Kamis, 10 September 2015

Petualangan awal kedalam Hutan Filsafat ( pengertian Filsafat).



Mengartikan filsafat agak sedikit menyulitkan, mengapa menyulitkan?. Karena Filsafat adalah sebuah anugrah yang sudah sangat tua. Bahkan Filsafat tak bisa di pungkiri adalah pusat dari segala ilmu. Ia pun disebut pula sebagai bapaknya para ilmu. Hingga Filsafat itu selalu berkembang dari masa ke masa. Apa lagi ketika pengertian Filsafat itu di sandarkan kepada satu tokoh filosof yang bisa berbeda dengan filosof lainnya menjadikan pengertian filsafat akan jadi lebih membingungkan.
Pengertian Filsafat
detik-detik kesucian Socrates

Menurut para ahli dan orang-orang yang melakukan perjalanan jauh kedalam dunia filsafat, kita tetap sulit untuk mendapatkan sebuah jawaban defenitif terhadap pertanyaan tersebut. setiap jawaban yang di suguhkan tidak akan pernah mampu memberi jawaban final. Sebab perbicangan filsafat bukan hanya sebatas wacana intelektual, pemikiran, konsep-konsep, dan teori-teori abstrak filosofis, melainkan juga perenungan, penghayatan, pengembaraan tanpa henti, dan petualangan kehidupan. Yang hanya bisa di tutup oleh tirai kematian.[1]
Moh Hatta sendiri memilih untuk tidak membicarakan filsafat lebih dulu. Nanti, bila orang telah banyak membaca atau mempelajari filsafat. Orang itu akan mengerti dengan sendirinya apa filsafat itu menurut dirinya sendiri sesuai dengan daya tangkapnya. Pendapat Hatta ini sejalan dengan Langeveld. Dia mengira orang yang mempelajari filsafat dengan setia akan dapat mengerti dengan filsafat itu nantinya.[2]
Maka ketika seseorang melemparkan pertanyaan. What is Philosophy ?. apakah Filsafat itu?. Maka sah saja ketika anda menjawab. “ aku masih belum tahu pak, aku masih dalam pengembaraan pencarian filosofis”.
Jawaban itu benar juga. Akan tetapi jika pengertian filsafat tidak di kemukakan. Habislah pembahasan filsafat itu dan malah semakin membuat filsafat itu terlihat membingungkan. Maka untuk menyesuaikan antara satu pembahasan dengan pembahasan yang lainnya dan untuk membantu memudahkan kita memahamani makna filsafat. Mari kita berpetualang menjelajahi defenisi filsafat dari berbagai definisinya.
Menurut sejarahnya kata filosofi pertama kali terucap dan terdengar dari mulut seorang bijak bestari yang berjalan di dataran Yunani kuno. Orang bijak itu bernama Phythagoras. Konon katanya ketika Phythagoras di tanya oleh Leon apakah ia orang yang arif ( Sang pemilik kearifan), ia dengan takzim dan rendah hati menjawab bahwa dirinya bukan orang arif, melainkan hanya seorang pecinta kearifan (philosophos).[3]
Berdasar kerendahan hati Phytagoras itu. Maka filsafat secara epitimologi berasal dari bahasa Yunani, Philosophia, yang merupakan gabungan dua kata: Philo dan Shopia. Philo berarti cinta, dan sophia berarti kebijaksanaan. Jadi filsafat itu berarti mencintai kebijaksanaan; the love and pursuit of wisdom.[4]
Namun perlu kita catat bahwa para bijak bestari dari Yunani klasik dahulu , memaknai sophia bukan hanya kebijaksanaan atau kearifan saja, melainkan juga meliputi mengenal Kebenaran pertama atau Tuhan , pengetahuan yang luas, kebijakan intelektual, pertimbangan yang sehat sampai keterampilan, dan bahkan kecerdikan dalam memutuskan persoalan-persoalan praktis.[5] Homerus saja bahkan memasukkan Tukang kayu juga sebagai orang bijak karena memiliki keterampilan tertentu. [6]
Sedangkan kata filsafat menurut Harun Nasution berawal dari bahasa Arab, falsafa bukan Inggris. Karena bahasa Arab lebih awal mempengaruhi bahasa Indonesia di bandingkan bahasa Inggris. Falsafa berasal dari kata fa’lal, fa’ lalah dan fi’lal. Inilah yang membentuk kata filsafat dalam bahasa Indonesia.[7]
Maka dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia , kata filsafat menunjukkan pengertian yang di maksud, yaitu pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi mengenai hakikat segala yang ada, sebab, asal, dan hukumnya.[8]
Nah, setelah menjelajahi filsafat dari segi epitimologinya. Sedikit demi sedikit kita telah berhasil mendapatkan petunjuk untuk lebih jauh masuk lagi kedalam hutan Fisafat yang lebih lebat. Tempat selanjutnya yang akan kita jelajahi adalah Filsafat menurut terminologinya.
Berikut ini adalah beberapa pendapat dari filosof yang telah berusaha mengartikan Filsafat sesuai dengan konotasi yang di tangkap oleh mereka.
Plato
Kita memulainya dari Plato. Plato mengatakan bahwa filsafat adalah pengetahuan tentang segala yang ada atau filsafat adalah visi untuk mencapai kebenaran yang asli.[9]
Aristoteles.
Aristoteles mengatakan bahwa filsafat adalah pengetahuan yang meliputi kebenaran yang tergabung di dalamnya metafisika, logika, retorika, ekonomi, politik, dan estetika.[10]
Cicero
Cicero menyebutkan filsafat sebagai “The mother of all the arts”. Juga filsafat di anggapnya sebagai arts vitae yaitu seni kehidupan.[11] Ini bisa di artikan bahwa orang yang berfilsafat sedang memainkan sebuah seni yang sangat indah.
Al Farabi
Filsosof dari zaman Abbasiyah ini mengatakan bahwa filsafat adalah pengetahuan tentang alam diluar yang  nyata dan bertujuan menyeldiki hakikat dari yang sebenarnya.[12] Dari sini filsafat adalah sebuah kegiatan berpikir yang sangat tinggi karena tidak hanya berpikir di daratan tapi berpikir sampai menembus langit.
Immanuel Kant
Filosof kritisisme modern ini mengartikan filsafat sebagai pengetahuan yang menjadi pokok pangkal segala pengetahuan yang tercakup di dalamnya empat persoalan yakni metafisika, etika, Agama dan Antropologi.[13]
Friedrich Hegel
Beliau mendifinisikan filsafat sebagai penyelidikan mengenai hal-hal yang membutuhkan pemikiran dan perenungan.[14]
Bertrand Russel.
Bertrand Russel menganggap filsafat sebagai suatu kritik terhadap pengetahuan, karena filsafat memeriksa secara kritis asas-asas yang di pakai dalam ilmu dan dalam kehidupan sehari-hari dan mencari sesuatu ketakselarasan yang dapat terkandung dalam asas-asas itu.[15]
Harun Nasution
Filosof Indonesia ini mengatakan bahwa filsafat adalah berpikir menurut tata tertib ( logika ) dengan bebas ( tidak terikat pada tradisi, Dogma, dan Agama) dan dengan sedalam-dalamnya, sehingga sampai kedasar-dasar persoalan.[16]

