Senin, 29 Juni 2015

Al Qur'an menggugurkan Teori Evolusi Darwin



Ada sebuah buku yang berusaha untuk menjelaskan perjalanan paling hegemoni sepanjang dimulainya bilangan bergerak(waktu). Perjalanan yang tak dapat dibandingkan dengan perjalanan seorang  Crishtopher Columbus ataupun Ibnu Battutah. Ialah perjalanan besar yang dijalankan oleh nenek moyang kita yakni nabi Adam dan anak cucunya. Dalam buku “Perjalanan Akbar Ras Adam” penulisnya, IR.Agus Haryo Sudarmojo yang adalah seorang ahli Geologi lulusan Universitas Trisakti, menjelaskan sebanyak 240 halaman tentang pertanyaan-pertanyaan mendasar mengenai Adam. Pertanyaan itu menjadi 18 Bab, yang setiap penjelasan akan disertai referensi dari Al Qur’an dan beberapa gambar yang mendukung membuat buku ini semakin menarik untuk diselami bagi siapa saja yang mengaku dirinya manusia. Dan maka dengan alasan diri saya adalah manusia maka saya akan berusaha untuk meresensi ataupun meringkas buku ini dalam setiap bab.
a.       Gugurnya teori Evolusi Darwin
Dimulai dari sebuah kalimat yang melawan atau bersebrangan dengan teori Evolusi Darwin kalimat itu berbunyi “ Makhluk hidup tidak berevolusi dari bentuk Primitif yang lebih maju, tetapi muncul secara tiba-tiba dan dalam keadaan sempurna. Ringkasnya, makhluk hidup tidak muncul melalui evolusi, tetapi diciptakan.”
Bagaimana penjelasan mengenai kalimat tersebut?. mengapa buku ini begitu berani mengkritik bahkan mengugurkan kandungan hipotetis yang sudah menumental hasil karya dari seorang yang beraliran filsafat materialistis yakni Charles Darwin.? Namun sebelum menjawab pertanyaan tersebut. buku ini lebih dulu menjelaskan apa itu teori Evolusi Darwin.
Teori Evolusi Darwin adalah teori yang berusaha untuk berpikir secara materialistis. Yang merupakan cara berpikir untuk meniadakan Tuhan yang memang menurutnya adalah hasil-hasil angan-angan manusia. Teori Evolusi Darwin berkata bahwasanya manusia tidaklah diciptakan tetapi ada karena mengalami proses Evolusi.
Seperti kata buku ini “Paham materialisme juga berusaha menjelaskan  alam semesta dengan cara berpikirnya yakni menggunakan faktor-faktor materi. Karena menolak penciptaan, pandangan ini menyatakan bahwa segala sesuatu, hidup ataupun tak hidup muncul tidak melalui penciptaan, tetapi dari peristiwa kebetulan yang kemudian mencapai kondisi teratur...”
Orang yang mengemukakan teori tersebut sebagaimana yang diketahui hingga sekarang ini adalah seorang naturalis amatir dari Inggris bernama Charles Robert Darwin. Mengapa dia disebut sebagai amatir. Buku ini mengemukakan alasannya.
Darwin disebut amatir karena dia tidak pernah mengenyam pendidikan formal dibidang Biologi. Ia hanya memiliki ketertarikan terhadap alam dan makhluk hidup. Minst tersebut mendorongny bergabung secara suka rela dalam ekspedisi pelayaran dengan sebuah kapal bernama H.M.S. Beagle yang berangkat dari Inggris tahun 1832 dan mengarungi berbagai belahan dunia selama lima tahun . Darwin muda sangat takjub melihat beragam spesies makhluk hidup terutama jenis-jenis burung Finch tertentu di kepulauan Galapagos. Ia mengira bahwa vriasi pada paruh burung-burung tersebut di sebabkan oleh adaptasi mereka terhaap habitat.
Karena burung Finch inilah. Ia menduga lalu menyebarkan rah pemikirannya kesemua makhluk hidup yang menurutnya bahwa asal- usul kehidupan berdasar pada konsep “Adaptasi terhadap lingkungan”. Aneka spesies makhluk hidup tercipta dari satu nenek moyang yang sama kemudian mengalami perbedaan karena akibat kondisi alam, Darwin mlawan penciptaan Tuhan yang menciptakan spesies secara terpisah.
Menurut buku ini dan penulis belum meneliti lebih lanjut bahwasanya “ Hipotetis Darwin tidak berdasarkan penemuan dan penelitian ilmiah apapun , tetapi kemudian ia mnjadikannya sebuah teori monumental berkat para ahli biologi materialis terkenl pada masanya.” Darwin  hanya mengemukakan gagsannya bahwa “ Individu yang beradpatasi pada habitatnya dengan cara yang terbaik akan menurunkan sifat-sifat kepada genarasi berikutnya.” Inilah yang kemudian mneyebabkan individu tersebut sama sekali berbeda dengan nenek moyangnya dan mehisa sendiri menurut Darwin adalah hasil paling maju dalam mekanisme ini.
Buku ini lalu menguji ekabsahan teori Evolusi dengan tiga pertanyaan dasar.
1.       Bagaiamana sel hidup pertama muncul ketika planet bumi masih primitif?
2.       Bagaimana satu spesies dapat berubah menjadi spesies yang lain?
3.       Adakah bukti dalam catatan fosil bahwa makhluk hidup memang memiliki proses seperti itu?

