Ada sebuah buku yang berusaha untuk menjelaskan
perjalanan paling hegemoni sepanjang dimulainya bilangan bergerak(waktu).
Perjalanan yang tak dapat dibandingkan dengan perjalanan seorang Crishtopher Columbus ataupun Ibnu Battutah.
Ialah perjalanan besar yang dijalankan oleh nenek moyang kita yakni nabi Adam
dan anak cucunya. Dalam buku
“Perjalanan Akbar Ras Adam” penulisnya, IR.Agus Haryo Sudarmojo yang adalah
seorang ahli Geologi lulusan Universitas Trisakti, menjelaskan sebanyak 240
halaman tentang pertanyaan-pertanyaan mendasar mengenai Adam. Pertanyaan itu
menjadi 18 Bab, yang setiap penjelasan akan disertai referensi dari Al Qur’an
dan beberapa gambar yang mendukung membuat buku ini semakin menarik untuk
diselami bagi siapa saja yang mengaku dirinya manusia. Dan maka dengan alasan
diri saya adalah manusia maka saya akan berusaha untuk meresensi ataupun
meringkas buku ini dalam setiap bab.
a.
Gugurnya teori Evolusi Darwin
Dimulai dari sebuah kalimat yang melawan atau
bersebrangan dengan teori Evolusi Darwin kalimat itu berbunyi “ Makhluk hidup
tidak berevolusi dari bentuk Primitif yang lebih maju, tetapi muncul secara
tiba-tiba dan dalam keadaan sempurna. Ringkasnya, makhluk hidup tidak muncul
melalui evolusi, tetapi diciptakan.”
Bagaimana penjelasan mengenai kalimat tersebut?.
mengapa buku ini begitu berani mengkritik bahkan mengugurkan kandungan
hipotetis yang sudah menumental hasil karya dari seorang yang beraliran
filsafat materialistis yakni Charles Darwin.? Namun sebelum menjawab pertanyaan
tersebut. buku ini lebih dulu menjelaskan apa itu teori Evolusi Darwin.
Teori Evolusi Darwin adalah teori yang berusaha
untuk berpikir secara materialistis. Yang merupakan cara berpikir untuk
meniadakan Tuhan yang memang menurutnya adalah hasil-hasil angan-angan manusia.
Teori Evolusi Darwin berkata bahwasanya manusia tidaklah diciptakan tetapi ada
karena mengalami proses Evolusi.
Seperti kata buku ini “Paham materialisme juga
berusaha menjelaskan alam semesta dengan
cara berpikirnya yakni menggunakan faktor-faktor materi. Karena menolak
penciptaan, pandangan ini menyatakan bahwa segala sesuatu, hidup ataupun tak
hidup muncul tidak melalui penciptaan, tetapi dari peristiwa kebetulan yang
kemudian mencapai kondisi teratur...”
Orang yang mengemukakan teori tersebut sebagaimana
yang diketahui hingga sekarang ini adalah seorang naturalis amatir dari Inggris
bernama Charles Robert Darwin. Mengapa dia disebut sebagai amatir. Buku ini
mengemukakan alasannya.
Darwin disebut amatir karena dia tidak pernah
mengenyam pendidikan formal dibidang Biologi. Ia hanya memiliki ketertarikan
terhadap alam dan makhluk hidup. Minst tersebut mendorongny bergabung
secara suka rela dalam ekspedisi pelayaran dengan sebuah kapal bernama H.M.S.
Beagle yang berangkat dari Inggris tahun 1832 dan mengarungi berbagai belahan
dunia selama lima tahun . Darwin muda sangat takjub melihat beragam spesies
makhluk hidup terutama jenis-jenis burung Finch tertentu di kepulauan
Galapagos. Ia mengira bahwa vriasi pada paruh burung-burung tersebut di
sebabkan oleh adaptasi mereka terhaap habitat.
Karena burung
Finch inilah. Ia menduga lalu menyebarkan rah pemikirannya kesemua makhluk
hidup yang menurutnya bahwa asal- usul kehidupan berdasar pada konsep “Adaptasi
terhadap lingkungan”. Aneka spesies makhluk hidup tercipta dari satu nenek
moyang yang sama kemudian mengalami perbedaan karena akibat kondisi alam,
Darwin mlawan penciptaan Tuhan yang menciptakan spesies secara terpisah.
