Zikir secara Etimologi berasal dari bahasa Arab di kenal dengan istilah al-Zikr, yang berasal dari kata zakir, yazkiru, zikran yang berarti mengingat, mensucikan, menjaga, atau mengerti. Maka jika di masukkan dalam makna harfiahnya Zikir adalah ingatan, ingatan yang mengingat Tuhan. Mengingat Tuhan ini juga di maksudkan dengan mendekatkan diri kepada-Nya. Zikir merupakan upaya yang di lakukan manusia untuk mengingat kebesaran dan keagungan Allah SWT, agar manusia tidak berada pada kelupaan yang membuatnya Takabbur dan Sombong.
Maka secara Terminologi, Zikir adalah setiap ucapan yang terdengar maupun
tidak terdengar dengan lafal-lafal
tertentu. Semata-mata hanya untuk mengagungkan, memuji , berdoa, dan bersyukur
hanya kepada Allah Swt.
Imam Al Nawawi berkata : “ Zikir kepada Allah
terdiri dari dua bagian, yaitu Zikir dengan hati dan lisan. Zikir dengan hati
juga di bagi atas dua macam, pertama merupakan renungan yang paling tinggi dan
mulia yaitu merenungi keagungan Allah SWT. Kedua berzikir kepadanya dengan hati
agar meninggalkan apa yang di larang serta diam untuk sesuatu yang
meragukannya.
Seorang Sufi bernama Ibn Ald membagi zikir kepada
tiga bagian yaitu :
1.
Zikir Jali
Zikir jali
adalah sesuatu perbuatan mengingat allah Swt dalam bentuk ucapan-ucapan lisan
yang mengandung arti pujian, rasa syukur, dan doa kepada Allah Swt, yang lebih
menampakkan suara yang jelas untuk menuntun gerak hati.
Hal ini
biasa dilakukan oleh orang awam. Tapi hal ini di maksudkan untuk mendorong
hatinya hadir menyertai ucapan-ucapan lisan itu
2.
Zikir Khafi
Bentuk
zikir yang di lakukan secara khusyu oleh ingatan hati, baik berdzikir lewat
lisan ataupun tidak. Orang yang selalu mampu melakukan zikir ini hatinya akan
senantiasa memiliki hubungan dengan Allah Swt. Ia selalu merasakan kehadiran
Allah Swt, kapan dan di mana saja. seorang sufi ketika melihat kursi, bukan
kursi itu yang di lihatnya. Tetapi yang di lihatnya adalah Allah Swt. Artinya
bukan benda itu adalah Allah, tetapi pandangan hatinya telah menembus jauh melampaui
pandangan matanya. Ia bukan saja melihat benda itu. Tetapi juga menyadari akan
adanya Khaliq yang menciptakan benda itu.
3.
Zikir Haqiqi
Zikir yang
di lakukan oleh jiwa dan raga, lahir dan batin pada kapan dan di mana saja,
dengan memperketat unpaya untuk memelihara eluruh jiwa raga dari larangan Allah
Swt. Dan mengerjakan apa yang di perintahkan-Nya. Selaian itu di dalam
ingatannya tidak ada yang di ingatnya kecuali Allah Swt. Ketika telah terjadi
seperti itu maka diri sednag berzizkir Haqiqi. Namun untuk mecapai tingakat
Zikir Haqiqi kit amensti melewati terminal Zikir sebelumnya yakni , Zikir Jali
dan zikir Khafi.
Jika di
lihat dari Kualitasnya Zikri di bagi menjadi Tiga.
1.
Zikir Mubtadi
Yaitu Zikir
bagi pemula atau yang baru berlatih. Zikir ini mengiringi zikir jali. Yakni
zikir dengan ucapan dimana hati terus khusyu hanya kehadirat Allah zaja.
2.
Zikir Mutawassil
Zikir
tingkat menengah, yakni zikir lisan yang di iring dengan ikatan hati yang tidak
mencari sesuatu kecuali allah semata.
3.
Zikir Muntahi
Zikri
pemuncak yaitu Zikir yang di lakukan secara simultan oleh seluruh daya dan
ekspresi manusia. tidak ada detik selain Zikir, tiada denyut nadi selain Zikir,
tiada tempu dan rruang selain Zikir. Seluruh gerak darah adalah Zikir, tiada
yang dirasakannya kecuali kebersamaan dengan Allah Swt. Zikir ini tentu saja di
alami oleh para sufi yang di sebutnya fana’ fillah. Sehingga kualitas
kepahamannya mengenai Tuhan di sebut Ma’rifah yakni pengetahuan yang di peroleh
melalui mata hati atau ain al- Basirah.
Zikir secara hakikatnya bukan lah zikir di mana kita menyebut namanya
sambil memegang tasbih. Tetapi Zikir adalah kesadaran untuk selalu berhubungan
dengan Allah bukan dengan ucapan tapi dengan mental ataupun spritual.
Zikir adalah bentuk dari pernyataan cinta seorang hamba kepada Allah Swt.
Tidak ada yang di cintainya kecuali Allah. Dia mencintai Allah tanpa batas dan
cintanya kekal.cinta itu di rasakannya karena ia telah menyatakan cinta kepada
Allah dengan lantunan Zikir yang lezat dan nikmat. Dia yang dimaksud adalah
Ruhnya. Karena hanya Ruhlah yang mampu berhubungan dengan Tuhan.
Maka dari itu sebaik-baik Zikir itu adalah mengingat , sebaik-baik
mengingat itu adalah mencintai, dan sebaik-baik mencintai itu adalah merasakan.
Lalu Sufi menggemakan suaranya bahwa jika engkau belum merasakan maka engkau
belum mengenal-Nya.
Sumber : Dr. Tasmin Tangngareng, Mag. Menyelam kesemesta Zikir : Makassar.
Alauddin University Pers.