Sabtu, 26 September 2015

Filsafat Kiri: sebuah definisi pengantar

Pemikiran kiri
Kilas definisi
                Kata atau istilah kiri adalah sebuah bentuk kata yang telah disepakati sebagai lawan dari kata kanan, lawan dari arah kanan, lawan dari sebelah kanan, dan kanan kanan yang lainya. Namun dalam tulisan ini kita akan mengarahkan dan mengaitkan “kiri” ke dalam ranah pemikiran. Pemikiran seperti apa yang dimaksud. Berikut akan coba kami paparkan. Dengan harapan semoga pembaca tidak terpuaskan.
filsafat kiri
Nietzsche
Kata “Kiri” akan menjadi kata kunci pada pembahasan ini. Kata kiri yang bila disematkan kedalam pemikiran akan menjadi sesuatu yang luar biasa. Bukan hanya karena gagasan yang di kandungnya menantang, melawan, beraroma revolusiner, sekaligus merusak padangan yang di anggap establishment, tetapi karena ia memainkan peran yang signifikan sebab ide ide besar yang merubah keadaan.
Jika kita menengok dalam sejarah. Pemikiran kiri sering kali bersentuhan dengan kritik terhadap ideologi atau situasi yang ditetapkan dan di mapankan oleh kekuatan yang mendominasi. Kemudian menjadi ciri tersendiri ketika berada dalam zona pemikiran yang mengusung revolusi seperti marxisme, komunisme dan lain lain.
Mungkin tak salah jika penulis mencoba menjudge bahwa banyak kalangan yang memberikan citra buruk pada “kekirian” atau istilah kerenya stigmatisasi. Sebagai contoh syekh siti jenar yang di anggap menyimpang karena pemikiran pemikiranya. Atau indonesia misalnya pada april 2001 tragedi pembumi hangusan buku buku yang berbau kekirian.
Kesalahan cara perlawanan terhadap pemikiran menjadi kaca mata instropeksi diri bagi kita. Perlawanan terhadap pemikiran kiri tak seharusnya di lakukan dengan pembakaran buku –buku kiri. Tidak melalui tindakan fisik. Jika memang ingin melawan pemikiran kekirian seharunya di lakukan dengan menggunakan argumen pembelaan dalam bentuk buku juga. Seperti halnya yang pernah terjadi antara al-Gazali dan Ibnu Rusyd.
Hal ini sesuai dengan ungkapkan franz magnis suseno bahwa fenomena ini adalah tindakan fisik yang di lakukan untuk membungkam pemikiran yang tak mampu di lawan dengan fikiran, terutama di abad 20 ini. Ini menjadi teguran telak bagi kita, membuktikan bahwa tindakan yang demikian menjadi bukti minimnya pemahaman masyarakat akan keberagaman pemikiran. Juga terjadinya pemahaman yang  fatal akan pemikiran kiri.
Kemungkinan lain terdapat judgement yang keliru atas anggapan bahwa pemikiran yang berlawan dengan arus adalah sesuatu yang salah. Dan parahnya juga pemikiran kiri divonis sesat dan tak pantas. Padahal hal yang demikian belumlah tentu. pemikiran yang keluar dari pemikir (kiri) pada dasarnya dapat di jadikan sebagai bahan evaluasi dan penelitian. Semisal saja, mungkin dalam pemikiran yang dominan terdapat kepentingan yang tersembunyi dan itu patut untuk di curigai.
Pembongkaran seperti itu jelas dapat membahayakan pihak yang berkaitan. Bukan saja menghancurkan pilar yang telah lama dibangun tetapi juga dapat merekonstruksi keadaan kedaan formal secara efektif dan manipulatif.
Salah satu permasalahan lain adalah logosentrisme yaitu suatu ikhtiar untuk memperoleh ilmu pengetahuan yang terlalu dipusatkan dan diseragamkan. Dengan kata lain bisa di sebut sebagai sentralisasi kebenaran. Sehingga hanya terdapat satu pintu. Dan targisnya jika kebenaran monolistik itu mengatasnamakan kekuatan, kekuasaan, ideologi atau gelar(seperti doktor, profesor) menjadi sebuah kepentingan yang hanya memusatkan diri sebagai satu satuya kebenaran.
Atau mungkin saja ada benarnya jika kita coba menariknya ke lingkungan akademik. Misalnya kebenaran ilmiah yang tampak dimonopoli oleh kalangan doktor dan profesor. Penulis pernah sekali mengikuti uji penelitian untuk gelar doktor seorang dosen. Di hadiri oleh tim penguji, setidaknya ada tiga profesor penguji dan satu orang doktor.
Kritikan dan kesalah (menurut penguji) dalam beberapa hal yang berkaitan dengan penelitian tidak bisa di tolelir dan harus di ulangi. Sampai disitu saja. Mungkin yang mereka(penguji) anggap sebagai kesalahan justru membuka jalan baru bagi dunia penelitian. Tidak monoton dan memakasakan. sehingga yang tampak adalah monopoli kebenaran. Mungkin saja tak jarang dunia akademik sering di sesaki oleh guru besar yang masih suka mengklaim membuat kalim kebenarana secara monolitik.(hanya sebagai contoh saja, wallahu’alam)
Sebenarnya model monopoli kebenaran adalah salah satu bentuk pembelengguan kreativitas dan inovasi bagi realitas lain yang boleh saja berbeda.

Sebegai penutup, bahwasanya pengetahuan yang muncul dan keluar dari mainstream yang dominan tidak selamanya berada track yang salah. Juga pengetahuan yang dominan tidak serta merta menjadi kebenaran yang sesungguhnya. Jika kita masih berfikiran salah, maka kita sebenarnya masih terjebak dogmatisme pemikiran dan pengetahuan. Mengutip ungkapan dari paul natorp: segala kebenaran maunya ditemukan, dinyataan dan juga di benarkan; kebenaran itu tidak memerlukan hal itu. Karena dia lah yang menunjukan apa yang  diakui benar dan harus di lakukan.

Facebook Komentar
0 Blogger Komentar


EmoticonEmoticon