Rabu, 30 September 2015

Biografi Heraklitus, Manusia api dari Ionia.

BIOGRAFI HERAKLITUS. MANUSIA API DARI IONIA

“kebijaksanaan seorang manusia tak lebih dari seekor monyet”

Sebuah Ringkasan dari sejarah filsafat barat, Bertrand Russel.

Kita akan membicarakan seorang bijak dai Ionia yang datang setelah Phytagoras yang menemukan teori yang masih berpengaruh. Heraklitus seorang bangsawan Ephesus yang telah dewasa pada tahun 500 SM dan meninggal pada tahun 480 SM. Ia begitu terkenal di zaman antik Yunani karena doktrinnya bahwa segala sesuatu mengalami perubahan secara terus menerus.
Ia menganggap api sebagai substansi dasar, segala sesuatu seperti pijar yang muncul dari api, terlahir berkat kematian sesuatu yang lain.di dunia ini terdapat kesatuan yang terbentuk oleh kombinasi unsur-unsur yang berlawanan.
Heraklitus adalah seorang yang bersikap keras dan berkoar-koar. Ia digambarkan sebagai seorang yang selalu mengkritik. Sikapnya ini sejalan dengan doktrinnya. Ia tergambar sebagai eorang yang bersifat api. Ia banyak mengomentari dengan panas para pendahulunya di antaranya adalah phytagoras. Heraklitus berkata “ Phytagoras ... menyatakan dirnya sebagai kebijaksanaannya sendiri sesuatu yang tak lain hanyalah pengetahuan tentang banyak hal dan seni menyesatkan.” Heraklitus mendukung Teutanus yang berkata “ Kebanyakan manusia adalah jahat”. Maka Heraklitus sangat sulit mempercayai kebijaksanaan orang lain kecuali dirinya sendiri.
Heraklitus mendukung kegiatan “Perang” dengan pendapat bahwa hanya kekerasanlah yang bisa memaksa manusia bertindak demi kebaikannya sendiri. Ia mengatakan “Semua binatang hanya bisa di giring ke padang rumput dengan lecutan” dan ungkapan metaforanya bahwa “ keledai lebih menyukai jerami dari pada emas.” Menjadi alasannya mendukung perang.
Ia mirip dengan seorang yang datang jauh setelahnya, seorang Niatsche yang berkata “Tuhan telah mati.” Heraklitus memiliki pandangan asketisme mengenai etikanya. Ia menganggap jiwa adalah adonan antara api dan air, di mana api bersifat mulia dan air bersifat nista. Jiwa yang paling banyak mengandung api di sebut sebagai jiwa yang “kering”. Dan menurut Heraklitus “jiwa yang kering itulah jiwa yang terbaik dan paling bijaksana karena jiwa yang ber air adalah jiwa yang yang tak dapat menahan keinginan nafsu yang bararti air adalah kematian bagi jiwa.” Dari sini Heraklitus juga memiliki kebijaksanan diri yang tinggi saat memuliakan orang-orang yang dapat menguasai dirinya dari dorongan nafsu. Dan memandang rendah orang-orang yang terbuai oleh nafsunya yang membuatnya menyimpang dari ambisi-ambisi utamanya.
Sedangkan pandangan metafisika Heraklitus cukup dinamis untuk bisa memuaskan orang-orang modern.
“Dunia ini, yang sama bagi semuanya, bukan diciptakan oleh Dewa atau manusia, tetapi dahulu , sekarang dan seterusnya adalah Api yang terus menyala, yang kadang berkobar dan kadang meredup.”
“pertama-tama api berubah menjadi laut, separuh dari laut adalah tanah, separuhnya lagi adalah angin puting beliung”.
