Bangsa filosofis
Sudah hampir tujuh puluh tahun bangsa ini di jajah oleh Negaranya.
Tahun 45 adalah awal dari revolusi yang di canankan bangsa ini, namun pada
tahun itu pula sang diktator mengambil alih kepemimpinan bangsa ini, sebagai
seorang proklamator dengan kepiawaian
dan ketegasan yang melekat pada dirinya sehingga dia cukup terkenal di kalangan
para gadis-gadis cantik yang membuatnya
menjadi seorang pemimpin keluarga besar para gadis Indonesia. “berikan aku
sepuluh pemuda maka akan kuguncangkan dunia”. Sebuah kalimat yang masih
tersimpang didalam ingatan para lansia yang membuat dia masih dikenang sampai
sekarang. Namun hanya sebagai kata mutiara yang tercantum buku-buku.
Setelah rezim orde lama rungtuh atau revolusi ke-2, maka tampillah
sang maha diktator saudara dari kakanda Hitler dengan rezim orde barunya. Berkuasa
selama tiga puluh dua tahun dia sempat memancarkan cahaya kebahagian. Namun
diakhir masa pemerintahannya terkuaklah semua rahasia-rahasia isuhar yang cukup
mengagetkan bangsa ini. Dengan kepemimpinan yang cukup lama (lama sekali)
berbagai problematika kehidupan sosial terjadi, pelanggarang HAM, KKN
(korupsi,kolusi, dan nepotisme), dan pelaksanaan daerah operai militer yang
menyebabkan trauma bagi sebagaian masyarakat. Dan pada tahum 1998 terjadilah
renaisens Indonesia sekaligus akhir dari masa orba (revolusi ke-3).
Renaisens Indonesia telah membawa perubahan bagi bangsa ini (perubahan
sistem maksudnya) munuju sistem pemerintahan yang demokratis menurut isi buku-buku
yang beredar, namun tidak teraktualisasikan didalam kehidupan bangsa. Sebuah
perubahan yang hanya menjadi objek pembahasan bagi anak-anak bangsa yang
berseragam sekolah. Inilah gambaran bangsa filosofis yang mesti di tafsirkan
visi misinya dengan penalaran filosofis pula demi untuk membumikan sifat-sifat
ketuhanan. Bagaimana tidak, bangsa ini telah berada dalam genggaman indonesia
yang penuh dengan ambiguitas kehidupan. Eksistensi aturan hanya berwujud
didalam dunia Plato, namun tidak terealisasikan di dunia Aristoteles, Keadilan
hanya sebagai pengisi kursi penonton dalam pertarungan Rupiah, dan Ketukan palu
ibarat suara gendang yang mengiringi pernikahan raja kebohongan dan
permaisurinya ratu Rupiah. Sebuah fenomena yang menunjukkan bahwa kebahagian
dan kesejahteraan hanya tergantung pada
bagaimana seseorang menjadi filosof yang
baik.
Dengan dasar filsafatlah empat pilar bangsa ini akan lahir kembali
di dalam kehidupan. NKRI merupakan bukti kesatuan dan keutuhan bangsa ini,
PANCASILA sebagai sumber segala hukum yang berlaku dalam bangsa ini, UUD sebagai aturan perilaku masyarakat sehingga terciptanya
keadilan sosial, Bhinneka Tunggal Ika merupakan tali pengikat dari suatu
perbedaan aksidental bangsa ini. Dengan
kelahiran empat pilar tesebut maka bangsa ini berhak di sandingkan dengan
Negara-negara maju seperti Amerika, bukan lagi sebagai boneka milik amerika.
Bersaing didalam pasar internasional, bukan sebagai pasar internasional.
Nasionalisme instan akan menjadi kenangan pahit di masa lalu, korupsi akan
menjadi bahan cerita bagi para generasi penerus bangsa. Kemerdekaan bangsa ini
akan tercapai, Indonesia bukan lagi penjajah bagi bangsa ini. Melainkan sebagai
identitas bangsa yakni, bangsa
Indonesia.
Indonesia disatu sisi sebagai penjajah disisi lain sebagai
identitas, sebuah fenomena yang membingungkan. Dimana letak kebenarannya,
Indonesia sebagai penjajah Indonesia sebagai identitas.. Inilah bentuk
fiosofisnya bangsa ini, yang membutuhkan penalaran filsafat . karena dibalik
kebingungan pembaca berarti anda telah berfilsafat. Dan nantikan revolusi ke-4
nya bangsa ini.