Senin, 01 Juni 2015

Sejarah Filsafat abad ke-20


Filsafat Dewasa Ini atau Filsafat Abad ke-20 juga. disebut FilsafatKontemporer. Ciri khas pemikiran filsafat ini adalah desentralisasi manusia karena pemikiran filsafat abad ke-20 ini memberikan per­hatian yang khusus kepada bidang bahasa dan etika sosial.

Dalam bidang bahasa terdapat pokok-pokok masalah, yaitu arti kata-kata dan arti pernyataan-pernyataan. Masalah ini muncul karena realitas sekarang ini banyak bermunculan berbagai istilah yang cara pemakaiannya Bering tidak dipikirkan secara mendalam sehingga menimbulkan tafsir yang berbeda-beds (bermakna ganda). Maka,timbullah filsafat analitika, yang di dalamnya membahas tentang cars berpikir untuk mengatur pemakaian kata-kata/istilah-istilah yang menimbulkan kerancuan, sekaligus dapat menunjukkan bahaya­bahaya yang terdapat di dalamnya. Karena bahasa sebagai objek ter­penting dalam pemikiran filsafat, pars ahli pikir menyebutnya sebagailogosentris.Bidang etika sosial memuat pokok-pokok masalah apakahyang bmdak kita perbuat di dalam masyarakat dewasa ini.
Sejarah Filsafat abad ke-20

Kemudian, pada paruh pertama abad ke-20 ini timbul aliran­aliran kefilsafatan, seperti Neo-Thomisme, Neo-Kantianisme, Neo­Hegelianisme, Kritika Ilmu, Historisme, Irasionalisme, Neo-Vitalisme, Spiritualisme, Neo-Positivisme. Aliran-aliran di atas sampai sekarang

tinggal sedikit yang masih bertahan. Sementara itu, pada awal belahan akhirabad ke-20 muncul aliran-aliran kefilsafatan yang lebih dapat memberikan corak pemikiran dewasa ini, seperti Filsafat Analitik, Fisafat Eksistensi, Strukturalisme, Kritika Sosial.

Orang Yunani yang hidup pada abad ke-6 SM mempunyai sis­semkepercayaan, bahwa segala sesuatunya harus diterima sebagai suatu kebenaran yang bersumber pada mitos atau dongeng-dongeng. Artinya, suatu kebenaran lewat akal pikir(logos) tidak berlaku, yang berlaku hanya suatu kebenaran yang bersumber pada mitos (dongeng­dongeng).

Setelah pada abad ke-6 SM muncul sejumlah ahli pikir yang menentang adanya mitos. Mereka menginginkan pertanyaan tentang misteri alam semesta ini jawabannya dapat diterima akal (rasional). Keadaan yang demikian ini sebagai suatu demitologi, artinya suatu kebangkitan pemikiran untuk menggunakan akal-pikir dan mening­Okan hal-hal yang sifatnya mitologi. Upaya pars ahli pikir untuk mengarahkan pada suatu kebebasan berpikir ini menyebabkan banyak orang yang mencoba membuat suatu konsep yang dilandasi kekuatan akal pikir secara mumi. Maka, timbullah peristiwa ajaib The Greek Mira-de, yang nantinya dapat dijadikan sebagai landasan peradaban dunia.

Berikut ini terdapat tiga faktor yang menjadikan filsafat Yunani lahir.

  • Bangsa Yunani yang kaya akan mitos (dongeng), di mana mitos dianggap sebagai awal dari upaya orang untuk mengetahui atau mengerti. Mitos-mitos tersebut kemudian disusun secara sistematis yang untuk sementara kelihatan rasional sehingga muncul mitos selektif dan rasional, seperti syair karya Homerus, Orpheus dan lain-lain.
  • Karya Sastra Yunani yang dapat dianggap sebagai pendorong kelahiran filsuf Yunani, karya Homerus mempunyai kedudukan yang sangat penting untuk pedoman hidup orang-orang Yunani yang didalamnya mengandung nilai-niai edukatif.
  • Pengaruh ilmu-ilmu pengetahuan yang berasal dari Babylonia (Mesir) di Lembah Sungai Nil. Kemudian, berkat kemampuan dan kecakapannya, ilmu-ilmu tersebut dikembangkan sehingga me­reka mempelajarinya tidak didasarkan pada aspek praktisnya raja, tetapi juga aspek teoretis kreatif

Dengan adanya ketiga faktor tersebut, kedudukan mitos digeser oleh logos(akal), sehingga setelah pergeseran tersebut filsafat lahir.

Pengertian filsafat pada saat itu masih berwujud ilmu pengeta­huan yang masih global, sehingga nantinya satu demi satu berkembang dan memisahkan diri menjadi ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri.

Zaman Yunani terbagi menjadi dug periode, yaitu periode Yunani Kuno dan periode Yunani Klasik. Periode Yunani Kuno diisi oleh ahli pikir alam (Thales, Anaximandros, Pythagoras, Xenophanes, dan Democritos). Sedangkan pada periode Yunani Klasik diisi oleh ahli pikir seperti Socrates, Plato, Aristoteles.

Facebook Komentar
0 Blogger Komentar


EmoticonEmoticon