Selasa, 29 September 2015

Anaximenes ( Aer adalah Sumber dari segala sesuatu )

Anaximenes ( Aer adalah sumber dari segala sesuatu )


Anaximenes adalah jenius ketiga dari mashab Milesian, di duga ia adalah murid dari Anaximander, filsafatnya di nilai kurang begitu menarik ketimbang gurunya, namun ia membuat beberapa kemajuan penting. Masa hidupnya tak dapat di ketahui dengan pasti. Namun kami yakin ia muncul sesudah Anaximenes dan telah dewasa sebelum tahun 494 SM.
Menurut Anximenes, Substansi yang paling dasar adalah udara (aer) yang menjadi satu subtansi yang primer yang dapat menghasilkan semua materi dan bentuk di alam semesta. Udara bisa menjadi api jika encer. Jika udara di padatkan ia akan menjadi air, jika lebih di padatkan lagi ia bisa menjadi tanah, dan jika di padatkan lebih pada lagi maka ia akan berakhir menjadi batu. Salah satu fenomena yang mendorong Anaximenes berpikir demikian adalah udara yang kita embuskan bisa hangat ketika di hembuskan dengan mulut yang lebar dan jadi dingin ketika dihembuskan saat mulut sedikit menutup seperti saat bersiul.
Diluar dari pada itu, anaximens berpendapat bahwa bumi itu berbentuk seperti meja bundar, dan bahwa udara melingkupi segala sesuatu “sebagaimana jiwa kita yang berasal dari udara , mempersatukan kita bersama, demikian pula napas dan udara melingkupi seluruh dunia” maka ditarik kesimpulan jika dunia pun memiliki jiwa yang bernafas.
Anaximenes pada saat itu kurang menarik perhatian ketimbang para pendahulunya. Namun berbanding terbalik ketika datang orang-orang modern yang menilainya jauh lebih menarik dari pada Anaximandes. Anaximens memiliki pengaruh terhadap kaum phyithagorean yang sudah beranggapan bahwa bumi itu berbentuk bulat. Namun kaum atomis mendukung anaximenes dengan anggapan bahwa bumi itu berbentuk seperti meja bundar.
Meski kemudian Galileo galilei menghentikan perdebatan itu dengan bukti kuatnya bahwa bumi berbentuk bulat dan memutari matahari. Anaximenes dan pendahulunya hadir sebagai perangsang berdialektika, merangsang keheranan orang-orang Yunani kuno untuk berpikir lebih keras dan membuktikan apakah benar kemudian?.

Sumber : Bertrand Russel, Sejarah Filsafat Barat, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007.
                 Simon Blackburn, Kamus Filsafat, Yogyakarta: Pustaka Pleajar, 2013.


Facebook Komentar
0 Blogger Komentar


EmoticonEmoticon