Menurut buku ini
dan penulis belum meneliti lebih lanjut bahwasanya “ Hipotetis Darwin tidak berdasarkan
penemuan dan penelitian ilmiah apapun , tetapi kemudian ia mnjadikannya sebuah
teori monumental berkat para ahli biologi materialis terkenl pada masanya.”
Darwin hanya mengemukakan gagsannya
bahwa “ Individu yang beradpatasi pada habitatnya dengan cara yang terbaik akan
menurunkan sifat-sifat kepada genarasi berikutnya.” Inilah yang kemudian
mneyebabkan individu tersebut sama sekali berbeda dengan nenek moyangnya dan
mehisa sendiri menurut Darwin adalah hasil paling maju dalam mekanisme ini.
Buku ini lalu
menguji ekabsahan teori Evolusi dengan tiga pertanyaan dasar.
1.
Bagaiamana sel hidup
pertama muncul ketika planet bumi masih primitif?
2.
Bagaimana satu spesies dapat berubah menjadi
spesies yang lain?
3.
Adakah bukti dalam catatan fosil bahwa makhluk
hidup memang memiliki proses seperti itu?
Pertanyaan pertama tentang munculnya “sel Pertama” adalah persoalan
sulit yang paling mematikan bagi pendukung teori Evolusi. Hasil berbagai
penelitian yang berkenaan dengan hal ini menunjukkan bahwa kemunculan sel
pertama tidak dapat dijelaskan oleh konsep “kebetulan”. Fred Hoyle menyatakan
hal itu sebagi berikut.
Peluag munculnya makhluk hidup dengan cara ini adalah sebanding dengan
peluang angin tornado yang menyapu lahan penimbunan barang-barang bekas dan
kemudian merakit sebuah kapal Boing 747 dari bahan-bahan yang ada di dalamnya.
Kebenran makhluk hidup muncul kepermukaan seiiring dengan ilmu pengetahuan
yang semakin maju. Kemajuan ilmiah telah mengungkapkan kesempurnaan makhluk
hidup, baik di tingkat sistem , organ, jaringan, sel,maupun di tingkat molekul.
Evolusionis Abad ke-19, yang beranggapan bahwa sel adalah suatu gumpalan
mungil karbon, berada pada situasi yang sama dengan orang yang melihat jam
dinding dari jarak 100m.
Pada membran dari sebuah sel yang kecil, yang memiliki sifat “ penyaring
selektif” tedapat keserasian dan rancangan yang laur biasa. Membaran tersebut
mengenali berbagai atom, protein, dan molekul yang berada di sekelilingnya,
seolah-olah memiliki pekiaraannya sendiri.
Penelitian-penilitian atas stuktur makhluk hidup yang semakin mendalam dan
luas. Yang sejauh ini baru saja mengungkapkan sebgaian kecil dari rancang
bangun dan fungsinya, bukanlah membuktikan evolusi, melainkan memungkinkan kita
untuk memahami kebenaran penciptaan dengan lebih baik.
Pertayaan kedua, kaum evolusionis berpendapat bahwa satu spesies
dapat berubah menjadi spesies lain melalui mutasi dan selesksi alam. Namun
penelitian menunjukkan bahwa kedua mekanisme tidak memiliki pengaruh
Evolusioner yang demikian.
Collin Petterson, seorang ahli paleontologi senior Museum Natural History
di London mengatakan bahwa tak ada yang pernah menghasilkan satu spesies
melalui mekanisme seleksi alam. Tidak seorang pun pernah menghasilkannya dan
kebanyakan debat neo-Darwinisme adalah seputar masalah ini.
Ahli genetika dari Amerika, B.G Ranganathan berkata “ pertama, mutasi
sejati amat jarang terjadi di alam ini. Kedua, kebanyakan mutasi adalah
berbahaya karena perubahan stuktur gen terjadi secara acak, bukan teratur.
Perubahan acak ini akan muncul bukan memperbaiki.
Maka sekarang ini, dapat di pahami bahwa kedua mekanisme diatas ( muatsi
dan seleksi alam) yang diajukan saat ilmu dan teknologi belum mencapai tingkat
yang cukup tinggi untu membuktikan ke tidak absahan pendapat yang hanya
merupakan khayalan ini tidak memiliki pengaruh perkembangan maupun Evolusi.
