BIOGRAFI
PHYTAGORAS
NABI
MATEMATIKA YANG BERKHOTBAH DI DEPAN BINATANG
Sebuah Ringkasan
Bab Phytagoras dalam buku Sejarah Filsafat Barat, Bertrand Russel.
Dari segi intelektual ada salah seorang tokoh yang
pernah hidup, baik ketika ia bijak maupun tak bijak. Matematika. Ilmu perhitungan
itu dalam pengertian sebagi argumen deduktif demonstratif bermula dari dia. Dan
kejeniusannya pada matematika. Membawa ilmu perhitungan itu kedalam rana
mistisisme yang ganjil yang mempengaruhi filsafat.
Ia adalah warga Pribumi pulau Somos, dan sudah
mengalami pubertas kira-kira pada tahun 532 SM. Beberapa kalangan menyebutkan
ia adalah anak bangsawan terkemuka bernama Mnesarchos. Sementara pendapat lain
mengatakan bahwa ia adalah anak dari hasil sperma Dewa Apollo. Di masa itu
Samos di pimpin oleh tiran bernama Polycartes, seorang bandit tua yang menjadi
kaya-raya serta memiliki angkatan laut yang besar.
Samos dulu adalah kota perdagangan yang menjadi
saingan dari Miletus, para pedagang Samos menyebar hingga sejauh Tartessus di
Spanyol yang dulu terkenal dengan hasil tambangnya. Si Tirani Polycrates
berkuasa di Samos pada tahun 535 M dan kekuasaannya bertahan hingga 515 SM.
Poly Cartes adalah penantang moral. Dengan keji ia membunuh dua kepala
saudaranya yang pernah bekerja sama dengannya. angkatan lautnya yang memfuni di
gunakan untuk merompak di lautan. Namun moral yang ditantangnya membuatnya
berakhir tragis ditangan penguasa Persia Sardes dengan politik bengis. Poly
cartes berakhir di salib.
Dikisahkan dan memang bukanlah sebuah kemustahilan
jika Phytagoras adalah anak didik dari peradaban megah kuno Mesir. Ia banyak
memperluas wawasannya di tanah piramida itu. Lalu ia menetap di Croton, Italia
Selatan.
Di Croton , Phytagoras membentuk suatu perkumpulan
keagamaan yang untuk sekian waktu cukup berpengaruh di kota itu. Namun pengaruh
itu bagi sebagian orang merupakan sebuah gangguan hingga ia mendapatkan
tentangan dari warga Croton. Dan itu memaksa Phytagoras pindah ke Metepontion. Di
italia Selatan juga. Yang nantinya menjadi tempat untuk menguburkan jasadnya.
Phytagoras adalah sosok yang sangat menarik bahkan
paling menarik dan membingungkan dalam Sejarah. Bukan saja tradisi yang terkait
dengan dirinya adalah adonan yang nyaris sempurna antara kebenaran dan
kekeliruan. Ia bisa digambarkan atau di umpamakan bahwa sosok ini adalah
gabungan dari Einsten dan Ny, Eddy. Ia mendirikan sebuah agama yang ajaran
intinya mengajarkan tentang perpindahan jiwa juga mengharamkan pengikutnya
untuk memakan buncis. Ajarannya ini ia wujudkan dalam bentuk Ordo keagamaan
yang mendapat pengaruh yang cukup besar. namun para pengikutnya yang tak bisa
menahan kesabaran untuk menyantap Buncis. Membuat agama ini tidak terlalu lama
untuk bisa bertahan.
Berikut adalah pertauran dalam ordo Phytagoras
1.
Pantang untuk makan buncis
2.
Jangan memngut sesuatu yang sudah jatuh
3.
Jangan menyentuh ayam jago yang berwarna putih
4.
Jangan meremukkan roti
5.
Jangan melangkahi palang
6.
Jangan mengorek api dengan besi
7.
Jangan makan bungkahan roti yng masih utuh
8.
Jangan memetik karangan bunga.
9.
Jangan menduduki takaran kuart.
10.
Jangan makan jantung
11.
Jangan berjalan kaki di jalan raya
12.
Jangan membiarkan burung walet bersarang di atap
rumah.
13.
Jika mengangkat periuk dari perapian jangan sampai
ada bekasnya di atas Abu, sehingga abu harus di korek.
14.
Jangan melihat cermin di samping cahaya.
15.
Barang siapa yang bangun tidur, gulunglah alas
tidurmu dan hilangkan bekas badamu di situ.
Cornford dalam bukunya From religion to phylosophy
menuliskan bahwa mazhab Phytagoras merupaka arus utama tradisi mistik yang kita
anggap bertentangan dengan kecenderungan ilmiah” Cornford menilai Permenides
yang disebutnya “penemu ilmu logika” sebagai seorang penerus Phytagoreanisme,
dan Plato sendiripun menjadikan Phtagoras sebagai sebuah Inspirasi.
