Senin, 07 September 2015

cerpen islami. Abu Nawas .batas luas dan sempit ada dalam pikiran



Di luar gerbang Istana besar Dinasti Abbasiyah. Seorang lelaki yang berjubah lusuh dan sorban putih yang berdebu mengikat kepalanya sedang duduk di depan rumah yang lebih menyerupai sebuah gubuk yang sangat sederhana. Lelaki itu dipanggil oleh rakyat sekitar dengan sebutan Abu nawas. Yah dia adalah tokoh sufi besar yang punya seribu satu kisah lucu di dalam daftar kisah seribu satu malam di Baghdad. Namun kisahnya tak melulu menghadirkan kisah lucu pelipur lara 100%. Kadang ceritanya itu lebih tepat di katakan sebagai kisah yang memeberikan kuliah moral.
Cerpen Abu Nawas

Misalnya saja. pada suatu hari, saat Abu Nawas sedang membaca Al-Qur’an di teras rumahnya. Dari kejauhan datanglah seorang laki-laki setengah baya yang berwajah murung. Wajah murung itu memberikan sinyal kepada Abu Nawas bahwa laki-laki ini sedang di sudutkan oleh sebuah masalah yang membuat hatinya gundah. Dan benar saja.
“Assalamu Alaikum” ucap lelaki itu kepada Abu nawas.
“ Walaikum Salam” Abu nawas meletakkan Kitabnya dan menghampiri lelaki itu.
“ Ada perlu apa kisana menemuiku?” lanjut Abu Nawas.
“ saya memiliki masalah yang pelik. Dan saya tidak bisa menemukan jalan keluarnya.” Laki-laki itu mengeluh di hadapan Abu Nawas.
“ Cobalah utarakan kesulitanmu kepadaku barangkali aku bisa membantu.”
“Baiklah. Aku mempunyai rumah yang sangat sempit. Sedangkan aku tinggal bersama istri dan kedelapan anak-anakku di dalam rumah itu. Sehingga rumah yang sudah sempit terasa semakin sempit.sehingga mereka selalu mengeluh kapadaku”.
Abu Nawas mencerna sejenak permasalahan yang di hadapi laki-laki itu hingga akhirnya ia mendapatkan sebuah jalan.
“ apakah anda punya seekor Domba?”
“ Tidak, tapi aku bisa membelinya jika itu yang kau mau?”
“Kalau begitu belilah seekor domba dan tempatkan domba itu di dalam rumahmu.” Abu Nawas menyarankan.
Orang itu menurut saja. hari itu juga dia berangkat kepasar dan membeli seekor domba yang di sarankan Abu Nawas.
Beberapa hari berlalu. Laki-laki itu kembali datang menemui Abu Nawas di rumahnya.
“ Wahai Abu Nawas aku telah menjalankan amanahmu. Tetapi rumahku rasanya bertambah sesak saja. aku dan keluargaku merasa keadaan malah semakin buruk setelah Domba itu tinggal bersama kami.” Kata orang itu semakin mengeluh.
“ kalau begitu. Kamu pergi lagi kepasar dan belilah beberapa ekor Ayam dan bebek. Dan pelihara mereka di dalam rumahmu” Kata Abu Nawas dengan santai.
Orang itu tetap mengikuti saran Abu Nawas. Ia pergi lagi ke pasar dan membeli beberapa ekor ayam dan bebek dan di bawa pulang kerumahnya. Di pelihara baik- baik di dalam rumah yang semakin sesak.
Benar saja beberapa hari kemudian laki-laki itu tak merasa lebih baik. Ia kembali datang menemui Abu Nawas yang sedang menanam beberapa tumbuhan di depan rumahnya.
“Wahai Abu Nawas, aku telah melaksanakan semua saranmu dengan menambah penghuni rumahku dengan beberapa ekor unggas. Namun aku dan keluargaku semakin tidak betah tinggal di rumah yang makin banyak penghuninya. Kami malah semakin bertambah tersiksa.” Kata orang itu yang wajahnya semakin muram.
“Kalau kau ingin mengurangi kesulitanmu belilah seekor anak unta. dan peliharalah dia di dalam rumahmu”. Ucap Abu Nawas yang menunjukkan eksperesi yang meyakinkan.
“Apa?” Orang itu kaget mendengar saran Abu Nawas.
