Eksistensi Tuhan di Dunia
Modern
Abad pertengahan kini hanya sebagai penjajah di masa lalu bagi
bangsa eropa, otoritas gereja yang telah
membelenggu kebebasan berfikir telah sirna dimakan waktu. Gema salawat
Khaleluyah yang terdengar dikubah-kubah gereja kini telah terbawa angin
revolusi, Yesus yang dulunya sebagai cahaya kebahagian tiada lain hanya sebagai pajangan di tengah
kemewahan gereja Roma. Pidato sang paus
yang membangkitkan motivasi manusia hanya sebagai cerita pengantar tidur anak
dari sang filosof Karl Marx. Tulisan-tulisan indah didalam
injil telah tergantikan oleh teori-teori kontroversi Nietzcshe. Kota Roma yang
menjadi pusat peribadatan telah tergantikan oleh oxford university.
Renaisens telah banyak membawa perubahan bagi sejarah umat manusia
yang telah menjadi harapan bangsa eropa sejak abad pertengahan. Di tandai
dengan lahirnya ilmuwan di berbagai dunia, ibarat lahirnya para nabi di tanah
timur tengah yang membawa pencerahan bagi umatnya. Diantara para ilmuwan
tersebut kita kenal syekh Galileo Galilei dengan teorinya yang bertentangan
dengan gereja, karena pertentangan tersebut sehingga mengharuskan dirinya menerima hukuman. Adapun ilmuwan yang
tidak kalah hebatnya, dengan kecerdasan diatas standar dia mampu menciptakan
beberapa teori, teorinya yang paling masyhur yakni “gravitasi”. Karena
kehebatan dan kecerdasannya sehinnga namanya di tempatkan di posisi kedua
setelah Muhammad SAW. Dalam buku “100 tokoh paling berpengaruh di dunia”. Dan
tokoh terkenal lainnya seperti Copernicus dan johanes kepler. Karena munculnya
teori-teori yang berdasarkan penalaran
rasio sehingga paham-paham keagamaan yang bersifat supranatural di
kesampingkan yang hanya di anggap imajinasi
belaka.
Perkembangan ilmu
pengetahuan didunia modern menjadi ancaman bagi eksistensi tuhan yang selama ini
disembah oleh mayoritas manusia, yang hanya dianggap sebagai khayalan oleh
beberapa ilmuwan, karena pemahaman para
ilmuwan tersebut hanya bertumpu pada
penalaran ilmiah yang sifatnya rasional. Sehingga segala sesuatu mesti
dibuktikan secara empiris. Itulah sebabnya ada yang mengatakan bahwa tuhan itu tidak ada.
Bukan tuhan yang menciptakan alam ini, melainkan ada dengan sendirinya, dan
mengalami perkambangan secara terus-menerus sampai pada akhirnya alam ini
menemui ajalnya. Bahkan ada yang
mengatakan bahwa” tuhan hanya sebagai produk khayal manusia”. Bagaimana mungkin
tuhan hanya sebagai khayalan manusia, sedang tuhan yang meng-ada-kan manusia.
Lanjutnya ” karena manusia mengingat tuhan sebagai pembantu dalam himpitan
kesusahan, sedang tuhan itu sebagai potensi yang berada dalam diri manusia,
namun manusia yang tidak mengaktualkan potensi tersebut. Manusia menganggap
tuhan berada di luar dirinya”. Manusia mengingat tuhan didalam kesusahan namun
melupakannya di saat kesenangan menghampirinya. Sebuah fenomena yang hanya
menganggap tuhan sebagai jalan terakhir untuk menyelesaikan masalah. Lantas
bagaimana jika “kebahagian” terus menghampiri manusia?. Apakah tuhan akan tetap
ada?, atau hanya sebagai masa lalu?, atau mungkin tuhan hanya objek dalam
pembahasan ini?. Sungguh sebuah fenomena yang sangat menyedihkan.
Inilah sebabnya jikalau manusia hidup di dalam sebuah gua, namun
tidak berusaha untuk mencari jalan keluarnya. Mereka hanya memanfaatkan sebuah
kegelapan sebagai penerang di dalam gua. Mereka hanya mempercayai sesuatu yang
nampak di dalam kegelapan. Namun mereka tidak meyakini bahwa sesuatu yang tidak
nampak itu memiliki eksistensi. Mana mungkin kita menemukan sesuatu itu kalau
kita tidak mencarinya, manusia memiliki potensi untuk menemukan sesuatu itu
dengan bantuan alat yang dimilikinya.
Seperti halnya telinga, kita tidak dapat melihatnya tanpa bantuan
apapun, namun karena adanya cermin/kaca sehingga kita dapat melihatnya. Lantas
bagaimana jika kaca itu tidak ada, kita tidak akan pernah melihat telinga kita
sendiri, tapi kita dapat mengetahuinya melalui perabaan tangan. itulah mengapa
model manusia seperti ini, kalau yang sebelah kanan tidak mampu kan ada yang
sebelah kiri, kalau akal tidak mampu hati dapat membantu. Jadi mungkin kita
dapat mengcegah ‘kepunahan’ tuhan di dalam realitas.