Pertanyaan ketiga. Fosil juga menunjukkan bahwa makhluk hidup
tidaklah muncul sebagai akibat proses Evolusi. Makhluk hidup muncul secara
tiba-tiba sebagai hasil “rancangan” yang sempurna. Semua fosil yang telah
ditemukan menegaskan hal ini.
Catatan Fosil meloncat-loncat dan semua bukti yang ada menunjukkan bahwa
catatan itu benar adanya. Robert Wesson seorang pakar asal Amerikalatin
menyatakan dalam bukunya Beyond Natural Selection di tahun 1991 bahwa “
celah-celah dalam catatan fosil adalah nayata dan luar biasa”.
Celah dalam catatan Fosil itu memang sungguhan. Ketiadaan catatan akan
percabanagan yang penting sungguh luar biasa.
Spesies-spesies biasanya terdapat dalam keadaan tetap, atau nyaris
tetap, untuk jangka waktu yang lama. Jarang terlihat adanya evolusi suatu
spesies menjadi spesies yang baru atau tidak pernah terlihat adanya evolusi
suatu genus menjadi genus yang baru.
Yang ada adalah pergantian satu oleh yang lain dan perubahan bisa dikatakan
berlangsung mendadak.
Kesimpulannya, setelah sekitar 150 tahun berlalu sejak pertama kalinya
teori evolusi di usulkan, sejak itu pula penemuan-penemuan di bidang ilmiah
selalu menunjukkan bukti-bukti yang menentangnya.
Kemajuan ilmiah tidak mendukung teori evolusi. Oleh sebab itu, perkembangan
di masa depan juga tak akan mendukung, malah akan semakin memperjelas
ketidakabsahan teori ini.
Gagasan bahwa “ evolusi akan terbukti di masa depan’ tak berbeda dengan
berkata “ di masa depan akan terbukti bahwa bumi terletak di punggung seekor
semut”.
Bila teori evolusi ini kita anggap benar, maka seharusnya terdapat sangat
banyak spesies perlaihan selama periode perubahan yang panjang ini. Seharusnya
terdapat beberapa jenis makhluk setengah ikan juga setengah reptil di masa
lampau, dengn beberapa ciri reptil sebagai tambahan pada ciri ikan yang telah
mereka miliki.
Ada lebih dari 100 juta fosil yang telah tergali dari bumi yang menujukkan
keberadaan bentuk-bentuk kehidupan yang sempurna dan tanpa cela.
Evolusi menyebut makhluk- mkhluk imajiner yang mereka yakini hidup di masa
lalu ini sebagai “bentuk transisi”. Jiak binatang –binatang seprti ini memang
pernah ada maka seharusnya mereka muncul dalam jumalah dan variasi samapai
jutaan atau miliaran.
Lebih penting lagi, sisa-sisa makhluk-makhluk aneh ini seharusnya ada pada
catatan fosil. Jumlah bentuk-bentuk peralihan ini pun semestinya jauh lebih
besar dari pada spesies binatang masa kini dan sisa-sisa mereka seharusnya di
temukan di seluruh penjuru dunia.
Dan akhirnya memang mesti di akui bahwa bentuk transisi dna evolusi
hanyalah bualan semata. Jelas sudah dikatakan dalam Al-Qur’an pada Q.s Al-Rum
ayat 30 yang artinya.:
Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas)
fitrah Allah yang telah meciptakan manusia menurut fitrah itu, tidak ada
perubahan pada fitrah Allah . (Itulah Agama yang lurus; tetapi kebanyakan
manusia yidak mengetahui. (QS Al-Rum (30);30)).
“Tidak ada perubahan pada fitrah Allah”. Ini dpaat diartikan bahwa Allah
Swt. Telah menyatakan bahwa makhluk (spesies-spesies) ciptaa-Nya tidak
mengalami perubahan alias tidak mengalami evolusi menjadi makhluk (spesies)
lainnya.
Inilah bukti bahwa sains memang telah tergopoh-gopoh mengikuti kebenaran
Al-Qur’an kerena memang Al-Qur’an telah menyatakan sejak 1.400 tahun lalu jauh
sebelum para ahli di atas memperdebatkannya. Maka benarlah bahwa memang
Al-Qur’an selalu selangkah di depan Sains.