sumber gambar misterabib.blogspot.com |
Tuhan
selalu menjadi topik untuk menarik untuk dibahas. Sifat transendental-Nya
menjadikan Dia objek kajian yang sulit terpecahkan. Hingga manusia menemukan
konsep tentang Tuhan. Belum pernah ada manusia yang melihat atau menyaksikan
secara Tuhan secara langsung. Kecuali melalui tabir, mimpi, atau perantara
lainya. Yang tersisa tentang penyaksianya hanyalah keyakinan terhadap literatur
teks dan wahyu yang di tinggalkanNya.
Membahas
tentang Tuhan tentu tak luput dari tasawuf, mistik dan metaphysic.sebelum
melangkah jauh kita bahas dulu ketiga partikel di atas. Apa itu tasawuf telah
di jelaskan di artikel sebelumnya (di sini). Kemudian selanjutnya apa
itu mistik. Mistik pada dasarnya adalah tasawuf. Hanya saja istilah tasawuf
lebih populer di gunakan dikalangan agama Islam. Tetapi mistik lebih umum di
gunakan pada setiap kepercayaan dan penganut agama(theis).
Kembali
kepada apa itu mistik. Secara sederhana mistik berarti persatuan dengan zat yang
di luhurkan. Di luhurkan maksudnya sesuatu yang kita percayai dan bersifat
immateri, gaib ataupun transendental. Dan itu berarti yang di luhurkan tersebut bisa jadi Tuhan
ataupun sesuatu yang gaib lainya.
Selanjutnya
metaphysic, berakar dari kata meta, “sesudah” dan physic, “fisika”. Secara
bahasa berarti sesudah fisika. Metaphysic atau metafisika adalah cabang
keilmuan yang mengkaji tentang segala sesuatu yang berada di balik ruang
fisika. Baik itu tentang Ketuhanan, akal murni dan sebagainya.
Setelah semua
pengantar di atas. Kita lanjut ke konsep tentang ketuhanan.
Tuhan adalah
sebuah konsep dzat MahaTinggi, mahaKuasa dan mahaSegalanya. Yang kemudian sebut
sebagai pencipta semesta. Pencipta mahluk dan segala atribut kehidupan.
Aristoteles menyebutnya sebagai causa prima atau penyebab yang tak di sebabkan.
Anselmus mengatakan Tuhan adalah sesuatu yang lebih besar yang tidak bisa di
fikirkan.
Jadi inti dari
konsep tentang ketuhanan adalah Tuhan sebagai sesuatu yang transenden, kebenaran
yang absolut, jauh dari jangkaun manusia dan eksistensinya senantiasa berada di
sekitar kita.
Unikya konsep
ketuhanan hanya terdapat di dalam agama, tidak dalam kepercayaan. Meski
demikian Agama secara otomatis di anggap juga sebagai kepercayaan sedangkan
kepercayaan tidak selalu bisa disebut sebagai agama. namun untuk saat ini kita
akan membahas kepercayaan dan agama secara bergandengan.
Dalam
pendekatan mistik. Setiap agama atau kepercayaan memiliki mistik tersendiri.
Dalam islam di sebut sebagai tasawuf. Dalam hindu, budha kristen juga
memilikinya. Setiap mistik tersebut jika kita pandang dari sisi netral maka
akan tampak kesemua adalah benar. Dan secara otomatis mengaburkan pandangan dan
mempluralkan setiap agama benar.
Contoh islam.
dalam tasawufnya memiliki tahapan untuk mencapai puncak makrifat. Setiap tahap
atau tangga itu memiliki klaim unik dan
tata cara untuk mencapainya. Misalnya dari tangga syariat kita tak kan pernah
benar benar mencapai tangga selanjutya jika tangga syariat belum di jalani atau
terselesaikan hingga tuntas. Jika seorang berhasil mencapai makrifat. Itulah
puncak. Pada puncak ini, pakaian keduniaan ia lepaskan. Dan yang menjadi
tujuanya hanyalah hidup setelah kematian. Yang ada hanyalah mahabbah, Sifat
yang terpeihara dan gerak hidup berdasarkan tuntunan Tuhan. Atau lebih di kenal
dengan Zuhud, wara’ dan sebagainya.
Juga dalam
agama budha. Ketika seorang mengabdikn dirinya untuk menjadi seorang biksu. Ia
menanggalkan segala kepentingan yang berkaitan dengan dunia, sifat yang
terpelihara. Ketenangan jiwa. Perasaan menyatu dengan Tuhan. Yang ada dalam
geraknya hanyalah kebaikan. Hingga secara zahir tak jauh beda dengan orang
mencapai makrifat.
Demikian juga
dalam agama agama yang lainya. Mungkin rasanya(karena penulis belum
mencapainya, hanya berdasarkan berbagai liteatur) seperti Tuhan melebur
dengan diri, tanpa tabir yang memisahkan atau seperti menjadi bagian dari
tubuh.
Meskipun cara yang di gunakan berbeda. Tahap
dan metode yang berbeda. Namun pada akhirnya akan terlihat sama saja. Setiap
penganut yang bersungguh sungguh ingin berjumpa Tuhanya akan mendapatkan
‘penerangan’ pada puncak pencarianya.
Jadi jika
demikian. Manakah yang benar di antara kesemua itu? Bukan kah Tuhan hanya Satu?
Apa mungkin kita bisa bertemu dengan satu Tuhan yang sama melalui agama atau
kepercayaann yang berbeda beda?
Mengutip
jawaban dari prof. Qasim, sebenarnya semuanya benar. Jika itu mengandung
maslahat maka itu benar. Sesuatu yang mengadung maslahat pasti syariat. Karena
syariat islam mengadung maslahat. Maka syariat islam benar.
Lalu bagaimana
dengan yang lainya? Coba di teliti dahulu apakah semua cara atau tahap yang di
lalui sudah benar sesuai dengan syariat. Tanpa menjudge. Mungkin saja mereka
bisa mencapai menyamanan itu. Tapi ada pihak yang di rugikan. Binatang misalnya
atau mahluk lain.
Wallahu’allam.