Dikaiarchos mengutarakan bahwa Phytagoras
mengajarkan “ pertama, bahwa jiwa tak dapat mati, dan bahwa jiwa itu berubah
menjadi jenis –jenis makhuk hidup lain, kemudian bahwa apapun yang
bereksistnesi akan hidup kembli menurut perputaran siklus tertentu, sehingga
tak sesuatupun yang benar-benar baru, dan bahwa segala sesuatu yang di lahirkan
dengan disertai kehidupan di dalamnya harus di anggap berasal dari satu sumber”.
Disebutkan pula jika Phytagoras ,seperti Santo Francis , pun memberikan Khotbah
kepada binatang.
Tetapi apa hubungan semua itu dengan Matematika.?
Etikalah yang menghubungkan semua hal tadi dengan
matematika. Burnet meringkas etika ini sebagai berikut.
“kita adalah orang-orang asing di dunia ini, dan
tubuh adalah kuburan bagi jiwa ,akan tetapi tak seyogyanya kita mencoba
membebaskan diri dengan jalan bunuh diri, sebab kita adalah milik Tuhan yang
merupakan gembala kita, dan tanpa perintahnya kita tak berhak untuk bebas. Dalam
hidup ini ada tiga jenis manusia sebagaimana ada tiga macam khalayak yang
mengunjugi pertandingan Olympiade. Kelas terendah terdiri dari mereka yang
datang untuk membeli dan menjual, kelas di atasnya adalah mereka yang
bertanding. Namun yang terbaik adalah mereka yang hanya datang untuk menonton. Penyucian
tertinggi di antara semuanya dengan demikian adalah ilmu pengetahuan yang bebas
dari pamrih, dan manusia yang mengabdikan dirinya pada bidang itulah, yakni
seorang filsuf sejati, yang paling berhasil membebaskan dirinya dari jendera
kelahiran.”
Banyak yang harus di paparkan mengenai dua aspek
pada diri Phytagoras, sebagai seorang nabi keagamaan maupun sebagai
matematikawan murni. Dalam dua bidang tersebut dia sama-sama berpengaruh. Dan berbeda
dengan kesan yang ditangkap oleh pikiran modern, kedua segi itu sebetulnya tak
saling terpisah jauh.
Pada awalnya, kebanyakan ilmu pengetahuan bisa
dikaitkan dengan sejumlah kepercayaan yang keliru, yang memberinya nilai
fiktif. Astronomi dikaitkan dengan astrologi, kimia dengan kemisrti. Sedangkan matematika
dikaitkan dengan jenis kekeliruan yang lebih halus. pengetahuan matematis
tampil dengan sifatnya yang pasti,eksak dan bisa di terapkan pada dunia nyata. Selain
itu pengetahuan itu di peroleh lewat pemikiran murni, tanpa memerlukan
observasi. Akibatnya, matematika di anggap mewakili suatu ideal, yang karena
itu pengetahuan empiris sehari-hari di nilai rendah. Berdasarkan matematika
muncul anggapan bahwa pikiran lebih utama dari pada indera, intuisi lebih
unggul ketimbang observasi. Jika dunia iderawi tidak menunjukkan kesesuaian
dengan metematika , maka yang di permasalahkan adalah dunia Inderawi. Dengan pelbagai
cara, di carilah metode yang kian bisa mendekati ideal para matematisi, dan
pemikiran-pemikiran yang dihasilkannya itulah yang menjadi sumber pelbagai
kekeliruan dalam metafisika dan teori pengetahuan. Dan bentuk filsafat ini
bermula dari Phytagoras.
Phytgoras mengatakn bahwa “segala sesuatu adalah
bilangan-bilangan”. Dia menjadikan musik sangat indah dengan “nilai rata-rata
harmoni”. Ia juga menganggap bilangan-bilangan sebagai bentuk-bentuk , seperti yang terlihat pada
dadu dan kartu permainan. Bujur sangkar yang bilangan berpangkat dua itu dan
bilangan Kubus yang berpangkat tiga itu juga bilangan segi empat, segitiga dan
bilangan piramida. Semuanya berasal dari kepala Nabi matematika yang jenius
ini.
Penemuan terpenting dari Phytagoras yang
dikembangkan oleh murid-muridnya, adalah proposisi tentang segitiga siku-siku,
yakni bahwa jumlah kuadrat dari sisi-sisi yang lain, yakni sisi miringnya. Orang-orang
Mesir sudah mengetahui bahwa sebuah segitiga yang sisi-sisinya adalah 3,4,5
memiliki sudut-siku-siku, namun tampaknya bangsa Yunanilah yang pertama kali
mengetahui bahwa 32 + 42 = 52, dan bertolak
dari ini mereka menyusun suatu proposisi umum yang bisa dibuktikan.
Kombinasi Matematika dan Teologi (agama), yang
bermula dari Phytagoras, telah menanamkan ciri pada filsafat yang bercorak
religius di Yunani, di abad pertengahan, dan di zaman modern hingga Kant. Sulit
untuk menemukan tokoh lain yang memiliki pengaruh sebesar dia di dalam
pertunjukan berpikir dan pemikiran.