Pertanyaan pertama tentang munculnya “sel Pertama” adalah persoalan sulit yang paling mematikan bagi pendukung teori Evolusi. Hasil berbagai penelitian yang berkenaan dengan hal ini menunjukkan bahwa kemunculan sel pertama tidak dapat dijelaskan oleh konsep “kebetulan”. Fred Hoyle menyatakan hal itu sebagi berikut.
Peluag munculnya makhluk hidup dengan cara ini adalah sebanding dengan peluang angin tornado yang menyapu lahan penimbunan barang-barang bekas dan kemudian merakit sebuah kapal Boing 747 dari bahan-bahan yang ada di dalamnya.
Kebenran makhluk hidup muncul kepermukaan seiiring dengan ilmu pengetahuan yang semakin maju. Kemajuan ilmiah telah mengungkapkan kesempurnaan makhluk hidup, baik di tingkat sistem , organ, jaringan, sel,maupun di tingkat molekul.
Evolusionis Abad ke-19, yang beranggapan bahwa sel adalah suatu gumpalan mungil karbon, berada pada situasi yang sama dengan orang yang melihat jam dinding dari jarak 100m.
Pada membran dari sebuah sel yang kecil, yang memiliki sifat “ penyaring selektif” tedapat keserasian dan rancangan yang laur biasa. Membaran tersebut mengenali berbagai atom, protein, dan molekul yang berada di sekelilingnya, seolah-olah memiliki pekiaraannya sendiri.
Penelitian-penilitian atas stuktur makhluk hidup yang semakin mendalam dan luas. Yang sejauh ini baru saja mengungkapkan sebgaian kecil dari rancang bangun dan fungsinya, bukanlah membuktikan evolusi, melainkan memungkinkan kita untuk memahami kebenaran penciptaan dengan lebih baik.
Pertayaan kedua, kaum evolusionis berpendapat bahwa satu spesies dapat berubah menjadi spesies lain melalui mutasi dan selesksi alam. Namun penelitian menunjukkan bahwa kedua mekanisme tidak memiliki pengaruh Evolusioner yang demikian.
Collin Petterson, seorang ahli paleontologi senior Museum Natural History di London mengatakan bahwa tak ada yang pernah menghasilkan satu spesies melalui mekanisme seleksi alam. Tidak seorang pun pernah menghasilkannya dan kebanyakan debat neo-Darwinisme adalah seputar masalah ini.
Ahli genetika dari Amerika, B.G Ranganathan berkata “ pertama, mutasi sejati amat jarang terjadi di alam ini. Kedua, kebanyakan mutasi adalah berbahaya karena perubahan stuktur gen terjadi secara acak, bukan teratur. Perubahan acak ini akan muncul bukan memperbaiki.
Maka sekarang ini, dapat di pahami bahwa kedua mekanisme diatas ( muatsi dan seleksi alam) yang diajukan saat ilmu dan teknologi belum mencapai tingkat yang cukup tinggi untu membuktikan ke tidak absahan pendapat yang hanya merupakan khayalan ini tidak memiliki pengaruh perkembangan maupun Evolusi.
Pertanyaan ketiga. Fosil juga menunjukkan bahwa makhluk hidup tidaklah muncul sebagai akibat proses Evolusi. Makhluk hidup muncul secara tiba-tiba sebagai hasil “rancangan” yang sempurna. Semua fosil yang telah ditemukan menegaskan hal ini.
Catatan Fosil meloncat-loncat dan semua bukti yang ada menunjukkan bahwa catatan itu benar adanya. Robert Wesson seorang pakar asal Amerikalatin menyatakan dalam bukunya Beyond Natural Selection di tahun 1991 bahwa “ celah-celah dalam catatan fosil adalah nayata dan luar biasa”.
Celah dalam catatan Fosil itu memang sungguhan. Ketiadaan catatan akan percabanagan yang penting sungguh luar biasa.  Spesies-spesies biasanya terdapat dalam keadaan tetap, atau nyaris tetap, untuk jangka waktu yang lama. Jarang terlihat adanya evolusi suatu spesies menjadi spesies yang baru atau tidak pernah terlihat adanya evolusi suatu genus menjadi genus yang baru.
Yang ada adalah pergantian satu oleh yang lain dan perubahan bisa dikatakan berlangsung mendadak.

