Mengejar Mimpi Impian bersama Filsafat
Sore hari, pas pukul lima sore dimana anak kecil masih bermain diluar rumah. Bermain riang tak mempedulikan waktu telah berlalu tepat pukul lima sore. Anak kecil itu pun terkejut tatkala sang ibu memanggil untuk pulang ke rumah. Anak kecil itu pun berpaling dari tempat dimana ia bermain tadinya.
Tibalah ia dirumah, entah apa yang harus ia lakukan setiba di rumahnya. Ia pun terdiam. Sang ibu pun mengajaknya ke kamar mandi, yaaah… apa lagi kalau tidak membersihkan diri dari seharian diluar rumah main, pastinya semua tubuh kotor. Sementara itu, di dalam dia bermain busa dari sabun mandi yang ia gunakan. Ia terus saja membuat gelembung-gelembung sabun itu, ia membanyangkan bahwa ia berada di alam terbuka, dimana disana ia bersama bunga-bunga air bergemercik indah, air mengalir dari atas bebatuan yang begitu indah, hanya dia yang disana ditemani hewan-hewan yang lucu, bermain bersamanya didalam kolam air terjun itu. Semantara ke asyikan berhayal sang ibu pun memangilnya untuk menyudahinya. Ia pun sontak terkejut, khayalan pun terputus. Sayangnya ia tak sempat melanjukan impian itu.
Di dalam kamarnya yang sempit itu, ia membayangkan bahwa ia berada dikamar sang putri. Dimana gaun-gaun yang indah berjejer di lemari besar dengan sepatu-sepatu yang cantik nan indah, ia pun menari-nari sendiri tak sadar ia bernyanyi sendiri. Saat itu, iapun tersadar bahwa itu semua hanyalah impian yang takkan terwujudkan sampai kapanpun itu. Ia pun merenung,’andaikan itu kenyataan, betapa bahagianya aku saat ini?, entahbagaimana rupaku,’
Ia sadar apa yang ia impikan itu hanya imaji2 yang tak boleh ia pikirkan.
Namun ia berpikir, ‘kitakan di ciptakan jadi apa saja bisa terjadi kalau kita mau untuk mewujudkannaya….? Bukan?’. Ini awal dari kehidupannya…..
Di awalinya dengan memikirkan hal-hal yang tak ia mengerti, di umur yang masih sangat-sangat belia. Yah… tepatnya umur 7 tahun dimana anak-anak seumuran dia mana mungkin memikirkan hal-hal yang bukan kapasitasnya. Pastinya ia pun tak menyangka bahwa di umurnya yang sangat muda ini, ia memikirkan hal-hal itu. Tak adil rasanya hanya dirinya yang mampu memahami apa yang ia inginkan.tak ada yang mempedulikannya. Mereka hanya terpukau dengan kecantikanya yang di wariskan dari ayah dan ibunya. Ia pun merasa aneh dengan stepmen tentang dia. Merasa paling cantik?.. oooh tidak ia menyadari itu, ia merasa aku sama halnya dengan yang lain.
“umurku yang saat ini memasuki 7th, apa yang harus aku lakukan?” Ia bertanya pada dirinya.
“dan untuk apa aku harus bersekolah,dan datang duduk mendengarkan cramah yang belum tentu aku mengerti atau masuk akal bagiku?, jujur aku hanya ikut2an dengan temanku,”
Aku hanya ikuti apa mau dari orang tua dan kakekku sendiri. Tanpa aku tahu sebabnya, aku datang ke gedung itu mengenakan baju putih rok merah dan kerudung yang senada dengan rok ku. Aneh aku berpakaiaan rapi, layaknya seorang anak konglomerat. Pantas saja aku cucu kesayangan kakek ku, aku di beri peralatan sekolah yang serba lengkap dan waw… aku tinggal jauh dari orang tua ku.ada hal yang membuatku terpisah dengan orang tuaku. Akupun tak tau karena aku tak pernah diberi tahu. Pada akhirnya aku menerimanya. Di sekolah, aku yang tak tau apaapa hanya bisa bermain dan bercengkrama dengan kawan-kawan lainya. Aku merasa ada yang salah dalam diriku. Entah apa itu, aku merasa aku membutuhkan sesuatu yang lain untuk melengkapinya tapi naas aku tak mengetahuinya.
Lamban laun aku pun mengerti apa yang menjadi kebutuhan ku itu. Aku menemukan kata yang tak ku tau dari mana aku menemukanya. CINTA, SAYANG, KASIH. Itulah yang aku butuhkan, tapi…. Dari mana aku bisa menemukannya? apakah aku harus menelusiri dunia satu persatu dalam ruang waktu?