Seorang pelajar atau penikmat yang baru ingin
menyantap sebuah hidangan bernama Filsafat. Jika ia adalah seorang yang peka. Maka
ia akan berdialektika mengenai “mengapa Filsafat itu bisa muncul. Apa yang
mendorong Filsafat itu bisa Ada?.”
Pertanyaan tersebut kiranya dapat membuat Filsafat
itu semakin lezat terlihat. Atau dengan menjawab pertanyaan tersebut kita bisa
sedikit demi sedikit mengerti apa yang membuat Filsafat itu memiliki beribu
rasa yang mencenangkan.
Dalam bukunya, Alam Pemikiran Yunani. Bung Hatta
menuliskan.
“ Tiap Bangsa betapapun Biadabnya, mempunyai
dongeng Takhayul. Ada yang terjadi dari kisah perintang hari, keluar dari mulut
orang yang suka bercerita. Ada yang terjadi dari muslihat menakut nakuti anak
supaya tidak nakal. Ada pula yang timbul dari keajaiban alam yang menjadi
pangkal heran dan takut. Dari itu orang menyangka alam ini penuh oleh dewa-dewa.
Lama kelamaan timbullah berbagai fantasi. Dengan fantasi itu manusia dapat
menyatukan ruhnya dengan alam sekitarnya. Orang yang membuat fantasi itu tidak
ingin membuktikan kebenaran fantasinya karena kesenangan ruhnya terletak pada
fantasinya itu. Tetapi kemudian ada orang yang ingin mengetahui lebih jauh. Di antaranya
ada orang yang tidak percaya, ada yang bersifat Kritis, lama kelamaan timbul
keinginan pada kebenaran.
Orang-orang Grik dahulunya banyak mempunyai
dongeng dan Takhayul. Tetapi yang ajaib pada mereka adalah bahwa angan-angan
yang idah itu menjadi dasar untuk mencari pengetahuan se mata-mata untuk tahu
saja. tidak menghrapkan untung dari itu. Berhadapan dengan alam yang indah dan
luas, yang sangat bagus dan ajaib pada malam hari, timbul di hati
merekakeinginan hendak mengetahui rahasia alam itu. Lalu timbul pertanyaan di
dalam hati mereka, dari mana datangnya alam ini, bagaimana terjadinya,
bagaimana kemajuannya dan kemana sampainya. Demikianlah selama beratus tahun
alam ini menjadi pertanyaan yang memikat perhatian ahli pikir Grik.”
Berdasar kutipan dari Bung Hatta “ Socratesnya
Indonesia” kita bisa memetik sebuah kesimpulan. Pertama, Dongeng atau sebuah
legenda dan cerita-cerita indah sebelum tidur yang dibacakan Ibu kepada anaknya
dapat menimbulkan Filsafat. Dari cerita yang menghadirkan misalnya, Gatot Kaca yang
bisa terbang dengan gegap gempita dan dianugrahi tulang yang sekeras baja
menimbulkan berjuta tanya. Adakah manusia yang seperti itu?. dan akhirnya
pertanyaan itu menimbulkan Filsafat. Kedua, Keindahan yang terlukiskan di
kanvas luas Alam, dan beribu Bintang yang sedang merayu bulan di malam hari
yang mempesona. Akan membuat manusia merasakan ketakjuban dan mengundang hasrat
mereka untuk mengetahui apa rahasia dibalik keindahan itu. kegiatan menyingkap
rahasia itu akan menimbulkan Filsafat.
Plato si Filosof Yunani kuno yang “super Bijak”
itu pernah mengatakan bahwa Filsafat di mulai dari ketakjuban. Sikap heran dan takjub
itu menimbulkan rasa ingin tahu dan rasa ingin tahu itu menimbulkan pertanyaan.
Dan pertanyaan itu menimbulkan jawaban. Namun jawaban tersebut belum bisa
menghapuskan rasa ingin tahunya. Maka ia terus bertanya-tanya hingga
mendapatkan kebenaran yang sebenarnya.
Namun perlu kita catat. Tidak semua pertanyaan
dapat menimbulkan Filsafat. Tidak semua pertanyaan yang berasal dari ketakjuban
dan rasa ingin tahu dapat menimbulkan Filsafat. Misalnya ketika anda merasakan
ketakjuban mendengar suara indah Michel Jackson dan bertanya seberapa indahkah
suara Micehel Jackson itu. Jawaban tersebut akan terjawab oleh Indra
pendengaran. Atau contoh lainnya. Suatu waktu anda datang ke sebuah
pertandingan sepak bola yang menghadirkan gegap gempitanya para suporter sepak
bola yang membeludak. Anda lalu bertanya “ berapa banyak Suporter yang hadir di
stadion itu?”. pertanyaan ini tidak bisa menimbulkan Filsafat. Karena riset dan
perhitugan dari karcis dapat menjawab pertanyaan tersebut. tapi coba kita
tengok pertanyaan dari Bapak para nabi. Ibrahim di dalam Al-Qur’an, di kisahkan
sedang mencari Tuhan. Ia menyaksikan alam semesta yang indah, lalu ia mengira
pasti ada sesuatu yang mengendalikan alam yang begitu luas ini. Ibrahim lalu
bertanya . “ Siapakah yang menggerakkan alam semesta ini”. Pertanyaan Nabi Ibrahim
ini dapat menimbulkan Filsafat. karena Indra dan riset amatlah sulit menjawab
pertanyaan tersebut. tapi dengan keseriusan Ibrahim menarik kesimpulan bahwa
sesuatu yang Esa lah yang mengendalikan alam semesta ini. Begitupun juga
pertanyaan dari Bapak Filsafat. Thales bertanya “ Apakah sebenarnya bahan alam
semesta ini.” Pertanyaan dari bapak filsafat ini dapat menimbulkan filsafat.
dan pertanyaan ini dalam sejarah mengawali kegiatan Filsafat yang lebih serius.
Menjadi inspirasi bagi para Filosof yang datang setelahnya.
Apa yang ada disekitar kita saat ini tak beda jauh
dengan apa yang ada di zamannya pra,pasca Socrates di Yunani. Kita masih sering
mendegar sebuah dongeng dan beberapa legenda. Namun lingkungan kita menghadirkan
fenomena yang lebih kompleks. Berbagai sektor kehidupan menimbulkan rasa ingin
tahu yang besar. Ahmad Tafsir mengatakan. Bahwa “sangsi menimbulkan pertanyaan.
Pertanyaan menyebabkan pikiran bekerja. Pikiran yang bekerja menimbulkan
filsafat. jadi ingin tahu itulah pada dasarnya penyebab timbulnya filsafat.” ini
berarti rasa ingin tahu mengawali kegiatan untuk menyingkap kelezatan filsafat
itu.
tidak peduli berapa banyak sumber daya yang Anda miliki jika anda tidak tahu bagaimana menggunakannya mereka tidak akan pernah cukup. |