Kesimpulannya, setelah sekitar 150 tahun berlalu sejak pertama kalinya teori evolusi di usulkan, sejak itu pula penemuan-penemuan di bidang ilmiah selalu menunjukkan bukti-bukti yang menentangnya.
Kemajuan ilmiah tidak mendukung teori evolusi. Oleh sebab itu, perkembangan di masa depan juga tak akan mendukung, malah akan semakin memperjelas ketidakabsahan teori ini.
Gagasan bahwa “ evolusi akan terbukti di masa depan’ tak berbeda dengan berkata “ di masa depan akan terbukti bahwa bumi terletak di punggung seekor semut”.
Bila teori evolusi ini kita anggap benar, maka seharusnya terdapat sangat banyak spesies perlaihan selama periode perubahan yang panjang ini. Seharusnya terdapat beberapa jenis makhluk setengah ikan juga setengah reptil di masa lampau, dengn beberapa ciri reptil sebagai tambahan pada ciri ikan yang telah mereka miliki.
Ada lebih dari 100 juta fosil yang telah tergali dari bumi yang menujukkan keberadaan bentuk-bentuk kehidupan yang sempurna dan tanpa cela.
Evolusi menyebut makhluk- mkhluk imajiner yang mereka yakini hidup di masa lalu ini sebagai “bentuk transisi”. Jiak binatang –binatang seprti ini memang pernah ada maka seharusnya mereka muncul dalam jumalah dan variasi samapai jutaan atau miliaran.
Lebih penting lagi, sisa-sisa makhluk-makhluk aneh ini seharusnya ada pada catatan fosil. Jumlah bentuk-bentuk peralihan ini pun semestinya jauh lebih besar dari pada spesies binatang masa kini dan sisa-sisa mereka seharusnya di temukan di seluruh penjuru dunia.
Dan akhirnya memang mesti di akui bahwa bentuk transisi dna evolusi hanyalah bualan semata. Jelas sudah dikatakan dalam Al-Qur’an pada Q.s Al-Rum ayat 30 yang artinya.:

Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah meciptakan manusia menurut fitrah itu, tidak ada perubahan pada fitrah Allah . (Itulah Agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia yidak mengetahui. (QS Al-Rum (30);30)).

“Tidak ada perubahan pada fitrah Allah”. Ini dpaat diartikan bahwa Allah Swt. Telah menyatakan bahwa makhluk (spesies-spesies) ciptaa-Nya tidak mengalami perubahan alias tidak mengalami evolusi menjadi makhluk (spesies) lainnya.
Inilah bukti bahwa sains memang telah tergopoh-gopoh mengikuti kebenaran Al-Qur’an kerena memang Al-Qur’an telah menyatakan sejak 1.400 tahun lalu jauh sebelum para ahli di atas memperdebatkannya. Maka benarlah bahwa memang Al-Qur’an selalu selangkah di depan Sains.

Facebook Komentar
0 Blogger Komentar


EmoticonEmoticon