Dari sekian banyak definisi yang di kemukakan oleh para bijak dari berbagai lapisan Zaman itu jelaslah berbeda. Ini di karenakan mereka tidaklah memiliki satu kepala untuk semua badan. Masing-masing kepala memiliki isi yang berbeda yang di pengaruhi oleh lingkungan dan latar belakang masing-masing.
Terlepas dari perbedaan pendapat itu. Kita bisa menarik sebuah kesimpulan yang kiranya dapat menyimpulkan filsafat itu secara umum. Yakni filsafat adalah aksi nalar yang berusaha mencari kebenaran yang sejatinya kebenaran.



[1] Zaprulkhan, Filsafat Umum sebuah pendekatan tematik, ( Jakarta : Rajawali pers, 2013), h. 2.
[2] Ahmad Tafsir, Filsafat Umum, ( Bandung: PT Remaja Rosdakarya,1990), h. 9.
[3] Abdullah, Pengantar filsafat, ( Gowa : Guna Darma Ilmu, 2014), h.10.
[4] Zaprulkhan, Filsafat Umum sebuah pendekatan tematik, ( Jakarta : Rajawali pers, 2013), h. 3.
[5] The Liang Gie, pengantar Filsafat Ilmu, ( Yogyakarta : Liberty, 2007), h.29.
[6] Ahmad Tafsir, Filsafat Umum, ( Bandung: PT Remaja Rosdakarya,1990), h. 10.
[7] Harun Nasution, Falsafat Agama, ( Jakarta: Bulan Bintang, 1991), cet. 8, h.4.
[8] Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kmus Besar Bahasa Indonesia, ( Jakarta: Balai Pustaka, 1998 ), cet 1, h. 242.
[9] Ahmad Tafsir, Filsafat Umum, ( Bandung: PT Remaja Rosdakarya,1990), h. 10.
[10] Ahmad Tafsir, Filsafat Umum, ( Bandung: PT Remaja Rosdakarya,1990), h. 10.
[11] Asmoro Achmadi,Filsafat Umum, (Jakarta: Rajawali Pers, 20130, h.2.
[12] Abu Ahmadi, Filsafat Islam, (Semarang: Toha Putra, 1998), h.8.
[13] Ahmad Tafsir, Filsafat Umum, ( Bandung: PT Remaja Rosdakarya,1990), h. 11.
[14] The Liang Gie, Pengantar Filsafat Ilmu, ( Yogyakarta : Liberty, 2007), h.37.
[15] The Liang Gie, Pengantar Filsafat Ilmu, ( Yogyakarta : Liberty, 2007), h.39.
[16] Harun Nasution, Falsafat Agama, ( Jakarta: Bulan Bintang, 1991), cet. 8, h.14.


Facebook Komentar
0 Blogger Komentar


EmoticonEmoticon