Menyebar “tanda lain”
dan “yang lain”
Sebagai fikir, bekas
untuk idea
Jalan temukan, apa
yang nomena
setiap ku rengkuh hal
baru
“yang lain” itu ku
kuasai dan hilang ke-lainanya
Masuk dalam kuasa dan
totalitasku
Tanpa sisa
Namun sungguh, aku
tak pernah bisa menguasainya
Kehausan jiwa ingin
berkuasa,
Sebab mengundang
“yang lain” lainya
Desak hasrat membabi
buta
Memaksa untuk
menguasainya sekali lagi
Aku dilema dan
ter-horny-kan
seakan tak berujung,
Ketakterbatasan
memaksaku tidak
Karena ku sadar
transendensi tak mungkin dikuasai
Dihadapan “yang lain”
itu aku tak berdaya
Tunduk dan menyerah