“percayalah”. Tapi karena ia mengenal Abu Nawas adalah orang yang bijak. Meskipun ia dalam keadaan kesal. Ia tetap pergi kepasar dan membeli seekor anak unta yang sehat.
Namun. Dengan hadirnya penghuni baru. Anak untu itu malah semakin membuat rumahnya sudah seperti kapal kecil pecah. Kesulitannya tidak berkurang sama sekali. malah masalah semakin bertambah. Istri dan anak-anaknya sering memprotes dirinya. Karena tidak ingin membuat keluarganya tercerai berai. Maka ia datang kembali kerumah Abu Nawas.
Abu Nawas duduk di teras rumahnya sedang menikmati angin segar menerima dengan ramah kedatangan tamunya yang terlihat ingin marah.
“Wahai Abu Nawas. Tahukah engkau bahwa keadaan di dalam rumahku sudah seperti neraka. Rumahku sudah seperti rumah hantu yang sangat menyeramkan. Aku sudah tidak tahan lagi tinggal dengan binatang – binatang itu.” Ucap laki-laki itu dengan nada keras dan putus asa.
Tapi dengan santainya Abu Nawas berucap.
“jika kau sudah tidak tahan lagi. Anak unta yang kau beli kemarin juallah kembali ?”
Orang itu lalu sumringah mendengar saran Abu Nawas yang kini sudah masuk akal. Bergegas ia pulang kerumahnya dan menjual anak unta itu.
Beberapa hari kemudian orang itu tidak pernah lagi datang menemui Abu Nawas. Tapi di sore hari yang cukup menawan. Abu Nawas  mendatangi rumah laki-laki itu.
“Bagaimana keadaanmu saat ini”. Ucap Abu Nawas kepada lelaki yang sedang memberi makan unggas-unggas di dalam rumahnya.
“ Alhamdulillah keadaan rumah kami kini sudah lebih baik. Karena anak unta itu kini sudah tidak ada lagi.” Kata orang itu yang kini sudah tersenyum.
“Kalau begitu juallah unggas-unggasmu atau kau santap menjadi makan malammu”.
Orang itu semakin tersenyum dan berkata. “ Baiklah Abu Nawas”.
Beberapa hari kemudian Abu Nawas datang kembali menemui laki-laki yang sedang berkumpul dengan kelaurganya.
“ bagaimana keadaan kalian sekarang?” tanya Abu Nawas
“ Keadaan rumah kami sekarang kini lebih menyenangkan. Karena unggas-unggas itu telah tiada” kata orang itu yang sudah semakin ceria.
“sekarang domba yang kau beli kemarin. Juallah kepasar.”
Orang itu dengan senang hati menuruti perkataan Abu Nawas. Ia lalu bergegas menjual dombanya di pasar.
Beberapa hari kemudian Abu Nawas datang kembali kerumah laki-laki itu. Dan kembali bertanya pertanyaan seperti yang sebelumnya.
“Bagaimana keadaan kalian sekarang?”
“Kini kami merasa rumah ini semakin bertambah luas. Karena binatang-binatang iu tidak lagi tinggal bersama kami. Kini kami semakin berbahagia dari pada kemarin-kemarin. Kami mengucapkan bayak terima kasih atas semua bantuanmu wahai Abu Nawas.” Kata wajah orang itu dengan wajah yang berseri-seri.
“Sebenarnya. Rumahmu ini tidaklah sempit. Tapi yang sempit itu adalah pikiranmu. Batas antara sempit dan luas tertancap di dalam hati dan pikiranmu. Jika kamu sering berdoa dan bersyukur atas pemberian Tuhan maka Tuhan akan mencabut kesempitanmu.”
“ tapi Abu Nawas aku sudah sering berdoa. Tapi rasanya Tuhan belum mengabulkan doaku?”
“ketahuilah bahwa doa seorang hamba tidak selalu mesti di terima oleh Allah. Karena manakala Allah membukakan pintu pemahaman kepada engkau ketika Dia tidak memberi  engkau, maka ketiadaan pemberian itu merupakan pemberian yang sebenarnya”.
Orang itu lalu mengangguk-ngangguk.
Seperti itulah sebuah kisah dari seribu satu kisah mengenai Abu Nawas. Satu kisah ini tidaklah terlihat lucu. Tapi pelajaran moral bisa kita petik dan memakan kesegarannya.



Facebook Komentar
0 Blogger Komentar


EmoticonEmoticon