lahir dari setelah memakai kaca mta materialisme. Agnostisisme, sebuah paham kelabilan dlam mehamami kehadiran Tuhan, mereka beranggapan bahwa Tuhan itu antara ada dan tiada. Kelabilan mereka berangkat dari argument ontologisnya bahwa manusia itu tidak dapat mengetahui hakikat dari segala sesuatu.

Apa yang anda baca di atas hanya secuil pembahasan mengenai Ontologi. Sekalai lagi, Ontologi memiliki obyek yang sangat luas. Maka ketika perdebatan Ontologi itu di mulai, sampai saat ini perdebatan itu terus berlanjut, dan pasti akan terus berlanjut sampai hakikat itu dapat di temukan.

Lalu sekarang kita akan ke pembahasan Aksiologi.

Facebook Komentar
0 Blogger Komentar


EmoticonEmoticon