Sabtu, 13 Juni 2015

Agama Cinta


Di kala pohon khuldi memulai sejarah eksistensi makhluk predikat khalifah. Adam terusir kerena nikmat sebuah khuldi. Harmoni yang menyendiri terusik oleh permusuhan. Habil dan Qabil sebagai subjek manusia pertama yang mewarisi harmoni dan permusuhan. Meski permusuhan kala itu menang secara fisik. Namun Qabil kalah telak oleh eksistensi Habil.
Sibapak monotheisme Ibrahim datang pula menancapkan tawaf kehidupannya. Ismail hadiri dari kasih sayang Hajar. Sedangkan Ishak lahir dari kecemburuan dan kehormatan. Pertarungan antara Harmoni dan permusuhan kembali berlanjut.


Dibawan phon Bodhi. Seorang nabi Budha Sidharta Gautama menghadirkan dirinya. Melucuti setiap pernak pernik kekuasaannya. Mencoba mempersahabati segala permusuhan yang ada pada akunya. Memenuhi setiap nadi permusuhannya dengan syimphony harmoni yang indah.


Hadir pula pada kegelapan gua hira. Sebuah cahaya yang menerangi seluruh galaksi. Cahaya yang bernama Muhammad itu berhasil mengislamkan permusuhannya. Antara islam dan harmoninya menjadi agama cinta.
Alfarabi lalu mendera sebuah adagium. “ Agamaku adalah Agama cinta apapun agama itu selama ada cinta itulah agamaku.” Dengan agama cinta harmoni dan permusuhan menjadi cinta. Jika harmoni. Jika harmoni lebih kuat maka di penuhi cinta, jika hanya permusuhan maka cint sedang tidur. Bersama agama cinta kita mengahrmonikan eksistensi. Marilah kita beragama cinta bukan mencintai Agama.

Facebook Komentar
0 Blogger Komentar


EmoticonEmoticon