Heraklitus menyukai keberagaman dengan menganggap bahwa perselisihan yang di hasilkan dari keberagaman itu akan menghasilkan sebuah harmoni yang indah yang kemudian mempersatukan dunia. Dimana kesatuan dunia itu di awali oleh keberagaman. Dan kesatuan itu tidak akan tercipta jika tak ada hal-hal bertentangan yang berkombinasi. Pertentangan yang berkombinasi ini berasal dari filsafat Anximander yang mencegah perselisihan antara hal-hal yang berlawanan janganlah menghasilkan kemenagan mutlak salah satu pihak. Maka bisa di ambil pelajaran dari Heraklitus bahwa keberagaman itu adalah mutlak bagi sebuah kesatauan, pertentangan adalah sesuatu proses menuju kesatuan yang di sebutnya sebagai Logos. Logos inilah yang menyatukan keberagaman.
Heraklitus juga menganggap bahwa tidak akan ada manusia yang bijak. Hanya Tuhanlah yang disebutnya “Dewa bukan dewa-dewa” yang memiliki kebijaksanaan. Dewa menganggap manusia hanyalah seorang bayi yang tak tau apa-apa. Manusia yang di anggap bijaksana sekalipun tak lebih dari seekor monyet. Secantik apapun monyet itu akan selalu terlihat jelek dibandingkan manusia. Itulah perbandingan antara kebijaksanaan Tuhan dan Manusia. seperti perbandingan antara manusia dan seekor monyet.
Yang paling terkenal dari filsafatnya Heraklitus adalah doktrinnya mengenai sesuatu yang berubah terus menerus yang banyak mempengaruhi para bijak setelahnya. Dalam Thaetetus karya Plato. Heraklitus mengatakan.
“ Engkau tak dapat tercebur dua kali di kolam yang sama, karena air selalu mengalir melintasimu.”
“matahari selalu baru setiap hari”.
Dari anggapan ini para teologi liberal modern meyakini bahwa Tuhan sendiripun tak luput dari perkataan Heraklitus yang mengaggap semuanya mengalami perubahan termasuk Tuhan itu sendiri. Teologi liberal meyakini pula terjadi gerak maju di Sorga dan terjadi pula evolusi pada Tuhan. Manusia pun akan selalu baru setiap hari.
Meski segala sesuatu terus mengalami perubahan . Heraklitus tak dapat menyangkal bahwa ada sesuatu yang abadi sesuatu yang tak memiliki batas akhir. Menurut pendapat lain Api lah keabadian itu. Api tidak akan pernah padam meski terus mengalami perubahan dari segi prosesnya. Dari dulu dan seterunya api tidak akan pernah padam.
Dari pendapat Heraklitus inilah , terjadi rangsangan terhadap ilmu pengetahuan yang berusaha lepas dari doktrin ini. Atom lalu di temukan sebagai sesuatu yang dapat hancur. Lalu para fisikawan menemukan sesuatu yang lebih kecil dari atom yakin proton dan elektron yang menyusun Atom. Yang dianggap sebagai sesuatu yang tidak dapat hancur. Namun kemudian di temukan jika proton dan elektron bertuburukan maka akan terjadi penghancuran dan membentuk sebuah energi dengan kecepatan cahaya. Energi secara khayali adalah api menurut Heraklitus.
Bukan hanya persoalan yang sangat kecil seperti atom. Heraklitus juga ikut merangsang sesuatu yang besar. Ilmu Astronomi sudah mengharamkan orang untuk berangggapan bahwa benda-benda langit bersifat abadi. Benda-benda langit akan hancur dari sebuah ledakan yang maha dahsyat seperti pada ledakan pembentukannya. Lalu kembali menjadi Gas yang campur aduk tak karuan.

Begitulah Heraklitus. Hidupnya bukan hanya merangsang orang-orang yang hidup sezamannya tapi terus menjadi momok untuk di gugurkan oleh ilmu pengetahuan yang membuat orang-orang ber jerih payah. Dari Heraklitus inilah muncul Parmenides sebagai antitesanya. 

Facebook Komentar
0 Blogger Komentar


EmoticonEmoticon