Tuhan tidak ada tapi tuhan maha Ada.
Dalam dunia bundaran tawaf kritis. Kasus yang hampir selalu dipertanyakan meski mutlak Wahyu tekstual mengatakan dirinya ada. Tapi meskipun kemutlakan sudah bersuara. Naluri kritis dan radiks dari dalam keautentikan manusia selalu bertanya seperti ini. Dimanakah tuhan itu? Jika memang ada kenapa pula tak terlihat. Tak tampak, juga tak termaterikan.
Dari pertanyaan singkat itu. Banyak sekali pembelaan dari kelompok agamais dengan berbagai teks wahyunya. Dan tidak sedikit pula dari manusia yang berusaha menguak esensi ketuhanan tapi tak juga dia dapatkan. Maka jawaban yang singkat dari pertanyaan itu adalah tidak ada. Jika ada manusia yang mengatakan bahwa Tuhan itu tidak ada maka dirinya otomatis masuk kedalam kata “ Atheis”.
Tuhan memang secara faktanya tak terlihat. Tidak ada disamping kita juga tak terlihat mengawasi kita. Mesti ada wahyu yang mengatakan bahwa Tuhan itu lebih dekat dari urat lehermu. Tapi dimanakah tuhan itu di urat leher.?.
Kata “Dimana” mengarahkan pada kadaan tempat. Jika pertanyaannya diawali oleh kata “dimana” maka Tuhan berusaha di tujukan, ditunjukkan, di perlihatkan atau di alamatkan. Maka pertanyaan ini akan berujung pada jawaban “Tidak ada dimana”. Karena memang Tuhan tidak ada dimana. Karena tuhan tidak bertempat. Jikapun bertempat, maka dimanakah tempat tuhan. Tentu tuhan tidak bertempat. Jika tuhan berusaha ditempatkan maka tuhan hanyalah benda yang terbatas pada tempat, pada ruang juga waktu.
Lalu manusia-manusia Zuhud mengatakan bahwa Tuhan bertempat dihati mereka. Namun pernyataan ini adalah sebuah blunder besar bagi pengungkapan tuhan. Karena dari kalimat “tuhan ada di hati” maka akan hadir pula pernyataan “ tuhan tidak ada dihati”. Karena hati seringkali dianggap sebagai sebuah penggerak untuk melakukan kebaikan. Tapi hati pula juga menjadi penggerak dari kejahatan. Maka jika memang tuhan ada dihati maka tuhan juga tidak ada dihati. Sang agamais tentu sepakat bahwa “tuhan adalah yang maha baik, maha rahim, juga maha rahman”. Tapi, adakah wahyu yang mengatakan bahwa tuhan maha jahat, maha buruk , maha pendendam. Tentu tidak ada. Maka tuhan akan di tidakadakan saat hati dipenuhi oleh niat permusuhan. Tuhan akan hilang di hati jika manusia melakukan kejahatan. Maka tuhan tidak ada di hati juga.
Sekali lagi pertanyaan Dimanakah tuhan itu. Tidak memiliki jawaban. Sekalipun memiliki jawaban. Jawaban yang paling kuat adalah tidak ada. Maka untuk menguak keberadaan Tuhan pertanyaan diganti menjadi “ mengapa tuhan ada tetapi tidak ada?”. Pertanyaan “mengapa” akan menghasilkan jawaban yang kompleks, akan ada pengalihan jawaban yang dielaborasi. Lalu apakah jawaban dari pertanyaan tersebut?.
Tuhan tidak ada. Ilmuwan ber IQ jenius Stephen Hawking mengatakan bahwa Sains adalah tuhan yang sebenarnya. Karena manusia bisa bereksistensi pada pengawasan sains. Manusia masih dapat hidup di dunia ini karena sains masih berprasangka baik. Tapi jika sains sudah kehilangan kesabaran maka yang disebut kiamat akan terfaktualkan. Karena manusia sama di mata tuhan Nuklir.
Tentu sebagai yang agamais tidak sepakat mengenai hal tersebut. manusia agamais buru-buru mengatakan bahwa Tuhanlah yang mengendalikan eksistensi manusia. Sains adalah juga bereksistensi dibawa kemaha besaran Tuhan. Sains adalah bentuk sunnatullah Tuhan.
Tapi sekali lagi “ mengapa tuhan itu tidak ada?”. Jawaban yang paling tepat saat ini adalah bahwa “Tuhan tidak ada tapi tuhan maha Ada”. Jawaban ini semakin memicu rasa bingung pada urat otak. Namun penulis akan berusaha menjelaskan apa maksud dari jawabannya.
Secara liar penulis berpikir bahwa Dunia terbagi menjadi dua. Dunia yang ada dan dunia yang Ada. Dunia yang ada adalah dunia yang diindrakan sedangkan dunia yang Ada adalah dunia yang tak bisa diindarakan namun meski tak bisa diindrakan dunia yang Ada adalah meliputi yang ada.
Dunia yang ada
Dalam dunia yang ada bisa disebut sebagai alam semesta. Manusia mengindra, manusia bereksistensi dalam batas ruang dan waktu di dunia ada. Manusia Kehidupan alam semesta berlangsung pada takaran waktu. Sains berjalan juga pada takaran waktu. Dunia yang ada adalah dunia yang dapat dikatakan ada secara materi. Tempat manusia bernaung dan tempat yang jauh dari pernaungan manusia tapi masih dapat diindrakan maka itulah batasan dari dunia ada.
Dunia yang Ada.
Adalah dunia yang tak terbatas. Dunia yang tak bisa dihinggapi oleh kata “dimana”. Karena dunia yang Ada tidak ada pada ruang juga pada waktu. Tetapi dunia yang Ada adalah dunia yang ada keberadaannya. Dunia yang dapat dimaterikan dan di indrakan adalah bagian dari dunia yang Ada. Dunia yang Ada meliputi dunia ada. Maka apa yang manusia lakukan pada dunia ada juga dilakukannya pada dunia yang Ada. Apa yang manusia konsumsi pada dunia ada juga dikunsumsikan pada dunia yang Ada. Apa yang membatasi manusia pada dunia yang ada akan dilepasbebaskan pada dunia yang Ada.
Tuhan memang tidak ada tapi tuhan maha Ada
Tuhan memang tidak ada pada dunia ada. Tapi Tuhan ada pada dunia Ada. Tuhan ada pada dunia Ada maka berarti Tuhan juga ada pada dunia ada. Tapi dunia yang ada adalah dunia yang terbatas pada ruang dan waktu. tapi dunia yang Ada adalah dunia yang tidak dapat dibatasi oleh ruang dan waktu maka Tuhan yang ada pada dunia Ada mutlak ada pada dunia ada juga. Hanya manusia yang hidup pada dunia ada terbatasi oleh ruang dan waktu sedangkan Tuhan mengadakan dirinya pada dunia Ada. maka wajarlah jika ada manusia yang mengatakan bahwa Tuhan tidak ada karena memang tuhan ada pada dunia yang Ada. tuhan tidak ada tapi tuhan maha Ada. maka tuhan itu Ada. sedangkan dunia Ada itu meliputi dunia ada. maka Tuhanpun juga yang berada pada dunia Ada ada pada dunia yang ada.